Respons Sri Mulyani Soal PMI Manufaktur Indonesia Anjlok ke Level 49,3 Pada Juli 2024

Laporan jurnalis Tribunnews.com Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, salah satu faktor penyebab turunnya PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024, salah satunya adalah sisi permintaan barang manufaktur yang melambat.

Hal ini merespons penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia menjadi 49,3 persen pada Juli 2024. Sementara Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia masih ekspansif di angka 50,7 pada Juni.

“Penurunan ini disebabkan karena permintaan baru terhadap barang-barang manufaktur mengalami moderasi. Artinya dari sisi permintaan. Sisi permintaannya bisa dalam negeri, tapi bisa juga ekspor,” kata Sri Mulyani dalam siaran pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) konferensi. di kantor pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), di Jakarta, Jumat (8 Februari 2024).

Sri Mulyani mengaku pemerintah masih mengidentifikasi penyebab penurunan barang manufaktur tersebut. Namun, dia menilai perdagangan tidak sehat karena produk impor.

“Karena kalau dirasa permintaannya turun, itu kan persaingan, karena munculnya barang-barang impor, terutama barang konsumsi. Jadi kita terus mengkaji dari sisi permintaan dalam dan luar negeri, atau melemahnya pasar. permintaan,” jelasnya. .

Di satu sisi, terkait melemahnya permintaan ekspor, Sri Mulyani mengatakan pemerintah masih punya harapan pada India meski bukan dari barang manufaktur.

“Misalnya tekstil, alas kaki, jadi mungkin tidak mencerminkan, misalnya banyaknya produsen yang ada di Indonesia saat ini, terutama pada rantai produksi. Mungkin tidak dianggap karena itu, dan untuk ekspor non manufaktur seperti CPO. kuat di pasar seperti India,” katanya.

“Jadi kita lihat dampaknya terhadap makro ekonomi secara keseluruhan. Untuk menangkap sisi permintaan yang moderat, kita perlu mengkaji PMI secara detail,” lanjutnya.

Namun, bendahara berharap penurunan PMI manufaktur Indonesia hanya bersifat sementara. Sebab, menurutnya, jika dikaitkan dengan kepercayaan bisnis justru berbanding terbalik. Artinya ada pertumbuhan.

“Jadi harapannya positif, mungkin permintaan akan melemah, tapi hal ini menimbulkan kepercayaan dari dunia usaha dan keyakinan mereka terhadap penguatan permintaan ke depan. Jadi kita harapkan koreksi PMI ke zona kontraksi ini akan bersifat sementara,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *