Raja Abdullah II dari Yordania meminta Presiden AS Joe Biden untuk mencegah pembantaian baru di Rafah
TRIBUNNEWS.COM- Raja Abdullah II dari Yordania mendesak Presiden AS Joe Biden untuk mencegah pembantaian baru di Rafah.
Selama pembicaraan di Washington pada hari Senin, Raja Yordania Abdullah II mendesak Presiden AS Joe Biden untuk campur tangan guna mencegah pembantaian baru di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, yang diancam akan diluncurkan oleh Israel.
Pernyataan resmi Yordania menyebutkan bahwa Raja Abdullah II “mengeluarkan pernyataan tersebut saat bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih.”
Serangan Israel ke Rafah yang menyebabkan 1 juta 400 ribu orang mengungsi akibat perang di Gaza, mengancam akan menimbulkan pembantaian baru,” ujarnya.
Dalam pernyataan Yordania, pertemuan Raja Abdullah dengan Biden memperingatkan bahwa serangan Israel di Rafah, tempat sekitar 1,4 juta orang mengungsi akibat perang di Gaza, mengancam akan menyebabkan pembantaian baru.
Ia juga menekankan pentingnya mendukung segala upaya untuk segera menerapkan gencatan senjata di Gaza.
Kedua belah pihak menekankan pentingnya memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan menjaganya, dengan mempertimbangkan kebutuhan mendesaknya, dan menekankan niat mereka untuk mengupayakan gencatan senjata permanen di Gaza.
Pemerintahan Biden dan para pejabat Israel masih berselisih mengenai rencana serangan militer Israel di Rafah.
Di satu sisi, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan pemboman Refah yang dilakukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam melanggar perjanjian gencatan senjata.
“Upaya besar telah dilakukan untuk membebaskan para sandera dan mencapai kesepakatan gencatan senjata,” tulisnya di situs tersebut.
(Sumber: Skynews Arabia)