Pejuang Hizbullah menyerang tentara Israel yang ingin menembus perbatasan, IDF mundur, terkena mortir
TRIBUNNEWS.COM – Gerakan perlawanan Lebanon Hizbullah mengumumkan bahwa pejuangnya telah menggagalkan infiltrasi pasukan pendudukan Israel (IDF) di sepanjang perbatasan selatan Lebanon, lapor MNA, Senin (19/8/2024).
Satu jam sebelum upaya infiltrasi, pejuang Hizbullah sedang memantau pergerakan pasukan IDF.
“Pejuang Hizbullah mengamati musuh dengan cermat dan melihat bagaimana sekelompok tentara Israel melintasi perbatasan menuju kawasan hutan di depan distrik Ayta Ash Shab dan menggagalkan serangan darat dengan penyergapan yang unik,” lapor MNA mengutip Al Jazeera.
“Tentara Israel terpaksa mundur akibat serangan roket dan mortir berat yang menimbulkan korban jiwa yang serius,” kata Hizbullah dalam pernyataan yang dikutip MNA.
“Hizbullah mengumumkan bahwa pejuang perlawanannya bentrok dengan pasukan Zionis yang mencoba menyusup ke hutan Ayta Ash Shab dan memaksa mereka (IDF) mundur dengan memakan korban jiwa,” kata pernyataan itu. Ilustrasi serangan drone. Militer Israel mengakui milisi Hizbullah Lebanon mampu meluncurkan drone di atas wilayah pendudukan Israel di Galilea sejauh 40 kilometer tanpa mencegat sistem pertahanan udara Iron Dome. (khaberni/HO) Serang Israel saat utusan AS tiba
Selain menggagalkan infiltrasi IDF, Hizbullah sebelumnya menyerang beberapa fasilitas militer Israel di dekat perbatasan selatan Lebanon pada tanggal 14 Agustus, ketika utusan utama Washington, Amos Hochstein, berada di negara tersebut untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Lebanon.
Hochstein telah mengunjungi Lebanon beberapa kali sejak dimulainya perang untuk mendorong deeskalasi di sepanjang perbatasan selatan, namun Hizbullah telah berjanji untuk tidak menghentikan serangan terhadap Israel sampai gencatan senjata tercapai di Gaza.
“Untuk mendukung tekad rakyat Palestina… dan sebagai respons terhadap agresi dan pembunuhan Israel di kota Barashit, pejuang perlawanan Islam melancarkan serangan udara dengan satu skuadron drone bunuh diri terhadap kumpulan tentara musuh yang baru dibentuk di Abirim utara.” [pemukiman] dan menargetkan sasaran mereka,” kata kelompok perlawanan Lebanon dalam sebuah pernyataan.
Serangan pesawat tak berawak itu menyusul serangan udara Israel di Lebanon selatan yang melukai sedikitnya 10 orang, tiga di antaranya luka parah, menurut kementerian kesehatan Lebanon.
Hizbullah melancarkan beberapa operasi lain terhadap pasukan Israel pada hari Selasa, menargetkan Metulla, Ramtha dan Al-Baghdadi.
Ia juga menyerang tentara Israel di hutan Shtula dengan roket.
Kunjungan Hochstein diatur untuk menghindari pecahnya perang skala penuh di Lebanon dan wilayah tersebut, karena Israel dan AS kini sangat menantikan serangan balasan Hizbullah dan Iran terhadap pembantaian Israel di Beirut dan Teheran. bulan lalu.
Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas dan kepala negosiator, dibunuh oleh Israel di Teheran pada 31 Juli, satu hari setelah serangan Israel di Beirut yang menewaskan komandan tinggi Hizbullah Fuad Shukr dan beberapa warga sipil, termasuk anak-anak.
Washington dan negara-negara Barat lainnya telah berusaha keras untuk memblokir respons tersebut, sementara AS telah berjanji untuk membela Israel jika terjadi perang habis-habisan.
“Kami terus percaya bahwa resolusi diplomatik dapat dicapai karena kami terus percaya bahwa tidak ada yang benar-benar menginginkan perang habis-habisan antara Lebanon dan Israel,” kata Hochstein pada hari Rabu setelah bertemu dengan ketua parlemen Lebanon dan pemimpin gerakan Amal. Nabih Berry.
“Dia [Berri] dan saya sepakat bahwa tidak ada lagi waktu yang terbuang dan tidak ada alasan sah bagi kedua belah pihak untuk menunda,” tambahnya.
Hochstein juga bertemu dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati pada 14 Agustus.
Israel menyerang Beirut setelah rudal pencegat Iron Dome menewaskan 12 anak Suriah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki dalam apa yang Tel Aviv coba gambarkan sebagai serangan Hizbullah terhadap warga sipil Israel.
Kunjungan terakhir Hochstein ke Beirut terjadi sebelum serangan udara ilegal Israel di ibu kota, di mana ia mencoba menekan para pejabat Lebanon untuk mempengaruhi Hizbullah agar tidak menanggapi kemungkinan serangan Israel, menurut surat kabar Al-Akhbar.
Pada tanggal 1 Agustus, Harian Lebanon melaporkan bahwa Hochstein memimpin “kampanye disinformasi diplomatik” dan menipu para pejabat Lebanon agar percaya bahwa Israel tidak akan menyerang ibu kota Lebanon atau pinggiran selatannya, tempat serangan itu terjadi.
Utusan AS sejak awal perang telah berupaya mengamankan penarikan Hizbullah dari luar Sungai Litani dan memfasilitasi kembalinya para pemukim ke wilayah utara Israel.
Namun Hizbullah bersumpah bahwa tidak akan ada diskusi mengenai situasi perbatasan sampai Israel menghentikan perang di Gaza.
(oln/mna/tc/*)