TRIBUNNEWS.COM – Polisi Prancis menangkap seorang pria yang mengancam akan meledakkan dirinya di istana Iran di Paris.
“Polisi tidak menemukan bahan peledak apa pun di istana atau pada tersangka yang ditangkap di sana pada Jumat (19/4/2024),” kata jaksa Prancis setelah kedutaan melaporkan seorang pria membawa amunisi.
Tersangka berusia 61 tahun dan lahir di Iran, lapor Agence France-Presse (AFP) mengutip kantor kejaksaan Paris.
Sebelum meninggalkan gedung kedutaan, pria tersebut rupanya melontarkan ancaman pembunuhan di dalam.
“Saat ini, tidak terlihat adanya bahan peledak pada dirinya, di mobilnya atau di dalam gedung,” kata jaksa seperti dikutip Al Jazeera.
Sumber polisi mengatakan kepada Reuters bahwa pria itu terlihat sekitar pukul 11.00 waktu setempat memasuki istana dengan membawa sesuatu yang tampak seperti bom dan rompi peledak.
Setelah itu, polisi menutup area tersebut.
“Pria ini kemudian meninggalkan kedutaan dan ditangkap,” kata sumber polisi.
BFM TV melaporkan bahwa mereka memiliki gambar bom tersebut.
Surat kabar Le Parisien melaporkan di situsnya bahwa sejumlah saksi mengatakan pria tersebut menyeret bendera ke lantai istana dan mengatakan ingin membalas kematian saudaranya.
Tersangka yang sama dihukum karena membakar gerbang kedutaan Iran tahun lalu dalam apa yang disebutnya sebagai protes terhadap pemerintah Iran, kata jaksa.
Tersangka dijadwalkan hadir di pengadilan pada hari Senin sehubungan dengan kebakaran tersebut, kata jaksa kepada AFP.
Pengadilan tingkat rendah menjatuhkan hukuman delapan bulan penjara dan melarang dia memasuki kawasan kedutaan atau membawa senjata selama dua tahun.
Namun, dia mengajukan banding atas keputusan ini.
Kedutaan Besar Iran dan konsulat di ibu kota Prancis terletak di gedung yang sama, tetapi memiliki dua pintu masuk terpisah.
Tersangka kini ditahan, dan Kantor Kejaksaan telah memulai penyelidikan atas ancaman pembunuhan tersebut.
Dikatakan para penyelidik sedang berusaha menentukan penyebabnya.
Laporan mengatakan pria tersebut meninggalkan Iran setelah Revolusi Islam tahun 1979 dan menyatakan simpati terhadap dinasti Iran yang digulingkan.
Pihak berwenang Iran belum mengomentari insiden tersebut secara terbuka.
Sebelumnya pada Jumat (18/4/2024), terdengar ledakan di kota Isfahan di Iran, yang oleh beberapa sumber digambarkan sebagai serangan Israel.
Teheran mengutuk insiden tersebut dan mengatakan pihaknya tidak memiliki rencana untuk membalas, yang bertujuan untuk mencegah perang regional.
Sementara itu, negara-negara di seluruh dunia dan PBB telah menyerukan pengurangan seiring dengan meningkatnya situasi di kawasan.
Kedutaan Besar AS di Paris telah meminta warga Amerika untuk menghindari area sekitar kedutaan Iran, menyusul rekomendasi serupa dari polisi Prancis.
Seorang reporter AFP yang berada di lokasi kejadian mengatakan seluruh area di sekitar konsulat di distrik 16 ditutup dan polisi berjaga di sana.
Perusahaan transportasi Paris RATP menulis di media sosial X bahwa layanan tersebut telah ditangguhkan di dua jalur metro yang melewati halte dekat konsulat.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrakhani)