Reaksi Hamas saat Disinggung Presiden Palestina soal Agresi Israel di Gaza

TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengecam pernyataan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyebut Hamas memberi alasan kepada Israel untuk menyerang Jalur Gaza.

Hamas mengatakan dalam pernyataannya pada Jumat (17/5/2024): “Kami menyampaikan kesedihan atas pernyataan Presiden Mahmoud Abbas sebelum KTT Arab mengenai Operasi Banjir Al-Aqsa.”

Hamas mengatakan Israel telah melakukan kejahatan selama lebih dari 76 tahun, bukan hanya 7 bulan yang lalu.

Hamas berkata: “Selama 76 tahun, musuh Zionis (Israel) telah membunuh, meneror dan menyiksa rakyat kami yang tidak berdaya di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem dan wilayah Palestina yang diduduki.”

Pernyataan Gerakan Perlawanan tersebut menyebutkan, serangan Israel tidak dimulai pada Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, sejak awal berdirinya Israel pada tahun 1948.

“Mereka (Israel) tidak menunggu alasan untuk melakukan kejahatan terhadap rakyat kami dalam semua perjuangan mereka sejak tahun 1948.”

Hamas menegaskan, Operasi Banjir Al-Aqsa merupakan tahapan penting dalam perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel.

Hamas mengatakan dalam pernyataannya bahwa perlawanan Palestina sedang berusaha mencapai persatuan dan mendirikan negara Palestina.

Hamas mengatakan di Roya News: “Kami telah berulang kali menekankan keinginan kami untuk menerapkan persatuan nasional dan fleksibilitas di semua tingkatan untuk memperkuat barisan internal kami.” Pidato Presiden Palestina, Mahmoud Abbas

Sebelumnya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuding Hamas memberikan alasan kepada Israel untuk menyerang Jalur Gaza dengan operasi banjir Al-Aqsa.

Dalam pidatonya pada pembukaan KTT Arab ke-33 di Manama, Bahrain, Kamis (16/5), Mahmoud Abbas mengatakan: “Operasi tersebut memberi Israel lebih banyak alasan dan dalih untuk menyerang Jalur Gaza dan terus membunuh, menghancurkan, dan menggusur wilayah kami. orang.” lakukanlah.” ). /2024).

Namun dia menunjukkan bahwa Israel telah mencoba memisahkan Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Mahmoud Abbas mengatakan: “Sebelum Operasi Banjir Al-Aqsa, pemerintah pendudukan Israel berusaha memperkuat pemisahan Jalur Gaza dari Tepi Barat untuk mencegah berdirinya negara Palestina dan melemahkan Otoritas Palestina.” oleh Al-Arabi.

Presiden Palestina menyatakan penyesalannya karena mitra internasional dan regional tidak memberikan dukungan finansial yang diharapkan.

Ia juga mengkritik standar ganda Amerika Serikat (AS) dalam menyelesaikan permasalahan Palestina dan Israel.

Mahmoud Abbas berkata: Serangan rezim Zionis di Jalur Gaza dilakukan dengan dukungan politik dan militer Amerika Serikat.

“Migrasi masyarakat Jalur Gaza dan Tepi Barat ke luar wilayah Palestina serta terulangnya bencana tahun 1948 dan 1967 harus dihindari.” Jumlah Korban

Israel masih terus menyerang Jalur Gaza, sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (17/5/2024) jumlah warga Palestina yang tewas bertambah 35 ribu 272 orang tewas dan 79 ribu 205 orang luka-luka. Menurut Anadolu, lokasinya berada di Israel.

Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa.

Israel memperkirakan setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, sekitar 136 sandera masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.

Sementara menurut laporan The Guardian pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *