TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL – Kabar gempa besar dan potensi gempa besar di Indonesia mendorong wisatawan untuk mengunjungi sejumlah destinasi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), khususnya wilayah Gunungkidul.
Menurut pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Gunungkidul, hal tersebut berdampak pada tingkat okupansi hotel dan kunjungan restoran di wilayah tersebut menurun cukup drastis.
Sebelumnya pada Senin (26/08/2024) pukul 19:57 WIB, gempa berkekuatan 5,8 SR melanda wilayah Gunungkidul.
Ketua PHRI Gunungkidul Sunioto mengatakan, akibat gempa dan potensi megathrust, beberapa tamu hotel dan restoran memutuskan membatalkan reservasi.
Pembatalan bisa berbeda untuk restoran dengan 150 tamu, 200 tamu, dan maksimal 300 tamu. Bahkan hotel pun terkena dampak laporan anggota PHRI,” ujarnya saat dikonfirmasi, Minggu (08/09/2024).
Selain adanya gempa dan potensi gempa susulan, kata Suniota, pemicu lain yang membuat pengunjung semakin enggan berkunjung ke kawasan tersebut adalah terbitnya surat edaran Pemerintah Jawa Tengah mengenai masalah tersebut.
Yang dimaksud adalah surat BNPB dengan nomor: B-399/BNPB/D-II/BP.03.02/08/2024 tanggal 23 Agustus 2024 perihal pelatihan di kawasan Megatrust.
“Jadi karena surat edaran ini, biro perjalanan wisata memutuskan untuk membatalkan kunjungan ke pantai Gunungkidul. Otomatis banyak juga reservasi restoran dan akomodasi yang dibatalkan,” jelasnya.
Sunyota mengatakan, semakin banyak tamu yang membatalkan kunjungannya ke Gunungkidul.
Pihaknya juga berupaya meyakinkan agen perjalanan bahwa pantai dan kawasan wisata di wilayah tersebut masih aman untuk dikunjungi.
“Maka kami menawarkan jawabannya dengan membagikan rekaman video yang mencerminkan suasana aktivitas pariwisata di pantai dan tempat wisata lainnya, terutama di akhir pekan. Kami mengirimkannya ke agen perjalanan yang ragu datang ke sini, berharap bisa membagikannya kepada tamu wisata. .Masih aman, tidak terjadi apa-apa, katanya.Destinasi Wisata Gua Pindul di Kabupaten Gunungkidul.
Mengingat isu gempa dan megathrust bisa berdampak langsung pada kunjungan wisatawan, Suniota berharap pemerintah lebih berhati-hati dalam mengeluarkan surat edaran.
Dia berpendapat bahwa orang merespons pertanyaan ini secara berbeda. “Jika ingin membuat surat edaran, maka lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan,” ujarnya.
“Karena kekuasaan masyarakat itu berbeda-beda, ada yang menyikapinya dengan hati-hati, ada pula yang menyikapinya dengan ketakutan yang luar biasa, yang akhirnya menjadi anomali,” ujarnya.
“Anomali ini berdampak pada banyak bidang, salah satunya pariwisata,” jelasnya.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Gunungkidul Supriyanta mengatakan, pihaknya belum melakukan kajian dampak gempa dan permasalahan megakereta terhadap kunjungan wisatawan. Zona Tekanan Besar (USGS)
“Sampai saat ini belum ada kajian dan kami belum punya angka pasti dampak gempanya. Namun, kunjungan pada bulan Juli lebih banyak dibandingkan bulan Agustus. Kami melihat hal tersebut karena bulan Juli tepat saat libur sekolah,” katanya.
Meski demikian, Dinas Pariwisata meyakinkan masyarakat untuk tidak panik saat berwisata ke Gunungkidul. Pihaknya menyiapkan langkah-langkah untuk menghilangkan dampak bencana alam tersebut.
Dispar berharap wisatawan tidak panik atau takut, namun tetap waspada dan mengikuti informasi dari BMKG. Dan juga tunduk pada pihak-pihak yang mungkin bertanggung jawab seperti SAR dan petugas di setiap destinasi wisata di Gunungkidula. “, katanya.
Tak hanya itu, Supriyanta menambahkan, dalam upaya menjaga jumlah wisatawan, pihaknya memperluas jaringan kerja sama pemangku kepentingan pariwisata dengan Pentahelik dengan menyelenggarakan acara-acara yang diselenggarakan baik oleh Dinas Pariwisata maupun OPD lainnya.
“Diharapkan melalui berbagai kegiatan pariwisata tersebut, fasilitas pariwisata seperti aksesibilitas, akomodasi, dan daya tarik wisata dapat ditingkatkan.
Laporan Reporter Nanda Sagita Ginting | Sumber : Jogja Tribun