TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah bekerjasama dengan PLN terus berupaya memperluas akses listrik hingga ke desa-desa dan daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) agar kebutuhan listrik tidak hanya terpenuhi di sektor perkotaan dan industri, tetapi juga di sektor industri. di semua wilayah. Pilar kemauan negara.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jesman B. Hotajulu, salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mendorong rumah tangga yang belum atau masih menerima listrik untuk mengikuti Bantuan Instalasi Listrik (BPBL) baru tahun 2025. program.
Pemerintah juga mencatat bahwa elektrifikasi melalui swadaya masyarakat dan lentera surya hemat energi (LTSHE) masih berlangsung di banyak daerah.
“Kami berharap ke depan seluruh kebutuhan listrik kota dapat ditanggung oleh PLN,” kata Geisman di Jakarta, Selasa (17 Desember 2024).
Ketua Panitia
Dijelaskannya, RDK sepakat mengalokasikan APBN tahun 2024 untuk program BPBL dengan sambungan listrik bagi 150.000 keluarga miskin di 36 provinsi di Indonesia.
“Listrik kini bukan lagi sekadar kebutuhan pokok, melainkan sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, RDK harus memastikan tidak ada lagi keluarga miskin yang tidak mendapatkan listrik,” kata Bambang.
Target program BPBL adalah 150.000 rumah tangga di seluruh Indonesia pada tahun 2024. Target tersebut meningkat dibandingkan pencapaian 80.183 rumah tangga pada tahun 2022 dan 131.600 rumah tangga pada tahun 2023, kata Geisman.
Ia menegaskan, program ini gratis dan tidak dipungut biaya apapun. “Jika ada tudingan ilegal dalam pelaksanaannya, masyarakat bisa menyampaikan 136 pengaduan kepada kami, Kementerian ESDM, melalui berbagai saluran seperti media sosial dan call center,” kata Geisman.
Calon penerima BPBL adalah rumah tangga yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), bertempat tinggal di Kecamatan 3T dan/atau berhak menerima BPBL berdasarkan konfirmasi dari lurah/lurah atau pejabat yang setara.
Salah satu keluarga penerima program BPBL adalah Azis (39), pekerja tidak tetap di Desa Sumbi, Kecamatan Sabang Baru, Kabupaten Wago, Sulawesi Selatan.
Bersama istri dan dua anaknya di rumah sederhana berdinding kayu, Aziz merasakan manfaat listrik gratis untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Selama lima tahun, pasokan listrik keluarganya bergantung pada pasokan listrik dari rumah mertuanya. Dia menambahkan: “Dulu listriknya terputus-putus, tapi sekarang sudah tidak lagi.”
Asaryadi (35), petani di kecamatan yang sama, juga menjadi penerima manfaat program BPBL setelah sebelumnya rumah hingga apartemen sepupunya memiliki aliran listrik.
“Dulu tagihan listrik bisa mencapai Rp 60.000 per bulan karena (meteran listrik) dipakai bersama, dan sekarang tagihan listrik sebulan hanya Rp 25.000,” ujarnya.