Prabowo Subianto Dinilai Abaikan Isu HAM dalam Pidato Pelantikan Presiden

 

Laporan reporter Tribunnews.com, Mario Christian Sumampow

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam pidato pengukuhannya sebagai Presiden kedelapan, Prabowo Subianto menyoroti beberapa isu penting, mulai dari efisiensi pangan dan energi hingga kemiskinan dan pentingnya pangan yang baik. 

Ia juga menekankan pentingnya pemerintahan yang bersih dan pemimpin yang harus menjadi teladan.

Direktur Eksekutif Indonesia Institute, Center for Public Policy Studies (TII), Adinda Tenriangke Muchtar menegaskan, pidato tersebut tidak mempengaruhi aspek hak asasi manusia (HAM). 

Menurutnya, meski berbicara tentang demokrasi damai dan tidak menimbulkan kontroversi, ia tidak konsisten dalam komitmennya dalam menegakkan HAM dan menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu.

Adinda juga berpendapat bahwa demokrasi yang damai dan penuh hormat tidak boleh mengakhiri oposisi masyarakat. Ia mengingatkan, kebebasan berpendapat dan berpendapat adalah inti dari demokrasi yang sehat.

Pidato Prabowo, meskipun menekankan kerja sama dan menolak kebencian, tidak banyak melindungi suara-suara kritis dan transparansi pemerintah—dua bidang yang paling kuat dalam pemberdayaan hak asasi manusia.

“Demokrasi disebut ‘berisik’ dan jangan dijadikan acuan, tapi hak dan kebebasan berpendapat dan berpendapat harus didorong dan dilindungi,” kata Adinda dalam kesaksiannya, Senin (21/10/2024). )

“Bagaimanapun, suara kritis adalah bagian dari demokrasi dan partisipasi masyarakat, serta tanggung jawab pemerintah untuk transparan dan akuntabel,” lanjutnya.

Kehadiran perwakilan negara mitra pada peresmian tersebut juga hendaknya dimanfaatkan untuk memperkuat komitmen Indonesia terhadap kerja sama internasional di bidang hak asasi manusia. Namun persoalan tersebut tidak disebutkan secara spesifik dalam pidato Prabowo.

Menurut Adinda, penting bagi pemerintahan baru untuk tidak hanya fokus pada kehidupan masyarakat, namun memastikan hak asasi manusia terlindungi, terutama dalam konteks hubungan internasional dan hubungan internasional.

Saat itu, meski Prabowo menyatakan akan bergabung sebagai bagian dari pemberian Presiden Gus Dur, isu pencabutan hak dan hak minoritas tidak terlalu diangkat.

Kesabaran merupakan bagian dari Asta Cita yang dijanjikan Prabowo-Gibran, namun pengelolaan kesabaran masih belum jelas, kata Adinda.

Beliau menutup dengan mengingatkan kita bahwa tantangan besar menanti dalam lima tahun ke depan.

“Kita harus terus memastikan bahwa pemerintahan ini tidak hanya fokus pada pembangunan fisik saja, namun berkomitmen terhadap hak asasi manusia, transparansi dan akuntabilitas,” tutupnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *