Reporter Tribunnews.com Lita Febriani melaporkan
TRIBUNNEWS.COM – Serbuan merek kendaraan listrik murah asal China berdampak pada produsen otomotif dari belahan dunia lain. Agar mampu bersaing dengan China, produsen mobil mulai menjalin kemitraan atau aliansi.
Kali ini, aliansi tersebut dibentuk oleh raksasa otomotif AS, General Motors, dan perusahaan roda empat asal Korea Selatan, Hyundai.
Kerja sama kedua merek akan fokus pada pengembangan kendaraan, mesin, dan teknologi baru. Selain itu, memangkas biaya penelitian dan pengembangan serta mempersingkat waktu pengembangan sehingga meningkatkan daya saing.
Menurut Carscoops, kemungkinan kolaborasi antara Hyundai dan GM adalah menciptakan kendaraan penumpang dan komersial masa depan, serta mesin pembakaran internal, listrik, dan hidrogen.
Kedua raksasa mobil ini juga akan mempertimbangkan sumber bahan mentah untuk baterai, baja, dan bidang lainnya secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi.
Chairman dan CEO GM Mary Barra mengatakan GM dan Hyundai memiliki kekuatan yang saling melengkapi dan tim yang bertalenta.
“Tujuan kami adalah untuk membuka skala dan kreativitas kedua perusahaan untuk menyediakan kendaraan yang lebih kompetitif kepada pelanggan dengan lebih cepat dan efisien,” kata Barra, dikutip Carscoops.
Executive Chairman Hyundai Motor Group Euisun Chung menambahkan, kerja sama ini akan memungkinkan kedua perusahaan meningkatkan daya saingnya.
“Hyundai Motor dan GM dapat mengevaluasi peluang untuk meningkatkan daya saing di pasar dan segmen kendaraan utama, serta mendorong efisiensi biaya dan memberikan nilai yang kuat kepada pelanggan melalui gabungan keahlian dan teknologi inovatif kami,” kata Chung.
Saat ini, sebagian besar produsen mobil adalah anggota dari suatu bentuk kemitraan atau aliansi, dengan tujuan yang sama yaitu penghematan biaya dan efisiensi.
Awal tahun ini Honda menjalin kerja sama dengan Nissan dan Mitsubishi, sedangkan Toyota baru-baru ini menjalin kerja sama dengan Subaru dan Mazda.