Rasio Kontribusi Ekspor UMKM Indonesia Masih Tertinggal Jauh Dibanding Negara Tetangga

Seperti dilansir jurnalis Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA: Sektor UKM tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional, kata Musdhalifah Machmud, pakar Kementerian Koordinator Perekonomian, Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam.

Namun rantai kontribusi UKM terhadap ekspor nasional masih jauh dibandingkan negara tetangga ASEAN.

Menurutnya, kemitraan antara pemangku kepentingan seperti pemerintahan Kardinal dan sektor swasta sangat penting dalam meningkatkan kapasitas ekspor UMKM.

Dikatakannya dalam diskusi peningkatan produktivitas dan daya saing UMKM untuk meningkatkan ekspor nasional di “UMKM tidak boleh berhenti belajar. Jakarta Kamis (1/8/2024).

Pangsa kontribusi UMKM terhadap ekspor Indonesia hanya sekitar 15,7 persen, lebih rendah dibandingkan Thailand (28,7 persen), Vietnam (20 persen), dan Malaysia (17,3 persen).

Meski Indonesia menduduki peringkat pertama dalam jumlah UMKM, namun pada akhir tahun 2023 akan mencapai sekitar 66 juta.

Pak Musdhalifah menambahkan, karena rendahnya kontribusi UMKM terhadap ekspor, maka jumlah UMKM yang terlibat dalam rantai pasok global juga sangat kecil, hanya 4 persen.

Rasio ini jauh lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang mencapai 46 persen atau Vietnam yang sebesar 26 persen.

Agar UKM menjadi bagian dari rantai pasokan global, banyak tugas seperti standar produk, kualitas dan kuantitas harus dipenuhi.

Bantuan yang diberikan Sampoerna dan perusahaan swasta lainnya harus semakin diperkuat.

“UKM dapat memperoleh manfaat dari upaya berbagai pemerintah (dengan bantuan) Sampoerna dan pihak lain untuk meningkatkan daya saing mereka,” jelasnya.

Aldi Haryopratomo, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia, mengatakan ada dua kemungkinan pendekatan terhadap ekspor UMKM.

Pertama, UKM dapat berkolaborasi dengan perusahaan besar yang menjadi bagian dari rantai pasokan global.

Kedua, dilanjutkan dengan Aldi untuk perusahaan menengah yang sudah jadi, bisa bekerjasama langsung dengan perusahaan di luar negeri atau membuka celah.

Misalnya saja pebisnis asal Jepang yang kemungkinan besar ingin bekerja sama dengan pebisnis asal Indonesia.

Kadin telah dan terus berupaya menghubungkan UKM nasional dengan mitra di Jepang melalui Japan External Trade Organization (JETRO).

Untuk mengatasi tantangan bahasa dan peraturan, Kadin meluncurkan Wikiexport, sebuah platform online yang membantu UKM menemukan cara dan sarana untuk mengekspor ke Jepang.

Melalui Wikiexport, Kadin memberikan informasi berbagai produk dan regulasi ekspor, begitu pula Jetro untuk regulasi dan karakter UMKM di Sakura. Ke depan, kami berharap model kerja sama yang dimulai di Jepang ini juga dapat diterapkan di negara lain.

“Sembilan perusahaan telah berhasil mengekspor melalui Wikiexport. Kami berharap lebih banyak orang yang mengekspor. Kami mencoba menggunakan AI untuk bisa masuk ke kotak obrolan. “Pelaku UMKM dapat bertanya dengan bahasa yang mudah dipahami,” jelasnya.

Direktur Sampoerna, Elvira Lianita, mengatakan ada dua UMKM binaan Sampoerna yang melakukan ekspor ke Jepang melalui Wikiexport: Shiroshima Handmade dan House of Tea.

Banyak UKM binaan Sampoerna yang juga sudah melakukan ekspor ke negara lain dan turut berkontribusi dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) para pelaku UMKM.

“Awalnya ditujukan kepada masyarakat sekitar pabrik,” ujarnya. Namun seiring berjalannya waktu SETC telah menjangkau puluhan ribu UMKM dari seluruh Indonesia, ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *