TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintahan Prabowo-Jabran harus fokus pada upaya menjadikan Indonesia salah satu tujuan investasi utama di Asia Tenggara.
Pasalnya, posisi Indonesia justru kurang menarik bagi investor global jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam.
“Jika kita bandingkan, Vietnam menjadi salah satu bintang dalam menarik investasi asing langsung (FDI) dalam beberapa tahun terakhir,” kata Zenzia Ahza Sianika, komentator hubungan internasional, Jumat (11/1/2024).
Ternyata berdasarkan data tahun 2023, Vietnam menerima FDI sebesar $27,72 miliar, sedangkan Indonesia hanya mengantongi $22,31 miliar.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa meskipun Indonesia berada pada jalur yang positif, Vietnam dan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Singapura lebih agresif dalam mereformasi kebijakan-kebijakan yang pro-investasi.
Meski demikian, Zenzia menegaskan pasar Indonesia menawarkan keunggulan dari segi jumlah penduduknya yang besar.
“Kalau kita lihat dalam skala nasional, jumlah penduduk Indonesia lebih dari 270 juta jiwa, jauh lebih banyak dibandingkan Vietnam yang jumlah penduduknya hanya berkisar 100 juta jiwa,” jelasnya.
Faktanya, Indonesia adalah pemimpin pasar. Namun tantangannya adalah daya beli masih timpang.
“Ada kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan yang perlu dijembatani untuk menarik lebih banyak investor,” ujarnya.
Kemudahan mendirikan perusahaan juga menjadi salah satu kendala terbesar di Indonesia, tambah Zenzia.
Berdasarkan statistik kemudahan berusaha, Vietnam lebih baik dibandingkan Indonesia dalam hal kemudahan berusaha, termasuk aspek peraturan dan perizinan.
“Indonesia masih menghadapi birokrasi yang rumit dan perizinan usaha yang lambat. Berbeda dengan Vietnam yang cepat mengeluarkan izin dan minim investasi untuk mendirikan usaha,” kata Zenzia.
Menurut Zenzia, isu yang sering diabaikan pemerintah adalah penciptaan lapangan kerja.
“Pemerintah terlalu fokus pada pendapatan dari hasil pertanian, pertambangan misalnya. Hasil pertanian memang menguntungkan negara, tapi masyarakat butuh lapangan kerja yang menunjang kehidupan sehari-hari. “Itu harus menjadi prioritas gelombang PHK di banyak sektor usaha,” jelasnya.
Zenzia juga mengutip World Economic Outlook yang menyebutkan sekitar 5,2 persen dari 279,96 juta penduduk Indonesia merupakan pengangguran. Di bawah Indonesia, Filipina memiliki tingkat pengangguran sebesar 5,1 persen, Brunei Darussalam sebesar 4,9 persen, Malaysia sebesar 3,5 persen, Vietnam sebesar 2,1 persen, Singapura sebesar 1,9 persen, dan Thailand sebesar 1,1 persen.
Ia menyimpulkan bahwa meskipun Indonesia memiliki potensi besar, terutama dalam hal jumlah penduduk dan sumber daya alam, negara ini perlu memperbaiki kebijakan investasi dan fokus pada peluang kerja.
“Jika reformasi struktural kemudahan berusaha dan ketenagakerjaan tidak membaik, Indonesia berisiko tertinggal dalam hal investasi di ASEAN,” jelasnya.
Menurut Zenzia, ada beberapa faktor utama yang membuat Vietnam lebih menarik dibandingkan Indonesia. Vietnam memiliki sistem politik yang stabil dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan stabil. Pasar Vietnam juga menunjukkan kinerja yang baik.
“Vietnam memiliki keunggulan komparatif dalam hal biaya tenaga kerja yang rendah, yang memungkinkan negara ini menjadi pusat produksi utama dalam rantai pasokan global,” jelasnya.
Selain itu, tenaga kerja muda yang kaya dan berkualitas juga menarik banyak investor. (*)