Putin Mau Damai jika Ukraina Jauhi NATO dan Rusia Rebut 4 Wilayah

TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin bersumpah akan melanggar gencatan senjata jika menarik pasukannya dari empat wilayah yang direbutnya dari Ukraina.

Putin dalam pidatonya, Jumat (14/6/2024) mengatakan tentara Ukraina harus mundur sepenuhnya dari wilayah Donetsk dan Luhansk, serta wilayah Kherson dan Zaporizhia.

Rusia sebelumnya menduduki wilayah Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhia di Ukraina dan mengumumkan referendum bersama pada 30 September 2023.

Putin menilai keinginan masyarakat kawasan untuk tetap bersama Rusia tidak mengkhawatirkan dan isu tersebut ditutup selamanya.

“Penduduk provinsi Kherson dan Zaporizhia menyatakan posisi mereka selama referendum. Kedua provinsi ini, serta Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, menjadi bagian dari Rusia, dan tidak boleh ada pelanggaran terhadap kesatuan negara,” katanya. ungkapnya dalam diskusi bulat akhir September lalu.

Presiden Rusia telah menyerukan agar Krimea, Sevastopol, Republik Donetsk dan Luhansk, serta Zaporizhia dan Kherson dikukuhkan sebagai wilayah Rusia dalam perjanjian internasional.

“Tidak mungkin mencapai solusi di Ukraina tanpa partisipasi Rusia dan tanpa dialog yang jujur ​​dengannya,” katanya.

Selain itu, Putin telah meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk membatalkan rencana bergabung dengan NATO.

Kemudian presiden Rusia mengancam jika Ukraina dan sekutunya di Eropa Barat menolak menerima proposal perdamaian baru Rusia, situasinya akan berbeda.

Putin mengatakan bahwa semua sanksi yang dikenakan terhadap Rusia Barat harus dicabut demi perundingan damai di Ukraina.

Menurutnya, AS dan Barat berusaha mencuri kebebasan Rusia dengan menggunakan aset-aset Rusia yang disita untuk mendukung Ukraina dalam perangnya, menurut laporan Al Arabiya. Ukraina: Klaim Putin tidak masuk akal

Penasihat Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyi, Mykhailo Podoliuk mengomentari kondisi yang ditetapkan Rusia.

Menurutnya tidak tepat, syarat yang disebutkan Putin untuk memulai pembicaraan damai dengan Ukraina tidak ada artinya.

“Ini adalah permainan yang lengkap, jadi kita harus meninggalkan ilusi ini sekali lagi dan berhenti menganggap serius keputusan Rusia, karena itu tidak masuk akal,” kata Podoliuk di Media Sosial X.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyi menandatangani perjanjian untuk menghentikan pembicaraan damai dengan Rusia, khususnya menyerahkan beberapa wilayah ke Rusia.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *