Putu Rudana Ungkap Namibia Ingin Belajar Teknologi Air dan Pangan dari RI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Delegasi Kunjungan Diplomatik Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengutarakan niat Namibia untuk belajar teknologi air dan pangan dari Indonesia.

Putu mengatakan, pihaknya siap menjembatani potensi kerja sama di berbagai bidang antara Indonesia dan Namibia. 

Hal tersebut disampaikan Futo saat melakukan kunjungan kerja bersama anggota BKSAP di Namibia, Afrika pada 2-8 Juni 2024.

Rombongan BKSAP setelah diterima secara resmi oleh Ketua Majelis Nasional Namibia, selanjutnya diterima oleh Ketua Dewan Nasional, Hon. Lukas Sinimbo Muha di Gedung Dewan Nasional, Windhoek, Wilayah Homs, Namibia. 

Beliau didampingi oleh Duta Besar Indonesia untuk Namibia dan Bapak Eddie Fratinho.

Futo mengatakan, ada beberapa hal yang kita bahas antara lain ketahanan pangan, ketahanan air, pertanian, perikanan, pendidikan, dan kebudayaan. 

Menurutnya, iklim Namibia yang sangat keras menyebabkan kekeringan parah dan terbatasnya sumber air.

Oleh karena itu, anggota DPR asal Bali ini menyampaikan bahwa Namibia sangat ingin belajar dari Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan dan air secara berkelanjutan untuk memberikan layanan akses air bersih kepada masyarakat Namibia. 

Sebab menurutnya Indonesia merupakan negara kepulauan dan cukup mampu mengelola air melalui kearifan lokal. 

Selain itu, Indonesia baru saja menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10 di Bali pada tahun 2024. 

Forum tersebut menghasilkan komitmen bahwa parlemen dunia akan membentuk jaringan komite air dan mengintegrasikan berbagai jenis kerja sama untuk menjaga keamanan air.

“Namibia tidak memiliki sumber daya air yang banyak. Oleh karena itu, Namibia ingin belajar dari Indonesia tentang menjaga keamanan air agar masyarakat mempunyai akses mandiri terhadap air bersih. Dan bersama-sama mencari solusi penerapan teknologi air,” jelas anggota presidensi tersebut. Persatuan Antar Parlemen (IPU) atas nama Komite Pembangunan Berkelanjutan.

Selain ketahanan air, sektor pertanian, perikanan, dan pendidikan juga sangat penting bagi Namibia, menurut Futo. Sejak tahun 2009, Indonesia dan Namibia telah menjalin kerja sama di bidang pertanian melalui Universitas UGM dan Universitas Namibia.

Universitas Gajah Mada (UGM) telah sepakat dengan Kementerian Pertanian Namibia untuk menjajaki peluang kerja sama pengembangan dan produksi benih tanaman pangan yang cocok untuk tanah gersang dan kondisi iklim Namibia guna mendukung ketahanan pangan Namibia. kebijakan keamanan – Rencana pasokan Memperluas kerja sama antara UGM dan “Namibia juga terus berupaya dalam program KKN benih, vaksin, dan kerja sama,” ujarnya.

Futo juga mengatakan, pertemuan tersebut juga membahas peningkatan konektivitas pergerakan barang sehingga Namibia dapat menjadi pusat produk Indonesia yang masuk ke Afrika, serta peningkatan jumlah wisatawan Indonesia di Afrika.

“Dengan cara ini Namibia memberikan kebebasan visa bagi WNI pemegang paspor diplomatik, dinas, dan biasa. Kami berharap Indonesia mempertimbangkan untuk menerapkan hal yang sama,” ujarnya.

Sejauh ini, Indonesia dan Namibia terus menjalin kerja sama di berbagai bidang, baik kerja sama infrastruktur, kelautan, dan khususnya pemberantasan illegal fishing.

Peningkatan kerja sama ini dibahas dalam kunjungan kenegaraan Presiden Republik Namibia, Hague Gottfried Geingove, ke Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 30 Agustus 2018. Pemerintah Indonesia diperkirakan akan kembali mengunjungi Namibia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *