Respons PBNU, Muhammadiyah, dan MUI soal 5 Aktivis NU Temui Presiden Israel Isaac Herzog

TRIBUNNEWS.COM – Pertemuan lima aktivis Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel Isaac Herzog menuai kontroversi.

Lima aktivis NU yang bertemu dengan Isaac Herzog adalah Zainul Maarif, Syukron Makmun, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Uloom, dan Iza Anafisah Daniya.

Seperti diketahui, pertemuan tersebut menuai kritik karena Israel kini dianggap sebagai pelanggar hak asasi manusia pasca serangan brutal di Gaza yang menewaskan ribuan warga sipil.

Tiga organisasi Islam besar di Indonesia yakni Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun memberikan tanggapannya dalam pertemuan tersebut. Pernyataan berikut ini.

PBNU: Citra NU Rusak dan Ancaman Hapus dari Admin

Ketua PBNU Savic Ali mengatakan kunjungan tersebut dianggap sebagai tindakan seseorang yang tidak memahami geopolitik, kebijakan organisasi NU, dan perasaan seluruh warga NU.

Selain itu, dia juga menyebut kelima anggota NU tersebut tidak mengatasnamakan organisasi.

“Kami tidak tahu apa targetnya dan siapa yang mensponsorinya. Ini sangat disayangkan,” kata Savic dalam keterangan di situs resmi NU, Minggu malam (14 Juli 2024).

Savic menilai, meski melakukan kunjungan pribadi, mereka dikenal sebagai warga, bahkan aktivis NU, dan hal itu akan memperburuk citra NU di mata masyarakat.

Padahal, posisi PBNU dan Nahdliyin selama ini sudah sangat jelas, yakni berpihak pada Palestina dan mengutuk serangan militer Israel.

“Israel masih tidak mengakui Palestina dan terus melakukan serangan militer yang telah memakan ribuan korban jiwa. Israel masih terus menjatuhkan bom dan peluru ke warga Palestina. Banyak korban jiwa, warga sipil,” katanya.

Savic menegaskan, PBNU saat ini tengah menjalin komunikasi intensif dengan Palestina untuk membahas situasi terkini.

Kritik juga datang dari Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam) PBNU periode khidmat 2022-2027, Ulil Abshar-Abdallah.

Ia bercerita tentang kunjungan lima orang Nahdliyin.

“Saya pribadi mengecam keras kepergian lima anak NU ke Israel belakangan ini,” kata Ulil seperti dikutip dari profil media X pribadinya, Minggu malam (14/07/2024).

Ia menegaskan, kunjungan tersebut tidak dapat diterima dengan alasan apapun. Ulill juga mengatakan kunjungan tersebut merupakan kunjungan pribadi yang tidak disponsori oleh National University of Ireland.

“Di tengah kebrutalan yang dialami Israel saat ini, mengunjungi Israel apalagi bertemu dengan Presiden Israel adalah tindakan yang tidak bisa diterima. “Mereka berangkat atas nama pribadi, bukan NU,” ujarnya.

Di sisi lain, pertemuan kelima aktivis NU itu juga berbuntut panjang karena terancam dicopot dari jabatan pengurus badan otonom National University of Ireland.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekyen) PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

Ia mengatakan, PBNU akan memanggil terlebih dahulu kelima aktivis NU tersebut untuk mencari informasi terkait pertemuan tersebut.

“Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan penjelasan lebih lanjut mengenai tujuan, asal usul dan siapa pengirimnya, serta hal-hal penting lainnya,” ujarnya, Senin (15 Juli 2024), seperti dikutip Kompas.com.

Selain kelima aktivis tersebut, Gus Ipul mengatakan PBNU juga akan memanggil pimpinan Banom.

Jika ditemukan pelanggaran, status kelima aktivis NU sebagai pengurus banom akan dicabut.

Kementerian Dalam Negeri: Itu melanggar Konstitusi

Sementara itu, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim menilai pertemuan lima aktivis NU dengan Isaac Herzog tidak tepat di tengah puncak genosida Palestina yang dilakukan Israel.

“Saya menyesalkan aktivis muda dari Universitas Nasional Irlandia pergi ke Israel. Sungguh meresahkan ketika ribuan warga Palestina dibunuh secara brutal dan memalukan oleh Israel, kelima aktivis ini bertemu dengan Presiden Israel. Setiap warga negara berhak atas Indonesia bahkan wajib melindungi Palestina,” kata Sudarnoto kepada Tribunnews.com, Senin (15/7/2024).

Sudarno meminta para aktivis muda Universitas Baru tidak mengabaikan konstitusi.

Menurut Sudarnoto, aktivis muda Universitas Baru melanggar konstitusi dengan bertemu dengan Presiden Israel.

“Jangan abaikan konstitusi. Mereka melanggar konstitusi. Menteri Luar Negeri Indonesia tidak melakukan hal semacam itu,” kata Sudarnoto.

“Apakah mereka tidak paham bahwa Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel?” Tidakkah mereka paham bahwa pemerintah Indonesia tidak akan pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel selama mereka masih melakukan penjajahan? dia.

Ia mempertanyakan apakah kepergian aktivis muda dari Universitas Nasional Irlandia ke Israel sengaja melanggar konstitusi.

“Kalau mereka paham dan pergi ke Israel, berarti mereka sengaja melanggar dan menentang konstitusi. “Mereka tidak punya kepekaan sama sekali dan harus meminta maaf secara terbuka,” ujarnya.

Muhammadiyah: Tidak punya hati nurani

Ketua Pusat Pimpinan Muhammadiyah (PP) Anwar Abbas menilai pertemuan lima aktivis NU dengan Isaac Herzog merupakan indikasi anak bangsa tidak punya hati nurani di tengah genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

“Jadi, jika ada di antara anak-anak bangsa ini yang berurusan dengan Israel, padahal negara Zionis yang kita tahu telah menganiaya dan menganiaya rakyat Palestina, itu tandanya mereka sudah tidak memahami keadilannya. dan kemanusiaan,” ujarnya kepada Tribunnews.com, Selasa (16/7/2024).

Anwar mengatakan, jika pertemuan itu bertujuan untuk mengubah tindakan Israel terhadap Palestina, maka ia menilai hal tersebut merupakan upaya yang tidak berbahaya.

Pasalnya, yang disusul Anwar, ratusan negara bahkan sekutu Israel seperti Spanyol, Inggris, dan Prancis saat ini mendukung kemerdekaan Palestina.

Meski demikian, Anwar mengatakan dukungan tersebut tidak mempengaruhi upaya Israel untuk terus melakukan genosida terhadap warga Palestina.

“Ini pertanda Israel mempunyai niat buruk untuk terus menduduki dan menjajah Palestina, meski bisa mendirikan negara baru bernama Israel Raya yang mencakup beberapa negara di sekitarnya,” ujarnya.

Sekali lagi, Anwar menegaskan, pertemuan aktivis NU dengan Isaac Herzog bukan hanya tidak masuk akal, tapi juga menentang dan menghina konstitusi.

Untuk itu kita berharap semua pihak menghormati konstitusi dan menjunjung tinggi agar kita tetap menjadi bangsa yang bersatu dan negara yang kita sama-sama cintai ini bisa sejahtera, ujarnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Fahdi Fahlevi) (Kompas.com/Singgih Wiryono)

Artikel lain terkait konflik Palestina-Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *