Prediksi Peta Politik Usai Kabinet Prabowo-Gibran Terbentuk, Banyak Parpol Merapat Kecuali PDIP

TRIBUNNEWS.COM – Demikian prakiraan peta politik pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Rak lima tahun ke depan.

Menurut komentator politik Ujang Komarudin, sebagian besar partai politik, kecuali PDI Perjuangan (PDIP) yang diusung MD Ganjar Pranowo-Mahfud, akan bertarung di Pilpres 2024. Ia disebut-sebut akan bergabung dengan Bower-Gibran.

Sebab, PDIP diperkirakan akan menjadi partai oposisi pada pemerintahan Prabowo-Zevran berikutnya.

Alasan Woojang yakin PDIP akan menjadi partai oposisi karena luka terhadap Presiden Joko Widodo belum juga sembuh.

Menarik karena jika dilihat dari PDIP, partai oposisi sendiri akan lebih vokal dan vokal mengkritik pemerintahan Prabowo-Djebran, kata Ujang saat dihubungi, Selasa (30/04/2024). Penulis: TribunJakarta.com.

Meski PDIP kalah jumlah berdasarkan perhitungan politik di parlemen, ketua umum mengatakan partai berlogo banteng itu akan mendapat “dukungan” dari pihak luar.

Yakni badan publik dan ilmuwan yang memantau kerja pemerintahan Prabowo-Gibran.

“Jika ke depan PDIP tidak mendapat dukungan dari mitra lain, kami pasti akan menggandeng masyarakat sipil, cendekiawan, cendekiawan, mahasiswa, aktivis, dan lain sebagainya untuk mengkritisi kerja pemerintah. Kata kepala suku.

Sementara itu, Partai Kemakmuran dan Keadilan (PKS) yang merupakan oposisi Presiden Joko Widodo (Joko Widodo) masih membicarakan kemungkinan 50:50 bergabungnya Prabowo-Gibran.

Oleh karena itu, partai pengusung Anies Baswedan dan Muhaymin Iskandar diyakini masih punya pilihan untuk berkoalisi dengan Prabowo-Gibran atau tetap menjadi oposisi seperti sekarang.

“Sedangkan PKS masih 50:50 dan ada kemungkinan berkoalisi dengan Prabowo-Gibran atau kemungkinan menjadi partai oposisi,” kata Ketum.

Bahkan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan NasDem alias Ujang berpeluang bergabung dalam barisan Prabowo-Gibran.

PKB dan NasDem pun menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran.

Sebagai referensi, Prabowo-Zevran sendiri mendapat banyak dukungan dari partai politik pada Pilpres 2024.

Mulai dari Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Partai Demokrat, PBB, Partai Gelora, Partai Garuda dan PSI. Koalisi Prabovo-Djebran akan semakin gemuk

Lantas seperti apa peta politik Pravovo-Zevran ke depan jika partai mayoritas di parlemen bersatu?

Menurut Woojang, koalisi akan menjadi lebih kuat secara politik dan di Majelis Nasional di masa depan.

Hal ini mungkin akan memudahkan Prabowo-Djebrana untuk memimpin pemerintahan dan memenuhi janji politiknya.

Prabowo-Djebran nantinya diyakini akan mengambil kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, namun hal tersebut tidak akan berhenti.

Pasalnya, perolehan kursi partai oposisi (dalam hal ini PDIP) lebih sedikit dibandingkan perolehan kursi partai-partai pendukung pemerintah yang bersatu.

Ketua kemudian menjelaskan, alasan disahkannya beberapa RUU kontroversial seperti revisi UU Komisi Pemberantasan Korupsi dan UU Cipta Kerja karena sebagian besar fraksi memegang kekuasaan pemerintahan.

“Karena sebenarnya kekuatan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin adalah mayoritas di parlemen. Nah, formula itu kemungkinan besar juga akan terjadi pada pemerintahan Prabowo-Zevran,” ujarnya.

Kendati demikian, Kapolri tetap berharap ke depannya pasangan Prabowo-Gibran mampu mewujudkan misinya dengan menempuh kebijakan yang tidak merugikan rakyat.

“Tapi saya berharap Prabowo-Djebran bisa menunaikan amanah publik, amanah rakyat, dengan mengembangkan kebijakan yang tidak merugikan rakyat,” harap Ujang. PDIP berpotensi menjadi mitra nasional DPR.

Meski PDIP belum bergabung dalam kabinet Prabowo-Djebran, PDIP diyakini berpotensi menjadi mitra pemerintah DPR.

“Mungkin dengan situasi saat ini, PDIP adalah satu-satunya yang berada di luar pemerintahan dan tidak ada jaminan PDIP akan menjadi pengawas yang vokal,” kata Dedi Kurnia Syah, komentator politik dan direktur eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO). Rumah Potong Hewan (27 April 2024).

“Mungkin PDIP ditawari jabatan Ketua DPR RI, meski bukan anggota kabinet, tapi akan menjadi mitra pemerintahan Republik Demokratik Rakyat Korea,” ujarnya.

Jika hal itu benar-benar terjadi, kata Dedi, tidak ada partai politik yang akan memberikan tekanan kepada pemerintah di parlemen.

Artinya tidak ada partai politik di parlemen yang bisa memberikan tekanan kepada pemerintah, jelasnya.

Sebagai referensi, pada tahun 2014, pengurus partai yang tidak memenangkan pemilu mengambil alih jabatan Ketua DPR.

Saat itu, DPR melakukan perubahan terhadap UU MD3 dan disahkan pada 8 Juli 2014.

Dengan revisi tersebut, Ketua DPR yang sedianya akan diputuskan berdasarkan sistem perwakilan proporsional diubah menjadi sistem lump sum.

PDIP yang saat itu memenangkan pemilu terpaksa membiarkan Golkar menjadi Ketua DPR.

Namun pada tahun 2019, peraturan ini kembali direvisi.

Ketika jabatan Presiden Republik Rakyat Tiongkok diberikan kepada partai pemenang pemilu, yakni PNDP.

Sementara perolehan suara PDIP masih menjadi yang tertinggi pada pemilu 2024.

Artikel ini sebagian dimuat di TribunJakarta.com dengan judul “Pengamat Prediksi Peta Politik Pasca Pembentukan Kabinet Prabowo, PDIP Menuju PKS Joko Widodo”.

(Tribunnews.com/Rifqah/Rahmat Fajar) (TribunJakarta.com/Elga Hikari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *