TRIBUNNEWS.COM – Prof Budi Santoso kembali menjabat sebagai Ketua Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) setelah dicopot.
Seperti diketahui, nama Prof. Budi Santoso menjadi perbincangan publik usai dicopot dari jabatan Dekan FK Unair karena diduga mengkritik program dokter asing yang diusung Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin.
Dikutip Tribun Matraman, kembalinya Prof Budi Santoso sebagai ketua FK Unair diumumkan oleh Ketua Unair Mohammad Nasih usai salat Asar di Masjid Ulul Azmi Kampus C Unair.
Usai pengumuman, Prof Budi Santoso dan Natsih terlihat berpegangan tangan.
“Kami bisa memahami apa yang disampaikan Prof Bus. Karena ada alasan untuk melantiknya sebagai direktur, maka kami akan melantiknya kembali.”
Namun saat ditanya soal pencopotan Budi Santoso sebagai manajer FK Unaiar, kata Natsih.
Katanya, masa lalu tidak boleh dikenang.
“Ini masa lalu, yang penting sekarang kita fokus untuk masa depan Unair tercinta,” ujarnya.
Jadi kalau ketemu, jatuh cinta dan punya masalah, atau tiba-tiba putus, itu wajar kan? Jadi tidak perlu khawatir. Tapi Insya Allah semuanya akan baik-baik saja, kita sudah baca Prof Surat dan kami akan tempatkan kembali sebagai pengurus FK,” lanjutnya.
Di saat yang sama, Budi Santoso juga mengaku lega karena krisis antara dirinya dan perusahaan telah usai.
Ia meminta maaf kepada Natsih karena kritik dokter asing tersebut sebenarnya merupakan ucapannya sendiri dan tidak mewakili Unair.
“Alhamdulillah semua sudah selesai. Saya juga sudah minta maaf kepada rektor, mungkin saya ingin membela diri tapi mungkin saya sudah keterlaluan dengan memanfaatkan lembaga, bisa jadi ini salah saya. Alhamdulillah rektor memaafkan saya dan saya. kembalikan semuanya pada kanselir.”
Setelah membatalkan pembatalan tersebut, Budi Santoso bisa mulai bekerja keras sebagai Dekan FK Unair mulai besok, Rabu (10/7/2024).
Budi Santoso mengundurkan diri sehingga warga FK Unair bisa beraktivitas secara damai
Sebelumnya, Budi Santoso dipecat dari jabatan Dekan FK Unair pada Rabu (3/7/2024) setelah mendapat surat keputusan (SK) dari Rektorat.
Saat itu, pemecatan tersebut diduga karena kritik terhadap rencana Kementerian Kesehatan yang mengimpor dokter asing.
Pada hari Kamis, Budi berkata: “Dalam proses (pemecatan), saya menelepon pada hari Senin tentang pernyataan ketidaksepakatan dengan dokter asing tersebut. Tentu saja, perintah itu keluar pada hari Rabu.” 2024).
Pengusiran ini pun berujung pada tindakan banyak pelajar, dokter, dan guru.
Acara penggalangan dana tersebut dilaksanakan di halaman Kampus A FK Unair, pada Kamis (4/7/2024) sekitar pukul 13.00 WIB.
Koordinator Aksi, Dr. Yan Efrata Sembiring mengatakan: “Pemberhentian Prof Budi dari jabatannya sebagai Presiden FK Unair karena gagasan yang diajukan dan disetujui konstitusi merupakan pelanggaran terhadap konstitusi.”
Massa memprotes pemecatan Budi Santoso dan meminta lembaga tersebut mengembalikan jabatan guru besar tersebut mulai tahun 2020.
Selain aksi tersebut, para guru FK Unair juga mengumumkan akan melakukan aksi mogok kerja setelah Budi Santoso dicopot dari jabatan Dekan.
Ancaman tersebut disampaikan oleh dokter bedah saraf Unair, Prof. Abdul Hafid Bajamal saat mengikuti aksi damai di depan gedung FK Unair, Kamis.
Ia mengatakan, pencopotan tersebut merupakan bentuk ketidakadilan terhadap Budi Satoso.
“Saya minta seluruh guru, anggota parlemen, dan pegawai di FK mulai hari ini mogok mengajar, setujukah? Sampai para Profesor Bus pulang (seperti pimpinan FK Unair),” ujarnya.
Jamal mengatakan Unair selalu mengabaikan FK, salah satunya berkomentar.
Ia mengatakan, pemilihan waktu pencopotan Budi Santoso menjadi penyemangat bagi FK Unair untuk berani mengajukan pengaduan.
“Jangan penjilat, jangan munafik karena jabatanmu belum naik. Hari ini semua harus berdiri, kita harus tegas, kita tidak boleh main sengko dawuh, belum waktunya. Kita mendidik” .
Artikel ini sebagian dimuat di Tribun Matraman dengan judul “Dirut Unair Menggandeng Tangan Pria Prof Bus Usai Cabut Keputusan Pemberhentian Sebagai Direktur FK”
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto) (Tribun Matraman/Eben Haezer) (Kompas.com/Tria Sutrisna)