Putin Ngotot Kuasai Sepenuhnya Empat Wilayah Ukraina Ini Pada 2025

 

TRIBUNNEWS.COM – Pada Senin (16/12/2024), Presiden Vladimir Putin mengumpulkan perwakilan militernya di Istana Kremlin.

Dalam pertemuan tersebut, Putin memberikan instruksi kepada bawahannya bahwa pada tahun 2025, empat wilayah di Ukraina timur dan selatan akan berada di bawah kendali penuh.

Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov mengatakan empat wilayah tersebut adalah Luhansk, Donetsk, Zaporizhia dan Kherson.

Belousov, yang dikutip di Kyiv Independent, menegaskan kembali tekad Rusia untuk mencapai apa yang ia gambarkan sebagai “tujuan yang diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin pada bulan Juni.”

“Pada tahun 2025, Moskow berencana meraih kemenangan dalam perang tersebut,” tambahnya.

Pada tanggal 14 Juni, Putin mengumumkan bahwa Rusia akan menyetujui gencatan senjata dan pembicaraan damai hanya jika Ukraina menarik diri dari empat wilayah Ukraina dan secara resmi meninggalkan aspirasinya untuk bergabung dengan NATO.

Tuntutan Putin lainnya termasuk mengakui Krimea dan Sevastopol sebagai bagian dari Rusia.

“Segera setelah Kiev menyatakan kesiapannya untuk mengambil keputusan seperti itu dan memulai penarikan pasukan serta secara resmi meninggalkan ambisinya di NATO, kami akan segera menghentikan penembakan dan memulai negosiasi,” kata Putin saat itu.

Namun, Rusia belum bisa sepenuhnya menguasai empat oblast (wilayah setingkat provinsi) di Ukraina.

Hanya Krimea dan Sevastopol yang benar-benar dikuasai Kremlin.

Pertempuran sengit masih terjadi di Donetsk dan Luhansk, yang biasa dikenal dengan Donbas, meski ibu kota kedua wilayah tersebut berada di bawah kendali Moskow.

Dalam beberapa bulan terakhir, pertempuran paling sengit di Ukraina terjadi di kota Pokrovsk dan Kurachevo di Donetsk.

Sementara itu, dalam beberapa hari terakhir, pertempuran sengit terjadi di Siversk, Oblast Luhansk, yang mengakibatkan ratusan korban jiwa di kedua belah pihak. Presiden Rusia Vladimir Putin (foto EPA)

Sementara di dua wilayah selatan Ukraina yakni Kherson dan Zaporozhye, pasukan Vladimir Putin terus kesulitan mengalahkan pasukan Volodymyr Zelensky.

Hal ini dibuktikan dengan ibu kota kedua oblast tersebut masih berada di bawah kendali Kiev. Kerahkan pasukan Korea Utara

Media Barat melaporkan bahwa Rusia telah mengirimkan lebih dari 10.000 tentara dari Korea Utara untuk meningkatkan kekuatan ofensifnya.

Buktinya adalah perang antara pasukan Asia Timur dan pejuang Ukraina di dekat Kursk, wilayah Rusia yang kini dikuasai Kiev.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dikutip Ukrainska Pravda, mengatakan banyak tentara Pyongyang tewas dalam pertempuran tersebut. Gambar: Pasukan Korea Utara diyakini telah dikerahkan ke Rusia (MK News)

Berdasarkan laporan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrski, Vladimir Putin melibatkan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia. 

Zelensky mengatakan ada banyak rincian mengenai pembersihan pasukan ini.

“Data awal menunjukkan bahwa Rusia berusaha menyembunyikan kerugian Korea Utara. Pasukan pertahanan dan intelijen Ukraina sedang berupaya untuk menentukan tingkat sebenarnya kerugian yang diderita pasukan Rusia yang melindungi Korea Utara. Sayangnya, kami juga terpaksa membela diri melawan mereka,” tambahnya. . katanya. Hancurkan perangkat energi

Rusia terus membombardir fasilitas dan wilayah militer Ukraina dengan rudal Shahed, bom jelajah, dan drone dengan daya ledak tinggi.

Akibat pemboman tersebut, Ukraina mengalami kerugian besar, terutama pada fasilitas energinya.

Selama musim dingin saat ini, penduduk negara-negara tersebut harus menanggung pemadaman listrik, yang memaksa mereka hidup dalam kondisi beku.

Terakhir, pada 13 Desember, ratusan rudal dan drone Moskow menghancurkan pembangkit listrik di banyak kota. Rudal Iskander Rusia (benang militer)

Yuriy Boyko, penasihat Perdana Menteri Ukraina dan anggota dewan pengawas Ukrenergo, mengatakan bahwa Rusia fokus pada infrastruktur energi lintas batas.

Boyko, dikutip Interfax, mengatakan bahwa tujuan Rusia adalah membatasi kemampuan ekspor dan impor Ukraina secara signifikan atau memutuskan sepenuhnya sistem energinya dari Eropa.

“Ciri khas dari serangan terbaru ini adalah bahwa mereka menargetkan infrastruktur jaringan yang terlibat langsung dalam operasi ekspor-impor antara Ukraina dan negara-negara tetangganya di Eropa. Hal ini dilakukan untuk membatasi kemungkinan impor sebanyak mungkin, dan sebaiknya untuk memutus sistem Ukraina dari Eropa.”

Boyko menambahkan, perlindungan fisik terhadap lahan seluas 100 meter persegi akan memakan biaya sekitar $1 juta.

“Untuk melindungi peralatan produksi perlu dibangun sarkofagus beton setinggi 10-12 lantai dengan 8-10 pintu masuk. Contoh ini harus menjawab pertanyaan apakah perlindungan gardu induk yang lengkap dapat dilakukan. Perlindungan terutama berlaku pada elemen peralatan, namun masih terdapat kerusakan dan perbaikan memerlukan waktu,” kata Boyko (Pravda/Intefax-Ukraina/Kiev Niezalezny).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *