Ramai Soal ASI Bubuk di Medsos, Satgas ASI IDAI Beri Tanggapan 

Diposting oleh reporter Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Belakangan ini ramai diberitakan di media tentang cara membekukan susu dan mengubahnya menjadi bubuk (freeze dry).

Proses pengeringan beku atau pengeringan beku susu dalam bentuk bubuk dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan susu.

Pada umumnya ASI dapat bertahan hingga 6 bulan di dalam freezer. Persediaan susu ini diketahui mampu bertahan hingga 3 tahun.

Susu bubuk ini juga disebut dapat menghemat ruang pada tempat penyimpanan susu dan menambah kenyamanan ibu saat bepergian.

Terkait hal ini, staf menyusui Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merespons.

Ketua Satgas IDAI ASI, DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), mengatakan saat ini belum diketahui dampak pengeringan beku terhadap produk utama susu.

“Tanpa bukti penelitian yang cukup, hingga saat ini belum jelas apakah susu beku memiliki rasio protein, lemak, dan karbohidrat sebagai nutrisi utama yang dibutuhkan si kecil,” kata Dr. Naomi dalam penuturannya, Jumat (10/5/2024).

Namun proses ini dapat menghilangkan kandungan air dan mempengaruhi rasa serta kualitas susu.

Selain itu, metode pengeringan beku tidak melalui proses pasteurisasi yang bertujuan untuk membunuh bakteri berbahaya.

Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik bermanfaat yang ada dalam susu.

“Dengan demikian, risiko infeksi masih menjadi ancaman, apalagi dianjurkan untuk menambahkan air pada susu formula kering sebelum bayi meminumnya,” tambah dr. Naomi.

Dr Naomi menambahkan, menyusui dan mengenalkan susu pada bayi bisa jadi melelahkan.

Situasi ini juga dapat dimaklumi jika para ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan anaknya mendapat lebih banyak ASI.

Namun menyusui langsung dari payudara ibu lebih dianjurkan.

“Agar terjalin hubungan yang baik antara ibu dan anak, perkuat kestabilan dan jalinlah hubungan yang baik antara ibu dan anak. Menyusui tidak hanya sekedar menyusui,” kata dr Naomi.

Selain itu, jelas Dr. Naomi mengatakan, metode pengeringan beku ASI dinilai dapat mengurangi ruang penyimpanan dan mungkin lebih berguna untuk menyediakan ASI saat bayi tidak bersama ibunya.

Namun metode ini merupakan penemuan terbaru.

Sejauh ini belum ada bukti lengkap dari penelitian ilmiah dan belum ada rekomendasi dari organisasi kesehatan.

Terakhir, Satgas ASI Perhimpunan Dokter Anak Indonesia menghimbau agar semua pihak tidak ambil pusing dalam mendorong atau memberikan susu beku pada bayi.

Terutama bayi dengan kondisi tertentu seperti bayi prematur atau bayi dengan daya tahan tubuh atau penyakit kronis.

Bahan yang paling umum untuk susu hilang dalam proses pengeringan beku.

Apalagi produk susu ini steril selama produksi. Selain itu, terdapat risiko berkembangnya penyakit selama penyimpanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *