Laporan koresponden Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penetrasi kendaraan listrik di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun berkat dukungan insentif Pemerintah.
Hingga Desember 2023, populasi kendaraan listrik di Indonesia mencapai 188.924 unit. Jumlah tersebut meningkat signifikan dibandingkan jumlah pada tahun 2022 yang hanya mencapai 51.885 kendaraan.
Tren tersebut membuat bisnis stasiun pengisian daya atau stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) semakin diminati di Indonesia.
Pengamat energi dan kendaraan listrik dari Entrev, Eko Adji Buwono menjelaskan, secara global pertumbuhan penjualan kendaraan listrik melonjak 46 persen pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022.
“Pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia terus tumbuh. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan iklim semakin meningkat. Jadi beralih ke kendaraan listrik tidak hanya lebih hemat tapi juga merupakan upaya bersama untuk bumi yang lebih baik,” kata Eko.
Eko menjelaskan, untuk dapat mempercepat penetrasi kendaraan listrik, akses terhadap stasiun pengisian sangat penting.
“Bisnis SPKLU menjanjikan keuntungan yang relatif baik. Selain itu, ke depan diperkirakan kebutuhan SPKLU mencapai 48 ribu titik dan SPBKLU di Indonesia sebanyak 196 ribu titik,” kata Eco.
Eko juga menjelaskan, dalam studi yang dilakukan ENTREV, bisnis stasiun pengisian daya ini memiliki pengembalian investasi yang cepat dan menguntungkan.
“Dari model bisnis yang dikembangkan ENTREV, dengan mempertimbangkan kondisi kebijakan dan regulasi saat ini, jika ditarik selama 10 tahun maka Equity IRR bisa mencapai 15 persen dengan perhitungan payback period (return on investment) yang moderat di bawah 5 tahun. ,” kata Eko.
Hingga Mei 2024, total SPKLU di Indonesia baru mencapai 1.566 unit dan SPBKLU sebanyak 1.772 unit.
Pemerintah sejauh ini telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2023 tentang Prasarana Pajak Listrik untuk KBLBB dan platform single gateway untuk memfasilitasi bisnis pompa listrik ini.