Polisi Gadungan Bernama Lukman Punya 2 Istri, Raup Rp3 Juta Hasil Memalak Pedagang

Wartawan Tribunnews.com Abdi Rianda Shakti melaporkan

TribuneNews.com, Jakarta – Luqman, polisi gadungan berusia 40 tahun yang ditangkap Polres Metro Jakarta Timur, kedapatan memiliki dua istri.

Rupanya, selain menipu opini masyarakat, Luqman juga menipu istri dan keluarga istri keduanya dengan dalih menjadi anggota Polri.

“Tersangka LH sudah mengaku sebagai anggota Polri, kepada istri keduanya, mertuanya, dan keluarga istri keduanya yang kedua, ia mengaku sebagai anggota polisi,” kata Kapolres Metro Jakarta Timur Nicholas Ari. . . Lilipali dalam jumpa pers, Senin (20/5/2024).

Nicholas mengatakan, hasil tes menunjukkan Luqman telah memalsukan karir polisi selama empat tahun.

Saat itu, tersangka yang mengaku bekerja di Reserse Narkoba Polda Metro Jaya ini selalu meminta uang jaminan kepada para pengusaha, khususnya di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

“Dalam sebulan (mencapai Rp 3 juta). Dia beli di kawasan Jakarta Selatan, senjatanya senapan angin, bukan senapan, itu senapan angin,” ujarnya.

Sebelumnya, Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Timur menangkap seorang pria yang diduga dilakukan anggota polisi di Kecamatan Jatingara, Jakarta Timur pada Minggu (19/5/2024).

Dari unggahan akun Instagram tersebut, terlihat foto awal pria berseragam resmi bergelar Ipto, Firmancia, di dalam mobil.

Begitu pula dengan foto dan bukti penangkapan polisi palsu dengan borgol juga terlihat.

Dalam unggahannya, polisi gadungan itu disebut “meminta terjun” ke beberapa toko obat dan minuman keras.

Akun Instagram tersebut menuliskan, “Polisi gadungan yang kerap meminta makanan di toko obat dan minuman akhirnya ditangkap pada Minggu (19/5/2024) di Jatingara, Jakarta Timur oleh petugas Satuan Narkoba Polres Jakarta Timur.”

Terkait hal tersebut, Polres Metro Jakarta Timur membenarkan penangkapan tersebut. Dia tidak bisa menjadi anggota Polri

Nicholas mengatakan, tersangka mengaku berpura-pura menjadi polisi karena ingin bergabung dengan Korps Byangkara.

“Kenapa dia berseragam? Karena dia sudah terbiasa menjadi polisi,” kata Nicholas kepada wartawan, Senin (20/5/2024).

Namun keinginannya tidak terkabul karena ia gagal dalam ujian saat mendaftar menjadi polisi.

Namun saat mengikuti ujian, ia kurang tinggi dan gagal masuk Polri, namun hal tersebut tidak melemahkan tekadnya. Seragam Polri untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarganya.

Sementara itu, Luqman menyalahkan para pengusaha pada pakaian yang selalu ia kenakan untuk memenuhi kebutuhan finansialnya.

“Pekerjaannya sehari-hari menemui pengusaha di kawasan Jakarta Selatan yang suka berseragam dan makan siang,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *