Populer Internasional: Ratusan Keluarga Tentara Israel Ngamuk di Jalanan – Galilea-Tiberias Terbakar

TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer Tribunenews dari saluran internasional bisa dilihat di sini.

Ratusan keluarga tentara Israel turun ke jalan dan menuntut Perdana Menteri Netanyahu memulangkan keluarga mereka.

Sementara itu, serangan rudal Hizbullah terus membakar bagian utara wilayah yang diduduki Israel.

Sebaliknya, apa yang disebut-sebut sebagai zona aman di Gaza justru berubah menjadi zona pembunuhan.

Selengkapnya, berikut kompilasi berita populer internasional 24 jam terakhir. 1. Ratusan keluarga tentara Israel tertawa di jalanan, mendesak Netanyahu untuk mencuri rumah tentara dari Gaza, dan kerabat serta pendukung warga Israel yang disandera oleh militan Hamas Palestina di Gaza sejak serangan 7 Oktober berdemonstrasi di Tel Aviv menuntut mereka melepaskan. 1 Juni 2024. (Foto oleh Ahmed Gharbali / AFP) (AFP/Ahmed Gharbali)

Ratusan keluarga tentara Israel turun ke jalan kota untuk mendesak Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu agar segera memulangkan tentaranya dari medan perang di Gaza.

“Kami meminta anak-anak kami yang berperang untuk berhenti sekarang, meletakkan senjata mereka dan kembali ke rumah sesegera mungkin,” kata keluarga tersebut, kepada kepala Otoritas Pertahanan, Yoav Gallant.

Muncul protes terhadap Netanyahu karena tidak segera memulangkan tentara perang dari Gaza, yang dianggap gagal menjalankan tugasnya karena tidak mampu menyelesaikan gencatan senjata dengan Hamas.

Tak hanya itu, ia juga mengkritik keputusan Knesset parlemen Israel yang selektif karena mengecualikan pria ultra-Ortodoks berusia antara 21 dan 26 tahun dari wajib militer.

Baca Selengkapnya >>> 2. Israel Utara Terbakar, 160 Rudal Hizbullah Berhasil Hantam Pabrik Militer IDF

Israel Utara, Wilayah Pendudukan Palestina, terbakar setelah Hizbullah meluncurkan 160 rudal hari ini, Rabu (12/6/2024).

Parade rudal Hizbullah adalah respons terhadap serangan udara Israel yang menewaskan tiga anggota Hizbullah dan seorang komandan penting Hizbullah pada Rabu pagi.

Israel menggunakan 21 pemadam kebakaran dan 8 pesawat untuk memadamkan api di Israel utara.

Front Dalam Negeri Israel mengatakan kebakaran itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan dari Lebanon.

Setidaknya 160 rudal telah ditemukan sejak pagi ini, 70 di antaranya ditembakkan di Jabal Jarmak dan Galilea Barat.

Dewan regional lokal Israel di Galilea Atas juga mengeluarkan rekomendasi bagi penduduk kota-kota Israel untuk tinggal di dekat tempat penampungan dan tempat berlindung yang aman.

Baca selengkapnya >>> 3. Hizbullah mengubah Galilea-Tiberias menjadi neraka yang membara, 8 pesawat dan 21 petugas pemadam kebakaran Israel dalam masalah

Front Dalam Negeri pemerintah Israel menggunakan 21 pemadam kebakaran dan 8 pesawat untuk memadamkan api di Wilayah Pendudukan di Palestina utara.

Rabu (15/6/2024) Kebakaran besar bak kobaran api terjadi di wilayah utara yang diduduki Israel akibat tembakan roket dari Lebanon.

Upaya puluhan aparat pemadam kebakaran, termasuk pesawat, masih terus dilakukan karena api sulit dipadamkan karena beberapa faktor seperti cuaca dan angin yang membuat api semakin membesar dan cepat.

Khabarni melaporkan bahwa lebih dari 150 rudal ditembakkan dari Lebanon pada Rabu pagi, beberapa di antaranya menyebabkan kebakaran di beberapa daerah.

Baca Selengkapnya >>> 4. Ikuti Jejak Sri Lanka, Israel Jadikan Zona Aman di Gaza Jadi Pembantaian, Ini 6 Persamaannya

Dua pakar hubungan internasional, Neve Gordon dan Nicola Perugina, menuduh Israel mengubah “zona aman” di Jalur Gaza menjadi ladang pembunuhan warga sipil.

Tudingan itu disampaikan keduanya dalam kolom opini di situs Al Jazeera, Selasa (11/6/2024).

Israel awalnya menciptakan “zona aman” bagi warga sipil pada 22 Mei di wilayah kecil Kota Rafah di Gaza yang dikenal sebagai “Blok 2371”.

Namun, Israel mengebom zona tersebut empat hari kemudian, menewaskan sedikitnya 45 warga sipil yang berlindung di tenda.

Gordon dan Perugina mengatakan tindakan Israel serupa dengan tindakan 15 tahun lalu ketika Sri Lanka sedang dilanda perang saudara.

Dalam perang tersebut, militer Sri Lanka menetapkan suatu wilayah sebagai “zona dilarang menembak” atau semacam zona aman.

Menurut seorang uskup, zona tersebut memiliki antara 60.000 dan 75.000 warga.

Ada juga tujuh pendeta di zona itu. Uskup kemudian meminta Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) turun tangan terkait masalah tersebut.

Baca selengkapnya >>>

(TribuneNews.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *