Profil Mary Liziawati, Kadinkes Depok yang Diperiksa Polisi soal WSJ Klinik di Kasus Selebgram Tewas

TRIBUNNEWS.COM – Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Depok Mary Lisiavati akan diperiksa Polres Metro Depok. Rabu (31/7/2024) hari ini terkait meninggalnya salah satu selebriti asal Medan, Sumatera Utara, ENS (30).

Dia akan diperiksa di Klinik WSJ. Ella Nanda Sari Hasibuan atau ENS diketahui meninggal dunia pada Senin (22/7/2024) lalu usai menjalani prosedur sedot lemak di Klinik Kecantikan WSJ Clinic, Beji, Kota Depok, Jawa Barat.

Kapolres Metro Depok Kombes (Paul) Arya Perdana mengatakan, berdasarkan hasil informasi sementara yang diperoleh polisi, izin Klinik WSJ hanya diperuntukkan sebagai klinik primer atau klinik umum.

Hal itu, kata Arya, juga disampaikan kepada Mary.

“Kami menerima izin yang diberikan pihak klinik untuk menjelaskan pernyataan tersebut,” kata Arya, Selasa (30/7/2024), seperti dikutip Kompas.com.

Perlu diketahui bahwa Klinik Pratama hanya dapat melakukan prosedur medis dasar dan tidak dapat melakukan prosedur medis lanjutan.

Ini nantinya akan menjadi bahan ujian Mary. Profil Kadinkes Depok Mary Liziawati 

Diambil dari okadoc.com Mary Liziavati adalah seorang dokter umum.

Memiliki spesialisasi atau kekhususan sebagai dokter umum dan dokter keluarga.

Mary terdaftar untuk belajar kedokteran umum di Universitas Indonesia (UI).

Sedangkan menurut laman depok.go.id, Mary merupakan PNS kelahiran 5 Maret 1974 dan kini berusia 50 tahun.

Ia diangkat menjadi PNS pada Januari 2005. Kasus kematian selebgram Medan

Kematian ENS viral di media sosial.

ENS disebut telah melakukan sedot lemak pada kedua lengannya.

Kuasa hukum Klinik WSJ, Ricardo Ciahan mengatakan, sedot lemak tersebut dilakukan di klinik kliennya pada Senin sore (22/7/2024) pukul 12.30 WIB.

Awalnya prosedurnya tenang dan normal.

Namun saat dilakukan sedot lemak, ENS tiba-tiba tidak sadarkan diri, korban pun sempat kejang-kejang.

Ricardo mengatakan, awalnya ENS mendatangi klinik kecantikan kliennya sendirian, menjalankan tugas administrasi pendaftaran.

“Setelah babak ini, Ella (ENS) masuk ke ruang prosedur sedot lemak,” kata Ricardo dalam keterangannya, dikutip Wartakotalive.com, Senin (29/7/2024).

Proses sedot lemak pada lengan pertama berjalan lancar dan tanpa kendala. Berikut momen Sellegram Medan Ella Nanda Sari atau ENS (30) meninggal dunia usai sedot lemak di Depok. (Wartakotalive.com) ((Wartakotalive.com))

Faktanya, setelah sedot lemak pertama, ENS mengabadikan lengan dan kedua tangannya dengan kamera ponsel. Ketika masalah akhirnya muncul saat sedot lemak pada lengan kedua, korban mengigau hingga akhirnya prosedur dihentikan.

Menurut Ricardo, dokter yang bertugas memulai pemberian infus.

Namun saat dokter mencari arteri untuk memasukkan jarum infus, tiba-tiba pembuluh darah korban pecah.

“Dokter segera memulai infus. Ketika dia hendak menyuntik, dia merasakan denyut nadinya. Tiba-tiba pembuluh darahnya pecah (saat) mau disuntik, kedua kalinya juga tidak bisa,” tambah Ricardo.

Karena kondisi ENS yang semakin parah, pihak klinik memindahkan korban ke RSUD Margonda.

Saat itu, menurut Ricardo, korban masih hidup.

“Setelah dibawa ke RS, sesampainya di sana, kalau tidak salah, saat saya periksa mata korban, mereka memberi tahu saya bahwa dia sudah tidak ada lagi (meninggal),” kata Ricardo. Korban disebut tidak jujur

Ricardo mengatakan, korban disinyalir tidak jujur ​​mengenai kondisinya sebelum menjalani prosedur sedot lemak.

Pihaknya mengatakan, korban tidak jujur ​​kepada dokter karena tidak istirahat selama pertolongan medis.

“Dokter di klinik tersebut langsung bertindak cepat, hingga akhirnya di tengah perjalanan dokter menyadari bahwa korban menjawab tidak jujur, karena ketika ditanya apakah dia istirahat, korban menjawab istirahat dua hari, namun ketika ditanya, pengemudinya. mengatakan bahwa yang didampingi. Korban dijemput di bandara, saat itu korban baru tiba dari Medan, ujarnya.

Korban pun mengaku kepada dokter bahwa ia beristirahat selama dua hari sebelum mendapat perawatan medis.

“Dalam proses sedot lemak, jika klinik estetika tidak memiliki pemeriksaan laboratorium, maka pasien akan ditawari pemeriksaan di laboratorium rumah sakit sehingga dokter klinik estetika mengetahui kondisi pasien pada saat tindakan. dia berkata.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, dokter melaporkan kondisi pasien sebelum sedot lemak baik.

“Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, termasuk tekanan darah, yang hasilnya normal, korban langsung bertindak,” ujarnya.

Setelah menanyakan apakah korban sudah meninggal, Klinik WSJ langsung membawa jenazah ENS ke rumah duka di kota Medan.

Pihak klinik juga melakukan mediasi dengan korban dan akan membantu anak korban yang masih kecil.

“Dengan mediasi ini, keluarga korban dan pihak klinik kecantikan akhirnya sepakat untuk berdamai,” tutupnya.

Artikel ini sebagian telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Inilah kronologi kematian Ella Nanda usai sedot lemak di klinik kecantikan Depok, berdarah.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Wartakotalive.com/M. Rifqi Ibnumasy) (Kompas.com/Dinda Aulia Ramadhanty)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *