TRIBUNNEWS.COM – Presiden Israel Isaac Herzog menekankan bahwa negaranya harus serius mempertimbangkan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Menurut laporan media Israel, Herzog menyebut langkah normalisasi hubungan tersebut sebagai sebuah “pengubah permainan”.
Herzog dalam konferensi mengatakan, Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan membahas usulan normalisasi hubungan Israel dan Arab Saudi, saat mereka bertemu dua hari lalu.
“Ini adalah langkah yang akan membawa banyak perubahan,” ujarnya seperti dikutip Al Jazeera.
“Saya sangat berharap kemungkinan ini dipertimbangkan secara serius,” lanjutnya.
“Perjuangan kita bukan hanya melawan Hamas, ini adalah pertarungan strategis dan bersejarah, antar kekuatan dan global, dan kami akan melakukan segalanya untuk mewujudkan visi besar normalisasi,” jelasnya.
Dalam perkembangan lain di Gaza, pertempuran terus berlanjut di wilayah yang terkepung.
Tentara Israel menyerbu kembali ke kamp pengungsi di Jenin dan bentrok dengan pejuang lokal.
Pasukan keamanan Israel dikirim ke Jenin, markas kelompok bersenjata Palestina, pagi ini untuk “operasi kontra-terorisme,” menurut militer Israel.
Penembakan Israel di Jenin telah menewaskan sedikitnya tujuh orang, termasuk seorang dokter, seorang guru dan seorang siswa.
Dan, dua dari tujuh orang yang tewas sejauh ini adalah anak di bawah umur
Berdasarkan informasi dari sumber medis, sedikitnya 12 orang mengalami luka-luka, termasuk beberapa pelajar.
Seluruh sekolah di Jenin dan kamp pengungsinya telah dievakuasi akibat kekerasan tersebut.
“Lukanya ada di dada dan di kepala. Jadi yang kita bicarakan adalah niat (Israel) melakukan pembunuhan tersebut,” kata jurnalis Al Jazeera tersebut. Israel mengklaim operasi tersebut memburu militan namun korbannya adalah warga sipil
Pernyataan militer Israel mengatakan mereka beroperasi melawan kelompok yang mereka sebut “militan”.
Namun menurut pihak Palestina, semua yang tewas adalah warga sipil.
“Beberapa korban berusia di atas 55 tahun, jadi saat ini kami tidak membicarakan tentang pejuang, meskipun kami telah melihat konfrontasi terjadi,” jelas reporter Al Jazeera.
Penduduk setempat mengatakan sebuah buldoser telah memasuki kamp pengungsi.
Mereka yakin serangan itu dilakukan untuk menghancurkan rumah seorang warga Palestina yang terbunuh sebelumnya. Kamp Jabalia sekali lagi menjadi sasaran pasukan Israel
Selain pertempuran sengit yang terjadi di Jenin, wartawan Al Jazeera memberitakan, pasukan Israel kembali mengincar kamp pengungsi Jabalia.
“Kami telah menerima laporan bahwa tentara melepaskan tembakan langsung ke gerbang utara Rumah Sakit Kamal Adwan di kamp tersebut,” jelas laporan Al Jazeera. Operasi di Beit Lahiya
Operasi tentara Israel di Beit Lahiya di Gaza utara terus berlanjut.
Saksi mata mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kendaraan tentara Israel pagi ini menembaki gerbang Rumah Sakit Kamal Adwan.
Secara terpisah, rekaman video yang dikonfirmasi oleh Al Jazeera menunjukkan tembakan dari kendaraan tentara Israel di sepanjang jalan menuju kamp pengungsi Jabalia, juga di utara Gaza.
Sumber lokal mengkonfirmasi bahwa kendaraan Israel memasuki bagian utara kamp dan mengepung Rumah Sakit al-Awda di daerah Tall az-Zaatar, sekitar 500 meter (547 yard) dari Rumah Sakit Kamal Adwan. ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan
Ketua Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah meminta surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Bejamin Netanyahu, serta pejabat tinggi Hamas yang dituduh melakukan kejahatan perang.
Pada Senin (20/5/2024), Jaksa ICC Karim Khan mengatakan pihaknya baru-baru ini meminta surat perintah penangkapan.
Kedua pemimpin rival tersebut diduga melakukan kejahatan perang saat perang Israel-Hamas yang pecah pada 7 Oktober 2023 di Gaza hingga saat ini.
Menurut Khan, kantornya memiliki alasan yang masuk akal untuk meminta pertanggungjawaban Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoava Gallant atas kejahatan perang dan rakyat Gaza.
Selain meminta surat perintah penangkapan terhadap pejabat Israel, Khan juga meminta surat perintah penangkapan terhadap tiga pemimpin Hamas.
Di antara pejabat Hamas yang diperiksa adalah Yahya Sinwar, Ismail Haniyeh dan Mohammed Diab Ibrahim al-Masri atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dikutip Reuters, Netanyahu menyebut keputusan ICC sebagai aib dan serangan terhadap Israel.
“Mengapa Anda begitu berani membandingkan Hamas yang membunuh, membakar, membantai, memenggal kepala, memperkosa dan menculik saudara-saudara kita, dengan tentara (tentara Israel) yang berperang dengan benar?”
Sementara itu, Hamas mengkritik keputusan jaksa ICC yang meminta surat perintah penangkapan terhadap para pemimpinnya.
Kelompok militan yang menguasai Gaza juga menuduh Karim Khan berusaha “menyamakan korban dengan algojo”.
Hamas menuntut agar permintaan itu dibatalkan.
Namun, Hamas menganggap permintaan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Gallant datang “terlambat tujuh bulan.”
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)