PROFIL Rhoma Irama dan Habib Bahar bin Smith, Hubungan Keduanya Tengah Memanas Gara-gara Nasab

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hubungan Habib Bahar bin Smith dan Raja Dangdut Roma Irama disebut-sebut sedang buruk.

Raja Dangdut itu disebut kesal dengan Roma Irama karena terungkapnya garis keturunannya di podcast Habib Bahar bin Smith.

Saat itu, dalam podcast YouTube-nya, Roma Irama dan KH Anas Kurdi membahas isi pidato Habib.

Roma mengaku terkejut mendengar penjelasan Habib dalam pidatonya.

Sebab, kata Roma, Habib menyebut keturunan Habib atau Nabi pasti masuk surga, meski berulang kali berbuat dosa.

Pernyataan tersebut ditanggapi oleh Habib Bahar bin Smith yang dalam pidatonya mengajak jamaahnya untuk tidak mempercayai Roma Irama terkait isi pidato di atas.

Menurut Bahar bin Smith, semua Habib, meskipun keturunan langsung Nabi Muhammad SAW, tidak harus mengikutinya. Kalaupun Habib mengajakmu durhaka, niscaya kamu masuk neraka. Berikut profil Habib Bahar bin Smith dan Roma Irama

Bin Smith keluar

Seperti dilansir Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam (Jakarta Islamic Center) yang mengutip dari Kompas.com, nama asli Bahar bin Smith adalah Syed Bahr bin Ali bin Alwi bin Abd ar-Rahman bin Sumayat.

Lahir pada tanggal 23 Juli 1985 di Manado, Sulawesi Utara, Bahar merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara.

Bahar berasal dari keluarga Arab Hadhrami golongan Alawiyin dengan nama Al bin Sumaith.

Selama ini Bahar dikenal sebagai ulama dan pendakwah Islam di Indonesia.

Bahar adalah pemimpin dan pendiri Dewan Pembela Rasulullah yang bermarkas di Pondok Eren, Tangsel.

Selain itu, Bahar juga diketahui mendirikan Sekolah Islam Tajul Alwiyin di Kemang, Bogor, Jawa Barat.

Bahar kerap dikaitkan dengan Laskar Islam, Front Pembela Islam (FPI) dan Barisan Ansor Serbaguna dalam aktivitasnya.

Bahar bin Smith diketahui bergelar Syed.

Gelar Sayyid merupakan gelar yang diberikan kepada keturunan Nabi Muhammad SAW oleh cucunya, Hasan bin Ali dan Hussain bin Ali (putra putri Nabi Muhammad SAW), Fatima az-Zahra dan Jamai Ali. Dabba Abi Thalib.

Pada tahun 2009, Bahar menikah dengan seorang Sarifah bernama Al Balghait.

Dari pernikahan ini dia dan pasangannya dikaruniai empat orang anak.

Bahar Bin Smith mendapat hukuman penjara dan dibebaskan dari Mapolda Barat pada Kamis (1/9/2022).

Roma Iram

Raden Haji Oma Irama atau dikenal dengan Roma Irama lahir pada tanggal 11 Desember 1946 di Tasikmalaya.

Ia merupakan anak dari Raden Burdah Angwirajaya dan Tuti Djuria.

Dia harus mengatasi perjuangannya dengan musik dengan berpindah grup. Bersama Soneta, ia berhasil dan dinobatkan sebagai raja Dangdut.

Dia membuat banyak alat musik.

Roma Irama atau dikenal juga dengan nama Raden Oma Irama atau Bang Haji memulai karirnya sebagai musisi pada tahun 1960-an.

Dia memulai band Gehand. Tak lama kemudian, ia bergabung dengan beberapa orkestra Melayu seperti Chandra Leka dan Al Sitara.

Setelah berpindah grup, Roma Irama mendirikan Orkes Melayu Sonata pada 13 Oktober 1973.

Roma Irama meraih kesuksesan bersama Soneta.

Ia telah memenangkan 9 rekor emas dan puluhan penghargaan lainnya atas penjualan lagu-lagunya.

Yang paling menakjubkan, gelar Raja Dangdut melekat pada dirinya dan hingga saat ini tidak dapat diubah.

Tak hanya musik, Roma juga tertarik dengan dunia akting sejak tahun 1970-an.

Berbagai film yang dibintanginya selalu sukses di pasaran.

Roma mendapatkan peran utamanya dalam film tahun 1976 “Oma Irama Penasaran”.

Sementara itu, beberapa film terkenal adalah “Karena Burgitar”, “Camellia” dan “Bhakti”.

Hingga tahun 2017, ia memiliki 29 judul film.

Pria yang terkenal dengan lagu “Begdang” ini juga sangat produktif membuat album lewat soneta maupun solo.

Namun, tribun, ada yang lain dari penyanyi ini.

Musik Roma tidak hanya untuk hiburan dan nyanyian saja, namun sejak tahun 1973 ia mengadopsi dan menyatakan musiknya sebagai musik dakwah (Voice of Muslim).

Selain dunia musik dan film, Roma Irama juga pernah berkecimpung di dunia politik.

Pada masa Orde Baru, ia menjadi maskot dan juru kampanye partai Islam, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), pada pemilu 1977 dan 1982.

Kehadiran Roma memberi suara besar pada partai berlambang Ka’bah itu.

Tentu saja aktivitas Roma Irama di PPP membuat para petinggi Orde Baru tidak senang.

Orang Roma juga dilarang bermain musik atau tampil di TVRI di beberapa daerah.

Roma mengubah haluan. Dia akhirnya bergabung dengan Golkar, sekelompok pemimpin Orde Baru.

Alhasil, pada tahun 1993, ia menjadi anggota MPR mewakili wakil seniman dan kelompok seniman Golkar.

Ia juga menjadi juru kampanye Golkar pada pemilu 1997.

Sejak itu, ia diizinkan tampil kembali di TVRI. Nama Roma kembali mencuat di belantika musik dangdut tanah air.

Setelah cukup lama hiatus dari dunia layar lebar, Roma kembali berakting dalam film “Dawai 2 Asmara” (2010), di mana ia berperan sebagai putranya, Ridho Irama.

Dia juga memainkan peran dalam “Sajdah Ka’bah” dan “Sajdah Ka’bah 2” (2014).

Pada tahun 2014, Roma kembali menjadi pusat perhatian saat ia dengan berani mengumumkan keinginannya untuk menjadi Presiden Republik Indonesia.

Namun keinginannya itu tidak terkabul karena tidak ada partai politik yang mendukungnya pada Pilpres 2014.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *