Prabowo Mau Pertumbuhan Ekonomi RI 8 Persen? Ekonom Sebut Kinerja Industri Nasional Harus ‘Digeber’

Seperti dilansir Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Proses industri nasional disebut-sebut menjadi kunci pencapaian pertumbuhan Indonesia yang berkesinambungan dan konsisten.

Presiden Prabowo Subianto tahun 2024-2029 diketahui memasang target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada masa jabatannya.

Ekonom senior Indef Didik Rahbini mengatakan Kementerian Perindustrian akan berperan sentral dalam pemerintahan masa depan dan menentukan apakah pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6 persen atau lebih.

Dia mengatakan kegagalan dalam meningkatkan perekonomian lebih dari 6 persen di bawah pemerintahan saat ini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, dimana industri mengalami perubahan industri yang paling lambat dan paling lambat.

“Hingga saat ini peran Kementerian Perindustrian masih terbatas dengan kebijakan yang lemah dan tidak signifikan untuk menstimulasi sektor tersebut,” kata Didik dalam keterangannya, Rabu (19/6/2024).

“Sektor ini konsisten tumbuh di bawah 5 persen sehingga tidak memiliki momentum dan tidak bisa mendorong pertumbuhan tinggi,” ujarnya.

Didik mengatakan, sektor ini tidak optimis dengan pertumbuhan yang hanya 3-4 persen menunjukkan lemah dan tidak adanya kebijakan industri.

Jika kebijakan industri terus berlanjut seperti 1-2 dekade terakhir, Didik meminta kita melupakan janji Prabowo bahwa impiannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menjadi kenyataan.

“Yang mungkin terjadi justru sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan selalu berada di bawah 5% karena terseret oleh pertumbuhan industri yang sangat rendah,” kata Didik.

Sebagai perbandingan, Didik memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di Vietnam dan India. Tingginya pertumbuhan kedua negara Asia ini karena keberhasilan mereka dalam memajukan industri sebagai mesin pertumbuhan.

Sektor industri India meningkat dua kali lipat, mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 7%.

Sebaliknya, selama dua dekade terakhir, sektor industri Indonesia hanya tumbuh di bawah 5 persen, sehingga mustahil untuk menarik pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen.

Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan stagnan sebesar 5 persen atau kurang karena bergantung pada konsumsi dan jasa yang bercampur dengan sektor informal.

Dengan tidak adanya modernisasi sektor jasa yang bergantung pada konsumsi rumah tangga, perekonomian melemah sehingga menyebabkan pertumbuhan yang rendah atau sedang.

“Kampanye Prabovo menjanjikan peningkatan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, sebuah tujuan yang hampir mustahil dicapai dengan kebijakan dan kementerian saat ini yang belum berbuat banyak untuk mengubah situasi,” kata Didik.

“Jika ingin berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, kunci suksesnya terletak pada mampukah Kementerian Perindustrian dan kebijakan industrinya diperbaiki. Jika tidak, Indonesia akan menjadi negara miskin di ASEAN,” tutupnya. .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *