Reporter Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG – Presiden Rusia Vladimir Putin telah tiba di bandara Korea Utara untuk bertemu dengan pemimpin Kim Jong Un guna membahas perkembangan hubungan diplomatik dan penciptaan dunia multipolar.
Putin tiba di ibu kota Pyongyang pada Rabu pagi pukul 3 waktu setempat dan disambut hangat dengan pelukan Kim setelah saling berjabat tangan, ia segera disuruh Putin oleh Presiden Kim dengan mobil limusin Aurus keluar dari bandara. Kumsusan. Wisma Negara.
“Kedua pemimpin mengendarai mobil Aurus Presiden Rusia pada malam hari di Pyongyang menuju gedung pemerintah Kumsusan,” lapor Tass.
Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Putin ke Korea Utara dalam 24 tahun terakhir.
Tak hanya Kim dalam kunjungannya, ia juga mengundang banyak pejabat tinggi Rusia, seperti Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, Wakil Perdana Menteri Pertama Denis Manturov, Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, dan Menteri Pertahanan Andrey Belousov.
Lalu ada Wakil Menteri Pertahanan Alexei Krivoruchko, Menteri Kesehatan Mikhail Murashko, dan kepala Kementerian Pertahanan untuk Transportasi Roman Starovoyt, kepala Roscosmos Yury Borisov, kepala Kereta Api Rusia Oleg Belozerov, Gubernur Primorye Oleg Kozhemyako dan lainnya.
Banyak pihak menilai kunjungan ini mempunyai banyak potensi untuk mempererat hubungan Rusia dan Korea Utara yang telah terjalin selama beberapa tahun, sementara kedua negara saat ini sedang menghadapi konflik antar-Hi.
Sementara itu, menurut kantor berita Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA), kunjungan Putin ke Korea Utara dimaksudkan untuk membahas kemitraan kedua negara, terutama dalam bidang ekonomi, keamanan, politik internasional, dan kerja sama militer.
Menurut asisten Presiden Rusia, Yury Ushakov, salah satu dokumen yang akan ditandatangani Putin dan Kim adalah perjanjian baru mengenai kemitraan strategis komprehensif Korea Utara dan Rusia.
Kemitraan ini diciptakan untuk menggantikan perjanjian sebelumnya antara Moskow dan Pyongyang, termasuk Perjanjian Persahabatan dan Saling Membantu tahun 1961, Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama Tetangga yang Baik tahun 2000, serta Deklarasi Moskow-Pyongyang tahun 2000 dan 2001.
Tak sampai disitu saja, dalam pertemuan individual dikabarkan kedua pemimpin akan membahas pembentukan dunia multipolar berdasarkan prinsip kesetaraan, penghormatan terhadap kedaulatan dan non-intervensi dalam urusan dalam negeri.
Meski pertemuan antara Kim Jong Un dan Vladimir Putin mendapat banyak protes, namun pemimpin Korea Utara itu tidak menyerah.
Kim Jong-un dengan jelas menyatakan dukungan penuh dan solidaritasnya kepada pemerintah, tentara, dan rakyat Rusia dalam melakukan operasi militer khusus di Ukraina untuk melindungi kedaulatan, hak keamanan, dan integritas negara.
“Kami sangat menghargai dukungan Anda yang terus-menerus dan tanpa syarat terhadap kebijakan Rusia, termasuk di Ukraina,” kata Putin pada awal pembicaraan dengan Kim. Kunjungan Putin ke Korea Utara membuat Amerika khawatir
Menanggapi kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Korea Utara, pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku prihatin dengan segala bentuk dukungan Rusia terhadap Korea Utara.
Menteri Luar Negeri AS, Matthew Miller, menilai kunjungan Putin tidak hanya untuk memperkuat hubungan dengan Korea Utara, tapi juga untuk mencari bantuan senjata perang untuk menghadapi Ukraina.
“Tuduhan ini semakin kuat ketika Korea Utara menyerahkan beberapa rudal balistik dan lebih dari 11.000 rudal ke Rusia untuk digunakan dalam perangnya melawan Ukraina,” kata Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, dikutip Washington Post.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, juga menyatakan keprihatinannya, menyatakan kekhawatirannya bahwa pertemuan antara Putin dan Kim Jong Un akan memungkinkan Rusia untuk berpartisipasi dalam program di Korea Utara untuk terus mengembangkan senjata nuklir.
Stoltenberg berkata: “Kami sangat prihatin dengan potensi dukungan yang diberikan Rusia kepada Korea Utara dalam mendukung program rudal dan nuklir mereka.”