Projo Kritik PDIP Sumut Karena Tak Pajang Foto Jokowi: Baperan, Dampak Kekalahan Pilpres

Laporan reporter Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Relawan DPP Pro Jokowi (Projo) mengkritisi hilangnya potret Presiden Jokowi di ruang rapat kantor DPD PDI Perjuangan (PDIP) Sumut.

Menurut Bendahara DPP Projo, kelompok Bar mengaku tidak adil dan marah karena PDIP Sumut bermasalah.

Panel menyatakan Presiden Republik Indonesia adalah lambang negara. Oleh karena itu, sebaiknya tidak disuntikkan.

“Rakyat tidak ingin presiden jatuh seperti ini,” kata Penal Baras kepada Tribun News, Rabu (8/5/2024).

Panel juga menilai ketidakhadiran Jokowi di kantor DPD PDIP Sumut merupakan tanda ketidakdewasaan dalam berpolitik. 

Bahkan, ia menyalahkan PDIP yang kalah pada Pilpres 2024.

“Menurut saya, perilaku bodoh pimpinan PDIP Sumut ini menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik. Perilaku tersebut akibat kekalahan PDIP pada Pilpres kemarin,” jelasnya.

Ketua Bapilpres Projo juga mengatakan PDIP akan membayar Pilkada 2024 jika melakukan hal tersebut kepada kepala negara. 

Saya yakin rencana PDIP yang salah kaprah untuk menyerang dan mengalahkan Jokowi, jika terus berlanjut, akan mendapat hukuman dari rakyat pada pilkada besok, kata kelompok itu.

Saya khawatir akan ada masalah dengan calon pimpinan daerah yang diusung PDIP, lanjutnya.

Foto Presiden Jokowi dikabarkan tidak ditemukan di Kantor DPD PDIP Sumatera Utara (Sumut) pada Senin (6/5/2024).

Di dinding Aula Bang Karno DPD PDIP Sumut hanya terlihat potret Wakil Presiden Marif Amin dan lambang pemerintahan Garuda Pensasila.

Momen itu terlihat saat Eddy Rahmiyadi menyerahkan formulir pendaftaran Pilgub Sumut di kantor DPD PDIP di Jalan Juman Genting, Kota Medan.

Aswan Jaya, Wakil Ketua Umum PDIP Sumut, mengklarifikasi bahwa foto Jokowi yang diposting bukan untuk tujuan tersebut.

Ia berdalih status orang nomor satu India itu hilang saat timnya mengibarkan spanduk.

“Jatuh. Saat saya taruh di background, saya tidak sempat memasukkannya kembali,” kata Aswan dalam pemberitaan Kompas.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *