Prancis Gaduh, Anggota Parlemen Kenakan Pakaian Berwarna Bendera Palestina, Sesi Sidang Ditunda

TRIBUNNEWS.COM – Anggota sayap kiri parlemen Prancis menghadiri sidang Selasa (04/06/2024) dengan mengenakan warna bendera Palestina.

Merujuk pada Anadolu, beberapa anggota parlemen sayap kiri mengenakan pakaian berwarna hijau sementara yang lain mengenakan pakaian hitam dan merah di majelis rendah parlemen atau Majelis Nasional.

Sisanya mengenakan pakaian berwarna putih yang melambangkan warna bendera Palestina.

Sesi tersebut terhenti setelah Rachel Keke, anggota partai sayap kiri La France Insoumise (LFI).

Dia juga memuji pengibaran bendera Palestina, seperti yang dilakukan rekan setimnya Sebastien Delogu pekan lalu, yang menyebabkan dia dilarang bermain selama 15 hari.

“Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak,” kata ketua parlemen Yael Braun-Pivet dalam video yang dibagikan oleh Middle East Eye on X.

“Saya pikir semuanya sangat jelas dan Anda, seperti orang lain, dapat membaca peraturan kami,” katanya.

Dia meminta Keke memberikan sanksi dan menunda sementara persidangan.

Sebelumnya, pembicara telah mengingatkan anggota parlemen sayap kiri bahwa anggota parlemen harus mengekspresikan diri mereka “hanya secara lisan”.

Keke terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 2022.

Dia menjadi terkenal setelah memenangkan perjuangan yang melelahkan untuk mendapatkan kondisi kerja yang lebih baik di sebuah hotel di Paris tempat dia membersihkan.

Prancis secara terbuka mendukung Israel sejak konflik dimulai pada 7 Oktober, namun anggota LFI terus menyatakan solidaritasnya dengan Palestina dan mengkritik posisi pemerintah.

Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Menurut Al Jazeera, lebih dari 36.500 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan 83.000 lainnya terluka.

Perang Israel yang berlangsung hampir delapan bulan telah menyebabkan sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air minum, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *