Ramalan Harga Bitcoin di Akhir 2024, Satu Koin Bisa Tembus Rp1,2 Triliun

Laporan jurnalis Tribunnevs.com Namira Iunia

TRIBUNNEVS.COM, WASHINGTON – Jelang pidato Gubernur Fed Jerome Powell di Simposium Jackson Hole, terpantau hari ini, Jumat (23/8/2024), pergerakan harga Bitcoin dan sejumlah aset kripto bergerak bervariasi.

Berdasarkan data coinmarketcap, harga Bitcoin (BTC) meningkat 4,43 persen menjadi sekitar US$60.697 per koin, disusul dengan kenaikan koin Ethereum yang naik 1,78 persen menjadi US$2.637. Solana naik 1,36 persen menjadi $144,90. Kemudian, Dogecoin naik 5,14 persen menjadi $0,106.

Namun kenaikan harga tersebut tidak berlaku pada Tether coin, aset kripto ini justru turun 0,03 persen ke US$1, Toncoin turun 1,40 persen ke kisaran $6,52, dan Litecoin turun 2,95 persen ke harga murah 63,87 dolar.

Pergerakan harga mata uang kripto yang beragam merupakan dampak dari kekhawatiran investor terhadap data inflasi AS yang akan dirilis akhir pekan ini.

Secara bulanan, inflasi di AS akan berada di angka 0,3 persen pada bulan April 2024, penurunan tersebut membuat para analis optimistis tren inflasi di AS akan bergerak ke arah positif pada bulan ini. Situasi tersebut juga didukung oleh pemulihan pasar tenaga kerja yang tidak lagi menimbulkan risiko inflasi.

Ekonom di perusahaan investasi global Goldman Sachs bahkan telah menurunkan kemungkinan resesi di Amerika Serikat pada tahun depan menjadi 20 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 25 persen, menurut Cointelegraph.

Jika laporan inflasi ketenagakerjaan AS bulan Agustus terlihat cukup bagus, The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen, atau sekitar 50 basis poin, pada pertemuan tanggal 17-18 September.

“Pedagang Bitcoin mungkin menyambut baik suku bunga yang lebih rendah, namun kami berharap investor bersiap menghadapi bitcoin yang terkoreksi lebih rendah dan kemudian bangkit kembali seperti pada tahun 2019,” jelas kepala penelitian Markus Thielen. Bitcoin bisa mencapai harga Rp 1,2 triliun

Secara terpisah, meski harga Bitcoin hanya berkisar 60.000 dollar AS atau setara Rp 979,4 miliar (dengan asumsi nilai tukar 15.740 Rupee terhadap dollar AS), cryptocurrency terbesar di dunia ini diperkirakan akan mencapai level baru dan melonjak ke 150.000. dolar AS atau setara Rp 2,4 miliar pada bulan Desember.

Proyeksi ini sejalan dengan analisis bank multinasional Standard Chartered yang memperkirakan harga bitcoin bisa mencapai US$100.000 selama pemilu Amerika Serikat pada bulan November, mencerminkan kegembiraan pasar yang sedang berlangsung seputar kelas aset baru.

Didukung oleh beberapa sentimen positif, termasuk pulihnya kepercayaan investor terhadap aset kripto. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah pengguna cryptocurrency di dunia yang mencapai 420 juta pada November 2023.

Faktor lain yang mendorong turunnya harga bitcoin selama sebulan terakhir adalah dorongan terjadinya halving bitcoin yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2024.

Halving sendiri merupakan fenomena penting dalam protokol Bitcoin yang terjadi kira-kira setiap empat tahun sekali. Dengan Halving, jumlah Bitcoin baru yang beredar di jaringan dapat dibatasi, sehingga mengurangi risiko krisis likuiditas.

Respon positif ini diyakini akan mendorong kebangkitan mata uang kripto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *