Presiden Jokowi dan Anak Buahnya Kompak Tak Terima Bank Dunia Sebut Beras RI Termahal di ASEAN

Dilansir reporter Tribunnews.com Endrapta Pramudhaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah sepakat menolak laporan Bank Dunia mengenai harga beras di Indonesia yang disebut-sebut sebagai negara termahal di ASEAN.

Bank Dunia juga percaya bahwa meskipun harga beras di Indonesia paling mahal, pendapatan petani Indonesia lebih rendah. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menentang dua pernyataan tersebut.

“Lihat saja harga berasnya yang FOB (Free on Board),” kata Jokowi di gudang, sekitar $530 hingga $600 ditambah biaya. Biaya pengiriman sekitar 40 USD. Jika dibandingkan dengan pelanggan, itu akan terlihat jelas. Bulog Tanah Grogot, Paser, Kalimantan Timur, melalui surat yang ditulis, Jumat (27 September 2024).

Jokowi menilai kalau berasnya bagus, maka harga berasnya juga bagus. 

Ditambahkannya, jika harga beras bagus berarti harga jual di petani juga harus bagus, kalau tidak berdampak pada sawah.

“Sekarang lihat di sawah, tanya ke petani berapa harga berasnya. Dulu hanya Rp 4.200,- Sekarang Rp 6.000,- Itu beras, bukan beras, ngomong-ngomong, lihat. Coba cek NTP di lapangan”, katanya. untuk berbicara

NTP atau Pendapatan Petani dikatakan berhasil dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2019, NTP tahunan sebesar 100,90. Kemudian pada tahun 2020, NTP tahunannya menjadi 101,65. Pada tahun 2021 meningkat menjadi 104,64.

Berikutnya pada tahun 2022 menjadi 107,33 dan terakhir NTP tahunan pada tahun 2023 menjadi 112,46. Selama empat tahun, NTP mengalami peningkatan sebesar 11,45%.

Sementara itu, Komisioner Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menambahkan, program promosi pangan juga mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kesehatan para petani di Tanah Air.

Sebab, Bulog bertanggung jawab membeli beras dari petani setempat.

Mulai tahun 2022, Bulog melihat pasta buatannya terus bertambah.

Pada tahun 2022, konsumsi dalam negeri mencapai 994 ribu ton. Lalu tahun depan menjadi 1 juta ton.

Jadi tahun ini, dari minggu ketiga September sudah mencapai 908 ribu ton, sehingga kita harapkan di akhir tahun 2024 daya serap Bulog masih terus berlanjut, kata Arief.

Arief mengatakan, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah telah memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan petani.

Merujuk pada publikasi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) ‘Seluruh Hasil Sensus Pertanian Tahap II 2023’, Arief mengatakan rata-rata pendapatan lag produksi pertanian di Indonesia sebesar Rp66,82 juta per tahun.

Sedangkan menurut Survei Pertanian Terpadu (SITASI) 2021, rata-rata setiap usaha pertanian mempunyai pendapatan sebesar Rp 15,41 juta per tahun.

Dari situ dapat dipahami, kata Arief, rata-rata pendapatan usaha keluarga pertanian meningkat lebih dari 4 kali lipat.

Kemudian ia menyinggung laporan BPS tahun 2023 yang menunjukkan 68,10% industri pertanian di Indonesia didominasi oleh petani kecil.

Dari kelompok ini, di seluruh negeri pada tahun 2023, petani kecil di Indonesia diharapkan dapat memperoleh pendapatan sebesar US$8,50 dalam bentuk PPP (Purchasing Power Parity).

1 USD PPP setara dengan Rp5.239,05 yang setara dengan Rp44.507 per hari kerja.

Kemudian, pada tahun 2023, petani yang tidak tergolong petani kecil dilaporkan mampu memperoleh penghasilan sebesar USD 368,34 dalam bentuk PPP atau setara Rp 1.929.764 per hari dengan bekerja.

Angka tersebut terlihat semakin meningkat karena pada tahun 2021, berdasarkan hasil SITASI, petani kelompok ini saat itu hanya mampu menghasilkan pendapatan sebesar 106,54 USD menurut PPP atau setara dengan Rp 506,983.

“Kami di Badan Pangan Nasional bersyukur pendapatan petani kami masih tetap terjaga dan meningkat dari tahun ke tahun,” kata Arief.

“Hal ini juga menunjukkan bahwa ekosistem pangan yang tercipta dari hulu hingga hilir berjalan dengan baik,” tutupnya.

Kata Bank Dunia

Bank Dunia melaporkan bahwa harga beras di Indonesia selalu lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. 

Akibatnya, Country Manager Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Asia Timur dan Pasifik Carolyn Turk mengatakan, konsumen di Indonesia membayar lebih untuk makanan karena beras yang menyedihkan. 

“Kami memperkirakan konsumen Indonesia membayar sekitar 20% lebih mahal untuk makanan mereka dibandingkan di pasar bebas,” ujarnya saat berpidato di Konferensi Beras Internasional Indonesia 2024 di Bali, Kamis. (19 September 2024).

Di saat harga beras di Indonesia paling mahal, pendapatan petani di Indonesia justru lebih sedikit. 

Carolyn mengatakan pendapatan sebagian besar petani seringkali jauh di bawah upah minimum dan di bawah garis kemiskinan.

“Pertanian di Indonesia sering kali menghasilkan keuntungan yang rendah,” katanya. Hampir 87% petani Indonesia memiliki lahan kurang dari 2 hektar dan pada kelompok ini, dua pertiganya memiliki lahan kurang dari setengah hektar. 

Mengacu pada hasil Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, Carolyn mengatakan rata-rata pendapatan petani kecil di Indonesia kurang dari US$1 per hari atau US$341 per tahun. 

Survei tersebut juga menegaskan bahwa pendapatan dari tanaman pangan, khususnya beras, lebih kecil dibandingkan pendapatan dari tanaman pangan atau pertanian.

“Jadi hasil budidayanya sangat rendah,” kata Carolyn. Di sisi lain, pelanggan harus membayar harga tinggi. ” 

Menurutnya, harga beras di Indonesia bisa mahal antara lain karena adanya pembatasan masuk dan beberapa kebijakan yang mempengaruhi harga, meningkatkan harga output dan menimbulkan persaingan pertanian.

“Dampak biaya juga dapat disebabkan oleh tindakan non-pajak yang melebihi sebagian besar rantai pasokan,” jelas Carolyn.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *