Potongan Tapera Bikin Gaduh, Menteri Basuki Menyesal dan Akan Lapor Presiden Jokowi

Tribannews.com, Jakarta – Kebijakan penurunan gaji pekerja tabungan perumahan rakyat (Tapera) menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

Suara perbedaan pendapat kerap disuarakan oleh buruh, anggota DPR, dan pengamat.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani pun sepakat untuk menunda kebijakan Tapera.

Basuki bersedia mematuhi DPR jika diminta mencabut proyek tersebut.

“Saya ikuti aturannya, seperti DPR, dan hal ini saya laporkan ke Presiden,” kata Conton, seperti dikutip dari tulisan Conton, Sabtu (7/8/2024) saat ditemui di Gedung Kementerian PUPR, Jakarta.

Basuki menegaskan kebijakan dukungan terhadap Tapera tidak akan ditunda. Tapi itu baru akan dimulai pada tahun 2027.

“Sebenarnya berlaku mulai tahun 2027, bukan sekarang, dan tidak ditunda hingga tahun 2027. Bahkan, aturan tersebut akan mulai berlaku dalam beberapa hari ke depan,” jelas Basuki.

Basuki mengungkapkan opini masyarakat beragam itu terjadi baru-baru ini Hal ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap proyek Tapera dipertanyakan.

Ia tidak memungkiri bahwa masyarakat saat ini sedang menderita.

“Itu adalah keyakinan. Dan sekarang kehidupan masyarakat bisa menjadi sulit,” katanya.

Kebijakan pengurangan Tapera tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas PP Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat. yang ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ketentuan tersebut mengharuskan pekerja membayar iuran perumahan rakyat sebesar 2,5 persen dari gajinya dan 0,5 persen dari pemberi kerja. Usulan Tapera baru berlaku tujuh tahun setelah ketentuan tersebut atau pada 2027. Basuki mengaku menyesal.

Usai rapat eksekutif dengan Komisi V DPR di Gedung Parlemen Senayan. Jakarta, Kamis (6/6/2024) Basuki mengatakan penerapan aturan Tapera tidak perlu terburu-buru karena ketentuan penerapannya setelah tahun 2027 tidak akan dilakukan.

Berikut pernyataan Basuki Hadimuljono yang menyampaikan belasungkawa dan pengakuan Mulyani atas penundaan Tapera:

Sebenarnya Tapera sudah disahkan sejak tahun 2016, setelah itu kami dan Menteri Keuangan (Pak Mulyani) harus membangun kredibilitas terlebih dahulu. Ini masalah iman jadi kami tunda ke tahun 2027.

Pendapat pribadi: Jika Anda belum siap, mengapa terburu-buru? Perlu diketahui, APBN sejauh ini mengalokasikan Rp 105 triliun pada FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) untuk mensubsidi selisih bunga.

Sedangkan untuk Tapera, dalam waktu 10 tahun bisa saja bisa mengumpulkan Rp 50 triliun, jadi atas segala upaya yang marah-marah (penolakan Tapeera), saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya tidak bermalas-malasan. Lalu apa yang sudah kita lakukan dengan FLPP 10 tahun? Subsidi bunganya sudah Rp 105 triliun.

Oleh karena itu, kalau ada usulan khusus dari NHSO (meminta penundaan), sebaiknya Ketua MPR mundur. Saya sudah dekati Menteri Keuangan dan kami akan ikut. (Setuju untuk menunda)

Saya kira iya (menunggu kesiapan masyarakat). Kenapa kita harus bentrok?

Jika Anda memiliki rumah, Anda akan menabung dan tingkat bunganya akan lebih tinggi daripada deposit jika Anda ingin mengeluarkannya. Undang-undang menyatakan hal itu wajib. (Ikuti Tepera) Artinya masyarakat kita masih lemah dan belum kuat. Jokowi menganggap kelebihan dan kekurangan adalah hal yang wajar.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan aturan mengenai tere berdasarkan hasil kajian dan perhitungan.

“Ya semuanya dihitung. Hal ini wajar dalam kebijakan baru. Apakah orang punya uang untuk membayar atau tidak. Entah berat atau tidak Pasti harus diperhitungkan,” kata Jokowi usai menghadiri pembukaan pengurus GP Ansar di Istora Senayan, Jakarta, Senin (27/5/2024).

Menurut Jokowi, wajar jika kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah menuai pro dan kontra.

Ketua mencontohkan kebijakan terkait penerapan Skema Jaminan BPJS Kesehatan saat pertama kali kebijakan tersebut diperkenalkan. Ini memiliki kelebihan dan kekurangan juga.

“Seperti dulu, BPJS selain BPI memberikan 96 juta gratis, juga sibuk. Namun setelah mengambil tindakan Saya pikir rumah sakit akan kosong,” katanya.

Menurut Jokowi, kebijakan tersebut baru akan terasa setelah diterapkan, namun pada tahap awal sebelum dimulai. Akan selalu ada kelebihan dan kekurangan.

“Hal-hal itu baru terasa setelah terjadi, sebaliknya biasanya menimbulkan pro dan kontra,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *