Produk Perikanan Indonesia Sulit Diekspor ke Uni Eropa, KKP Ungkap Kendalanya

Laporan dari reporter Tribunnews.com Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (MMF) mengungkap tantangan yang membuat produk ikan Indonesia sulit masuk ke pasar Uni Eropa.

Ishartini, Kepala Badan Pengawasan dan Pengawasan Hasil Laut dan Perikanan (BPP MHKP), mengatakan Indonesia memang merupakan negara pengekspor ikan iklim biru.

Namun, volumenya kini dianggap terlalu banyak.

Sulitnya mengekspor ke Uni Eropa, karena kebijakan regional tidak hanya menuntut jaminan kualitas produk ikan, tetapi juga produktivitas yang tinggi.

“Sekarang kami memahami masalahnya. Persyaratan kualitas Uni Eropa sendiri sulit, dan jika kita melihat proses penolakannya, kualitasnya tidak terlalu tinggi.”

“Namun yang menjadi persoalan bukan hanya kualitas, tapi juga kepatuhan terhadap Uni Eropa. Pertama, produk mentah dilacak di mana mereka dipasang dan kita harus membuktikan bahwa produk mentah tersebut telah ditemukan. Produk tersebut dikirim dalam kapal bersertifikat, kemudian didistribusikan oleh distributor yang disetujui, dan kemudian diproses oleh UIP berlisensi.

Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini sedang berupaya memperbaiki pengelolaan ikan budidaya Indonesia agar produk perikanan Tanah Air lebih laris di pasaran.

Bahkan, Ishartini menemukan KKP bertemu dengan otoritas UE dan mengetahui bahwa Indonesia telah menerapkan praktik manufaktur bersertifikat, mulai dari kapal penangkap ikan hingga awak kapal penangkap ikan.

“Kami berharap segera dapat meminta pihak berwenang atau pihak berwenang untuk menyelidiki apa yang telah dilakukan nelayan Indonesia untuk menjaga sekolah tetap berjalan, terlalu banyak kemajuan yang harus dicapai.” jelas Ishartini.

“Kami berharap dapat lebih berpartisipasi di Uni Eropa dengan memperbanyak perusahaan atau unit pengolahan ikan.”

Menteri Trenggono protes

Indonesia diyakini masih kesulitan mengekspor makanan laut ke Eropa.

Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP) Sakti Wahyu Trenggono menyatakan, ada faktor besar yang membuat masyarakat daratan enggan mengonsumsi ikan asal Indonesia.

Sebab, cara penangkapan ikan nelayan Indonesia masih belum berkelanjutan atau bahkan tidak ada.

Seperti diketahui, masyarakat Eropa sangat peduli terhadap penangkapan ikan dan mengutamakan hasil tangkapan dengan mempertimbangkan aspek prosesnya.

Cara penangkapan di Indonesia masih brutal, saya diam, saya malu. Benar cara penangkapan kita brutal, kata Menteri Trenggono di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta. Rabu (10/1/2024).

Diketahui bahwa penangkapan ikan yang berlebihan dapat menghancurkan populasi ikan itu sendiri.

Oleh karena itu, CPP akan menerapkan Fisheries Limited System (FFS) sebagai kebijakan pemerintah untuk menjamin keberlanjutan perusahaan perikanan di negara tersebut.

Pasalnya, jumlah dan cara distribusi yang ditentukan dalam PIT dapat menghemat stok ikan di laut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *