PP GPA dan PP HIMMAH Minta Kejaksaan Agung Usut Tuntas Kasus Korupsi Timah Rp271 Triliun

Laporan reporter Tribunnews.com Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Angkatan Pemuda Al Washlia, termasuk Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Al Washlia (PP IPK) dan Pimpinan Pusat Persatuan Mahasiswa Al Washlia (PP HIMMA), menggelar aksi unjuk rasa di depan penonton. . Kejaksaan Agung (Kejagung) di Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan.

Para pengunjuk rasa tiba dengan mobil komando membawa spanduk bertuliskan, membongkar dan mengusut tuntas korupsi dalam sistem perdagangan timah negara senilai Rp 271 triliun.

Ketua Umum PP IPK Aminullah Siazianasus mengatakan, mega korupsi sistem tata niaga bijih timah yang merugikan negara Rp 271 triliun menimbulkan kecurigaan masyarakat, banyak nama yang disebut-sebut terlibat dalam kasus korupsi besar-besaran yang hingga saat ini belum tertangkap. pesta Hukum.

“Jaksa Agung RI harusnya profesional dalam menangani perkara ini, tidak boleh ada ketimpangan atau campur tangan pihak manapun, menangkap dan memeriksa penjahat lain yang diduga kuat terlibat dan menikmati uang hasil bisnis timah 271 triliun. korupsi., “Aminullah. Kepada wartawan, Selasa (30/4/2024).

Aminullah merasa tidak membahas masalah ini.

Menurutnya, siapa pun yang terlibat harus bertanggung jawab sesuai hukum yang berlaku.

Tanpa kecuali, ini adalah kasus korupsi terbesar dalam sejarah negara, kata Aminullah.

Sementara itu, Ketua Umum PP HIMMAH Abdul Razak Nasushan mengatakan salah satu tersangka, istri Harvey Moise, Sandra Devi, juga harus segera ditangkap.

Mereka yakin Sandra Devi menderita akibat korupsi suaminya.

Oleh karena itu, kami meminta kepada kepala PPATK profesional untuk menelusuri aliran dana yang diduga TPPU, bila perlu bekukan seluruh rekening Sandra Devi, kata Razak.

Ia menduga Sandra Devi mendapat perlakuan khusus karena waktu tesnya hanya 4,5 jam.

Memang dugaan keterlibatan dalam Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) memang mengalir padanya. Oleh karena itu, kami niatkan Kejaksaan Agung menangani kasus ini dengan mempertimbangkan kembali dan menangkapnya, pungkas Razak.

“Jaksa Agung jangan selektif dalam menangani kasus ini, periksa nama-nama di atas siapa pelaku utamanya, jangan hanya berhenti pada pemilik atau pimpinan perusahaan”. Dia berkata.

Berikut keterangan penindakan terkait kasus dugaan korupsi Timah:

1. Mendesak Jaksa Agung RI Sandra Dewey (istri) untuk menangkap dan menahan tersangka Harvey Moise karena diduga terlibat korupsi tata niaga timah senilai Rp 271 triliun sejak 2015- 2022 dan diduga terlibat tindak pidana pencucian uang (TPPU).

2. Meminta dan mengimbau Kejaksaan Agung RI agar tidak lupa, segera meminta dan mengkaji inisiatif: SD, RBS, BHD, RA, AHH dan pihak-pihak lain yang diduga kuat terlibat kasus korupsi bisnis timah senilai Rp 271. . Triliun biaya negara.

3. Meminta Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memeriksa dugaan aliran TPPU di seluruh rekening SD, RBS, BHD, RA, AHH dan memblokir rekening dengan nama tersebut.

4. Tidak boleh ada disparitas dalam penanganan kasus korupsi yang masif ini, kami yakin Sandra Devi dan RBS, BHD, RA, AHH termasuk orang-orang yang diuntungkan dari uang korupsi bisnis sebesar Rp 271 triliun.

5. Kami yakin jika kita melakukan pengusutan dan investigasi mendalam terhadap kasus perdagangan timah senilai 217 triliun ke dalam negeri, kita akan menemukan keterlibatan SD, RBS, BHD, RA, AHH.

Terbaru, Jaksa Agung mengukuhkan tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi Sistem Tata Niaga Komoditi Timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Tima.

Tersangka yang ditetapkan kini berjumlah lima orang, dua individu dan tiga pejabat negara.

Lima tersangka ditetapkan setelah tim penyidik ​​mendapat cukup bukti.

Selanjutnya setelah melakukan penyidikan, tim penyidik ​​menilai telah ditemukan cukup bukti, sehingga hari ini kami menetapkan 5 orang tersangka, kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Kejaksaan Agung (Dirdik Jampidsus). , Kuntadi pada Jumat (26/4/2024) dalam jumpa pers di Karthika Bhavan, Kompleks Kejaksaan Agung.

Sedangkan dari pihak swasta, tim penyidik ​​telah menetapkan inisial HL dan FL sebagai tersangka.

HL merupakan pemilik manfaat atau pemilik manfaat dari PT Tinindo Internusa (TIN).

Sedangkan FL sebagai pemasaran untuk PT TIN.

“Itu PT TIN, saudara HL sebagai pemilik manfaat FL Marketing PT TIN,” kata Kuntadi.

Kamis (29/2/2024) pekan lalu, Kuntadi membenarkan bahwa yang diperiksa adalah HL yakni Hendry Lai, pendiri PT Sriwijaya Air. Sedangkan inisial FL mengacu pada saudaranya Fandi Linga yang memiliki saham di perusahaan tersebut.

“Iya, HL sudah kami periksa,” kata Kuntadi.

Sedangkan tiga tersangka swasta lainnya merupakan mantan Kepala Bidang dan Kepala Divisi ESDM yang berkiprah di Provinsi Bangka Belitung, yakni SW, BN, dan AS.

“Sejak tahun 2015 sampai dengan bulan Maret 2019 Kepala Dinas ESDM Provinsi Banka Belitung, Kepala BN Pengurus Departemen ESDM Provinsi Banka Belitung pada bulan Maret 2019, dan Kepala Pengurus Departemen ESDM Provinsi dan ESDM Banka Belitung selanjutnya diangkat menjadi Kepala Dinas ESDM Provinsi dan Bangka Belitung. .Layanan,” kata Kuntadi.

Usai mengidentifikasi tersangka, berdasarkan penampakan, ketiganya dibawa ke mobil penangkapan yang terparkir di depan Kantor Kejaksaan Agung Karthika.

Dia berpakaian pink, diborgol dan dijaga oleh jaksa.

Dua lainnya yaitu BN dan HL tidak hadir.

Menurut Kuntadi, BN tidak hadir karena sakit.

Sedangkan HL tidak hadir dalam persidangan sebagai saksi.

“Karena alasan kesehatan, tersangka BN belum kami tangkap, sedangkan tersangka HL yang hari ini kami panggil sebagai saksi tidak hadir dan tim penyidik ​​akan segera memanggil tersangka,” kata Kuntadi.

Ketiga tersangka yang hadir yakni FL, SW dan AS langsung dibawa ke Rutan (Rutan).

“Setiap FL ada di Rutan Salemba, Jaksa Agung, tersangka AS, dan tersangka SW di Rutan Salemba Jakarta Pusat,” kata Kuntadi.

Dalam kasus ini, SW, BN, dan AS diduga berperan dalam penerbitan dan persetujuan RKAB perusahaan peleburan PT RBT, PT SIP, PT TIN, dan CV VIP.

Meskipun RKAB tersebut belum memenuhi syarat publikasi.

Lebih lanjut, ketiga tersangka mengetahui bahwa RKAB tidak akan digunakan untuk melakukan penambangan di wilayah IUP kelima perusahaan tersebut, melainkan hanya untuk melegitimasi kegiatan perdagangan timah yang diperoleh secara ilegal di wilayah IUP PT Timah, ujarnya. cacat

Sementara HL dan FL diduga berperan dalam pembiayaan kerja sama penyewaan alat pengolahan peleburan timah dari IUP PT Timah sebagai kedok kegiatan ekstraksi timah.

Keduanya mendirikan perusahaan cangkang CV BPR dan CV SMS untuk melakukan atau memfasilitasi kegiatan ilegal mereka, ujarnya.

Dalam kasus tersebut, tim penyidik ​​Kejaksaan Agung sebelumnya telah menetapkan 16 orang sebagai tersangka, termasuk yang menghalangi penyidikan atau menghalangi penyidikan.

Di antara tersangka yang ditetapkan adalah pejabat negara, antara lain: M Riza Pahlavi Tabrani (MRPT), mantan Direktur PT Timah; Emil Emindra (EML) sebagai Direktur Keuangan PT Timah pada tahun 2017 hingga 2018; dan Alvin Alber (ALW) sebagai Direktur Operasional pada tahun 2017, 2018, 2021 dan Direktur Pengembangan Bisnis di PT Timah pada tahun 2019 hingga 2020. Daftar tersangka dan nilai kerugian negara

Sejauh ini ada 16 tersangka dalam kasus korupsi timah ini.

Di antara tersangka yang ditetapkan adalah pejabat negara, antara lain: M Riza Pahlavi Tabrani (MRPT), mantan Direktur PT Timah; Emil Emindra (EML) sebagai Direktur Keuangan PT Timah pada tahun 2017 hingga 2018; dan Alvin Alber (ALW) sebagai Direktur Operasional pada tahun 2017, 2018, 2021 dan Direktur Pengembangan Bisnis di PT Timah pada tahun 2019 hingga 2020.

Sementara dalam Obstruction of Justice (OOJ), Jaksa Agung Tony Tamsil alias Akhi menetapkan saudara laki-laki Tamran sebagai tersangka.

Nilai kerugian negara dalam kasus ini diperkirakan mencapai Rp 271 triliun.

Padahal, menurut Direktur Penyidikan Jaksa Agung Jampidus, nilai Rp 271 triliun akan terus bertambah. Sebab nilai tersebut merupakan hasil perhitungan kerugian ekonomi, tanpa memperhitungkan kerugian finansial.

Ini hasil perhitungan kerugian ekonomi, bukan kerugian ekonomi negara, sebagian besar lahan tambang adalah hutan dan sepertinya belum ditimbun, kata Direktur Jaksa Agung Jampidsus Kuntadi dalam konferensi pers. Konferensi Senin (Senin) 19/2/2024).

Akibat perbuatan yang merugikan negara tersebut, tersangka pokok perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) 1 KUHP.

Tersangka OOJ kemudian ditangkap berdasarkan Pasal 21 UU Pencegahan Tipikor.

Selain korupsi, Harvey Moise dan Helena Lim khususnya didakwa melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *