Respons Sejumlah Operator Seluler soal Starlink, Cek Juga Tarif Layanan untuk Residensial

Laporan jurnalis Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kehadiran jaringan satelit internet Starlink milik CEO SpaceX Elon Musk menimbulkan reaksi beragam dari operator seluler lokal.

Starlink yang menggunakan konstelasi satelit low earth orbit (LEO), memungkinkan pengguna hanya membutuhkan perangkat penerima berukuran kecil yang disebut parabola/parabola untuk terhubung ke jaringan satelit.

Berikut ini Tribunnews rangkum dari berbagai sumber berbagai tanggapan operator seluler nasional terkait kehadiran Starlink.

Telkom

Telkom Indonesia mengatakan kehadiran pemain teknologi dan industri baru seperti Starlink tidak bisa dihindari.

“Itulah sebabnya Telkom Group selalu mendukung kebijakan pemerintah tentang koneksi nasional yang berkeadilan yang menjamin adanya level playing field (persaingan sehat) bagi seluruh pelaku industri,” kata SVP Corporate Communication & Investor Relations PT Telkom Indonesia Tbk ( TLKM) Ahmad Reza . Minggu (26/26). 5), dikutip Kontan.

Menurut Ahmad, Starlink merupakan mitra strategis Telkomsat sebagai bagian dari Telkom Group mulai tahun 2021 untuk perluasan layanan backbone dan satelit enterprise.

“Bukan wewenang kami untuk menentukan harga jasa, tapi kami yakin pemerintah pasti akan membenahi masalah ini,” jelasnya.

Didukung oleh Ooredoo Hutchison

Sedangkan PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mengaku tidak ada masalah dengan kehadiran Starlink di Indonesia.

Direktur dan CEO Indosat Ooredo Hutchison Vikram Sinha bahkan tidak menganggap Starlink sebagai pesaing.

“Ini (kehadiran Starlink) bukan sebuah kompetisi. “Orbit rendah Bumi Starlink dapat membantu mempercepat akses Internet di daerah terpencil,” ujarnya dalam paparan publik pada RUPST ISAT, Selasa (21/5), masih dikutip Kontan.

Vikram bahkan mengatakan ISAT terbuka untuk bekerja dan berkolaborasi dengan Starlink, khususnya di bidang perikanan dan pertahanan.

Sebab, tantangan terbesar sektor telekomunikasi di Indonesia adalah transportasi dan backbone.

XL Axiata

Lalu ada PT XL Axiata Tbk yang tak khawatir dengan persaingan dari perusahaan layanan satelit internet milik Elon Musk, Starlink, yang masuk ke Indonesia.

Direktur Corporate Affairs XL Axiata Marwan O Baasir mengatakan saat ini biaya layanan yang diberikan Starlink masih lebih mahal dibandingkan biaya layanan yang diberikan XL Axiata.

“Beda harganya ya? Kalau mereka sekarang Rp 750.000 paling kecil (termurah),” ujarnya saat ditemui di XL Axiata Tower, Jakarta, Jumat (5/3/2034), seperti dikutip Kompas . .com.

Namun, ia berharap pemerintah bisa memastikan level playing field antara Starlink dengan XL Axiata dan ISP lainnya.

Baik dari segi regulasi, perizinan, pajak yang dikenakan maupun pembukaan kantor di Indonesia. Hal ini agar XL Axiata dan operator lain memiliki struktur tarif yang sama dengan Starlink.

“Kita masuk ke ritel, jadi aturannya sama. Peraturan perundang-undangan yang berlaku juga sama, jadi arena bermainnya sama. Kalau harganya terserah kita, tinggal hitung-hitungan saja,” tuturnya.

Ia mengatakan, pihaknya juga tidak menutup kemungkinan kerja sama dengan Starlink secara business-to-business (BtoB).

Pasalnya XL Axiata ingin memperluas layanannya hingga wilayah yang sulit dijangkau.

“Kita terbuka untuk kerjasama. Ya sedang kita bahas, sedang kita bahas, tapi untuk BtoB ya,” ujarnya.

Rem pintar

Pada tahun 2023, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) bermitra dengan Telkomsat, anak perusahaan Telkom Group, melalui Smartfren Business.

Kerja sama ini terjalin untuk mengembangkan produk solusi teknologi satelit yang memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) di Indonesia.

Direktur Bisnis Smartfren Business Enterprises Alim Gunadi mengungkapkan solusi tersebut dirancang menggunakan satelit Starlink non-geosstasioner yang beroperasi di Low Earth Orbit (LEO).

Solusi telekomunikasi satelit ini melengkapi portofolio teknologi yang ditawarkan Smartfren Business untuk perusahaan yang beroperasi di wilayah yang belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi lainnya.

Pelanggan Smartfren Business yang menggunakannya antara lain perusahaan perkebunan atau pertambangan yang beroperasi di Papua, Kalimantan, dan wilayah lainnya.

Smartfren Business juga bekerja sama dengan Telkomsat untuk menggunakan link satelit Starlink untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

“Kami berharap koneksi satelit yang dipadukan dengan berbagai solusi Smartfren Business dapat membuka peluang untuk meraih pangsa pasar,” kata Alim dalam keterangan tertulis yang disiarkan, Jumat (15/9/2023), seperti dikutip Kontan.

Alim mengatakan Starlink dapat memberikan konektivitas latensi yang lebih rendah sehingga komunikasi menjadi lebih lancar.

Sebagai gambaran, jika penggunaan teknologi VSAT dapat memberikan latensi 700-600ms, maka Starlink dapat memberikan latensi yang konsisten di bawah 100ms.

Hal ini akan menentukan pengalaman pengguna dengan solusi telekomunikasi di bidang 3T, seperti kendali jarak jauh perangkat pemantauan, pengiriman pesan teks atau video, dan kebutuhan lainnya.

Biaya Layanan Starlink

Untuk menikmati layanan Internet Starlink, masyarakat perlu memiliki perangkat VSAT atau stasiun penerima.

Perlu diketahui bahwa peralatan VSAT terpisah dari langganan internet.

Mengutip dari situs resmi Starlink.com, terdapat dua jenis perangkat VSAT yang dapat dipilih oleh pengguna yang ingin mengakses jaringan Internet Starlink.

Pertama, VSAT digunakan oleh pelanggan yang akan berdomisili di lokasi tersebut, misalnya pelanggan di kawasan perumahan, VSAT ini ditawarkan dengan harga Rp 7.800.000.

Kedua, VSAT yang digunakan pelanggan dengan mobilitas tinggi, seperti kapal yang aktif beroperasi di perairan, dihargai Rp43.721.590.

Untuk internet prabayar, Starlink membaginya menjadi tiga kategori paket internet, berikut rinciannya:

1. Perumahan

Paket residensial ini diklaim cocok bagi pelanggan yang tinggal di rumah susun dan membutuhkan internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah untuk keluarganya.

Paket internet ini dijual dengan harga sekitar Rp 750rb per bulan.

2. Jelajahi

Paket Roaming diperuntukkan bagi pelanggan yang senang berpergian, bersifat nomaden atau perantau.

Paket ini diklaim cocok untuk kebutuhan pribadi yang sering bekerja di daerah terpencil dan membutuhkan internet berkecepatan tinggi.

Paket berlangganan internet Jelajah Starlink tersedia mulai dari Rp 990.000 per bulan. Di paket Jelajah juga tersedia pilihan paket prioritas seluler.

Dijual Rp 4.345.000 per bulan untuk data internet 50GB yang dipasangkan VSAT seharga Rp 43.721.590.

3. Kapal

Paket Kapal adalah layanan online global yang dirancang untuk pengguna yang sering bepergian dan berlayar.

Mereka masih dapat memiliki jaringan prioritas dengan paket ini.

Tersedia paket perahu mulai Rp 4.345.000 per bulan untuk akses internet data 50GB.

Ada juga paket Rp 17.160.000 per bulan dengan internet 1TB dan paket Rp 86.130.000 per bulan.

Paket tersebut belum termasuk biaya pemasangan peralatan penerima sinyal satelit Starlink di orbit, mulai dari Rp 7,8 juta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *