Tribun News.com, Jakarta – Faisal Basari dikenal sebagai ekonom yang kritis terhadap pemerintah.
Namun kritikan tak berhenti, Faisal Basari meninggal dunia di usia 65 tahun.
“Innalillahi wa Innailaihi Rodjiun. Rahmatullah meninggal dunia pada hari ini Kamis, 5 September 2024 pukul 03.50 WIB di RS Mayapada Kuningan, Jakarta. Suami, Ayah, Anak, Kakak, Adik, Uwak, Mamak, Kami Sayang : BP.” Faisal Basri Bin Hasan Basri Batubara berusia 65 tahun,” tulisnya dalam pesan WhatsApp yang diterima Tribun.
Faisal Basari adalah seorang ekonom dan politikus Indonesia.
Malik Faisal Nur Fikih adalah mahasiswa pascasarjana Departemen Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI).
Ia merupakan keponakan mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik.
Lulusan UI tahun 1985, Faisal Basri kemudian meraih gelar Magister Ekonomi dan Bachelor of Arts dari Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat (1988).
Dari lpem.org, karir akademisnya dimulai sebagai dosen mata kuliah ekonomi politik, ekonomi internasional, ekonomi pembangunan dan sejarah pemikiran ekonomi (1981-sekarang) di Departemen Ekonomi dan Bisnis UI.
Beliau juga merupakan Program Magister Akuntansi (Maxi), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Pengembangan (MPKP), dan dosen Program Magister Universitas Indonesia (1988-sekarang).
Pada tahun 1996, Faisal Basari mendapat penghargaan sebagai Dosen Teladan UI III.
Faisal Basari juga pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan ESP (Ekonomi dan Pembangunan) FEBUI (1995-1998) dan Dekan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta (1999-2003).
Ia mendirikan Institut Pembangunan Ekonomi dan Keuangan (INDEF) (1995-2000).
Di bidang pemerintahan, Faisal Basari pernah menjabat sebagai anggota World Economic Development Group II Asisten Menteri Koordinator EQUIN (1985-1987) dan anggota Support Group Presiden EQUIN Indonesia (2000).
Selain mengajar, Faisal Basari menulis buku dan artikel untuk berbagai majalah dan media.
Pada tahun 2002, beliau diangkat menjadi anggota Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).
Faisal Basari pun terjun ke dunia politik dengan mendirikan Jan Parishad (Mara).
Mara adalah pemimpin Partai Amanat Nasional (PAN).
Pada tahun 1998 hingga 2000, Faisal Basari menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Secgen) di Partai Sun Sign.
Pada tahun 2000, ia meninggalkan partai yang dipimpin oleh Amin Rais dan mendirikan Gerakan Indonesia yang berupaya memurnikan politik, budaya, dan gagasan.
Budiman bergabung dengan PDIP pimpinan Sudjatmi namun kemudian didepak, sedangkan Faisol Reza adalah politikus Partai Pembebasan Nasional (PKB).
Pada bulan Oktober 2011, Faisal Basri secara independen mencalonkan Bim Benyamin, putra seorang Betawi terkenal Benyamin Sueb, sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Namun, ia gagal memenangkan Pilkada 2012 karena perolehan suaranya lebih sedikit dibandingkan Joko Widodo, Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid.
Namun keduanya mendapat suara lebih banyak dibandingkan Alex Noerdin dan Hendardji Sopandjo.