Profil Tom Lembong yang Dijadikan Tersangka oleh Kejagung: Pernah Tulis Pidato untuk Jokowi

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Pada tahun 2015, Kejaksaan Agung RI menetapkan Menteri Perdagangan berinisial TTL sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait kegiatan impor gula di Kementerian Perdagangan tahun 2015-2016.

“Setelah melakukan penyelidikan dan menemukan bukti yang cukup. Oleh karena itu, kami menetapkan T.T.L., Menteri Perdagangan antara tahun 2015 dan 2016, sebagai tersangka,” kata Wakil Jaksa Agung Abdul Khokhar. Direktur Departemen Reserse Kriminal Khusus katanya pada konferensi pers di kantornya. Jakarta Selatan Pada Selasa (29/10/2024)

Diketahui, inisial TTL – Thomas Trikasi Lembong – menjabat Menteri Perdagangan pada kabinet kerja pemerintahan Jokowi sejak 12 Agustus 2015 hingga 27 Juli 2016.

Thomas Lembong adalah wakil kapten Anies. Baswedan-Muhaimin Iskandar (Tim Nasional Amin) pernah menyatakan penyesalannya menjadi bagian Kabinet di pemerintahan Jokowi.

Sayangnya, strategi dan langkah yang diambilnya untuk memperbaiki perekonomian Indonesia tidak sepenuhnya berhasil.

Menurutnya, hal itu merupakan bentuk kegagalan. Pemerintah Indonesia belum mampu mengatasi situasi dimana jumlah kelas menengah di Indonesia tidak tumbuh secara signifikan dalam 10 tahun terakhir.

Selain menjadi menteri Thomas juga banyak menulis pidato Presiden Jokowi. Salah satu pidato yang paling terkenal adalah pidato “Game of Thrones” yang disampaikan Jokowi pada pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali pada tahun 2018. Ia juga menulis pidato berjudul “Thanos”, di mana para kepala negara menyampaikan pidato di pertemuan tersebut. Forum Ekonomi Dunia

Kedua pertunjukan tersebut menjadi viral saat itu. Sebelum bergabung dengan Kabinet Thomas adalah seorang wirausaha dan manajer reksa dana yang berpengalaman. Thomas Lembong merupakan lulusan Harvard University pada tahun 1994. Ia juga dinobatkan sebagai Young Global Leader (YGL) oleh World Economic Forum (WEF) pada tahun 2008, pria bernama akhir Tom Lembong. memiliki pengalaman di Deutsche Bank dan Morgan Stanley.

Kemudian, setelah lama bekerja di luar negeri Ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai kepala departemen dan wakil presiden senior Badan Penyehatan Bank Indonesia atau Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Saat itu, BPPN berada di bawah Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) yang bertugas melakukan rekapitalisasi dan restrukturisasi sektor perbankan Indonesia pasca krisis keuangan tahun 1998.

Setelah keluar dari BPPN, ia bergabung dengan Farindo Investments. Ia juga menjabat sebagai CEO dan Managing Partner di sebuah perusahaan investasi bernama Quvat Capital. Thomas juga dikaitkan dengan salah satu jaringan bioskop terbesar di Indonesia, yaitu PT Graha Layar Prima atau Blitz Megaplex dia pernah menjadi presiden.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *