Pesona Batik Gemilang Sragen Eksis di Nusantara hingga Mancanegara, Kebaikan JNE Jadi Asa

Jurnalis TribuneNews24.com Garudeya Prabhati melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, SRAGEN – Memasuki Salon Batik yang terletak di Jalan Arenka, Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen, Jawa Tengah, Anda akan disambut pola menyala berwarna jingga menyala di bebatuan.

Pola-pola tersebut dibuat dalam motif batik bernama Devidari, salah satu motif abstrak koleksi Batik Gemilang. 

Tak hanya motif batik Devidari, sejauh mata memandang, berbagai kreasi batik lainnya pun ditata apik menghiasi ruang tamu batik Jemilang.

Batik Gemilang lahir dari tangan kreatif perajin batik muda asal Sragen, Aja Gilang Romadhona.

Aji menciptakan motif batik kreatif yang kemudian disulap menjadi beragam busana, seperti gaun, blus, dan kemeja.

“Api menyala di atas batu di bawah. Kami berharap tema ini selalu bersinar di pasaran (laris) apapun model dan bentuknya,” kata pria berusia 28 tahun itu kepada Tribune News, Jumat (21 Juni 2024). .

Aji juga bercerita tentang perjalanan Batik Jemilang yang bermula dari sebuah ide yang terlintas di benaknya saat ia sedang jalan-jalan di Bekasi.

Lebih spesifiknya, ide tersebut muncul ketika karyanya di Bekasi yang sudah ia geluti selama tujuh tahun terdampak pandemi Covid-19.

Aji telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk lahirnya Batik Gemilang dengan kursus digital marketing. ((Tribunnews.com/Garudea Prabawati))

Hingga akhirnya ia kembali ke kampung halamannya di Sragen dan memulai usaha batiknya pada tahun 2022, ketika pasar produk lokal Tanah Air masih dilanda kengerian pandemi Covid-19.

Kepercayaan diri dan kreatifitas menjadi modalnya yang membuatnya tekun dalam membuka perusahaannya.

“Saya berani membuka Batik Gemilang pada tahun 2022, walaupun saat itu masih ada pandemi Covid-19, syarat penjualan online di pasar Batik sangat ketat, ini merupakan kesempatan yang tidak mau saya lewatkan,” lanjut Baba. . Dua anak.

Tahap demi tahap ia lalui, mulai dari uji pasar hingga akhirnya menumbuhkan merek lokal produk Batik Gemilang. 1000 potong pakaian batik terjual setiap bulannya

Kegigihan dan kreatifitas Aza membuat produk lokal Batik Gemilang laris manis di pasaran.

Promosi di Instagram dan Facebook semakin gencar, tidak hanya model baju batik yang semakin sering diciptakan, antara lain: memadukannya dengan kain brokat dan berkreasi dengan warna.

Dari satu reseller, Batik Gemilang kini memiliki 11 reseller dropship setelah dua tahun beroperasi.

“Kami buka toko pada Mei 2022 dan lima bulan kemudian alhamdulillah peak season Oktober 2022 itupun kami belum bisa menangani seluruh permintaan pasar karena kami hanya punya satu penjahit,” kata Aji.

Permintaan demi permintaan terus berdatangan, Aji semakin memperkuat tim dan melayani permintaan pasar, dari satu penjahit hingga produknya kini dilayani oleh 4 pusat penjahitan.

Akhirnya Batik Jemilang mampu menjual lebih dari 1.000 lembar kain batik per bulan, meski awalnya hanya mampu menjual 8 lembar per bulan.

“Sementara saat ini kami mengirimkan 25 hingga 35 paket per hari,” imbuhnya. Saat pameran koleksi batik abstraknya, Jumat (21/06/2024), Aji Gilang Romadhon (28), perajin muda asal Sragen, pemilik UMKM Batik Gemilang, hadir di dalam dan luar negeri. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Harga produk pakaian batik gemilang sebenarnya lebih mahal dibandingkan pasar lain, satu potong kemeja batik di Aji berharga Rp 275.000, sedangkan gaun berharga antara Rp 325.000 hingga 375.000.

Kendati demikian, Aji tetap percaya diri dalam memasarkan produknya dan bersaing dengan produk batik lokal lainnya.

Aji mengaku selalu memiliki pandangan segmen pasar terhadap produk fashion yang digarapnya.

Antara lain di kawasan timur Indonesia yang menjadi pasar utama Batik Gemilang.

Aji mengatakan, pulau paling timur Indonesia itu saat ini menjadi pasar Batik Gemilang nomor satu.

Dalam sebulan pengiriman, persentase tujuan ke Papua sekitar 30 persen dari total pengiriman dalam sebulan.

Selain Papua, produk Batik Gemilang juga laris manis di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kalimantan dan Sulawesi juga ada, tapi tidak setinggi Papua, jadi peminatnya memang banyak di pasar Jawa, tapi bersaing dengan produk batik di pasar lain, jadi jarang langsung lewat WhatsApp, begitu pula. di pasar kalimantan dan sumatra” – jelas Aji

Batik Gemilang tidak hanya eksis di kepulauan tetapi juga internasional.

Aji menangani lamaran dari Taiwan, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong.

Ia menjelaskan, saat ini pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) penghasil produk warisan budaya masih memiliki pangsa pasar batik luar negeri yang luas.

“Sebenarnya potensi permintaan batik dari luar negeri sangat besar, namun permintaan produk tersebut tidak hanya untuk fashion saja,” ujarnya.

Aji tetap ingin menjual produknya lebih luas lagi, tentunya mengecek potensi yang ada dari Batik Gemilang. Hasilkan Hingga Miliaran dari Koleksi Produk UMKM Batik Gemilang di Sragen, Jawa Tengah. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) ((Tribunnews.com/Garudea Prabawati))

Kegigihan Aji dalam membatik Gemilang membuahkan hasil dengan penjualan fantastis yang diraihnya setiap bulannya.

Rata-rata omzet perbulan Batik Gemilang berkisar antara Rp 400 hingga 500 juta.

Sedangkan yang omzetnya paling rendah Rp 200 juta per bulan, dan yang terbesar mencapai sekitar Rp 1 miliar per bulan. 

“Ingat omset dulu, saat pertama kali Batik Gemilang dibuka, kami menghasilkan Rp 70 juta per bulan,” kata Aji.

Selama dua tahun terakhir, Aji konsisten menjaga kualitas batik gemilang serta kreativitas dan keunikan setiap batik yang diciptakannya.

Alhasil, jangkauan pasar Batik Gemilang pun semakin luas, dan Aji kini menjadi satu-satunya UMKM Batik di Sragen yang memiliki akses ke Jalora.

“Bagi saya, batik gemilang adalah wadah bagi saya dan tim untuk berkreasi, setiap busana batik gemilang adalah sebuah karya seni, dengan ide, usaha dan kreativitas,” imbuhnya. JNE dengan Jemilang Batik Yatra

Salah satu kesuksesan Batik Gemilang adalah pemanfaatan kampanye PT Tiki Lintus Nugraha Ikakuri (JNE).

Sejak Batik Jemilang hadir di pasaran, Aji selalu mempercayai JNE.

“Saya dari dulu sampai sekarang selalu pakai JNE dan tidak pernah ganti kampanye ke yang lain, bahkan JNE selalu support saya dari awal,” jelas Aji.

Menurutnya, mempercayakan ekspedisi berusia 33 tahun (JNE33 Tahun) yang mengirimkan produk Batik Gemilang merupakan pilihan yang tepat.

JNE yang merupakan kampanye nasional yang selalu mengedepankan keterhubungan kebahagiaan pun merasakan semangat tersebut hingga saat ini, dimana menurutnya sistem kerjasama dan komunikasi dengan JNE selalu memuaskan.

Jika ada sedikit kendala saat pengiriman, Aji yakin JNE akan menanganinya dengan baik dan profesional.

“Sebenarnya banyak tawaran dari travel lain, tapi saya selalu merasa yakin produk saya akan sampai, jadi kalau saya pakai JNE pasti sampai, kualitasnya oke,” tegasnya.

Batik Gemilang juga mendapat diskon ongkos kirim (ongkir) 5-10 persen dari JNE

Bahkan untuk pengiriman internasional, Aji tetap menggunakan JNE.

Menurutnya pengiriman ke luar negeri dengan JNE tergolong cepat, saat mengirimkan produk Batik Gemilang dari Sragen ke Malaysia hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari.

Kedepannya, Aji tetap berharap pasar batik gemilang semakin meluas, termasuk mimpi menjajal pasar Eropa. JNE raih penghargaan di UMKM Summit Awards 2024

JNE Solo, Manajer Cabang Agus Unanto, mengatakan pengembangan usaha kecil dan menengah lokal, termasuk batik, adalah jiwa perusahaan.

Agus mengatakan, sejak era belanja online yang mulai populer sekitar tahun 2010, Soloraya menjadi daerah sumber penting pengiriman di Pulau Jawa menurut data JNE. 

Hal ini antara lain disebabkan oleh banyaknya industri fesyen dan fesyen di kawasan Solorea. 

Selain itu, beberapa kabupaten yang terkenal dengan kerajinan dan makanan khasnya juga menyumbangkan pasokan dari daerah Soloraya termasuk Onogiri berupa kacang mete. 

“Pengiriman saat peak season biasanya berupa makanan dan fashion,” kata Agus kepada tribunenews.com, Selasa (18 Juni 2024).

Agus juga menyampaikan bahwa JNE sangat mendukung perkembangan brand lokal, salah satunya adalah podcast Joni Yati Stories yang menampilkan kisah-kisah inspiratif dari pelaku usaha kecil menengah dan pemilik brand di Indonesia. 

Program ini juga menciptakan postal saving yaitu promosi pos untuk pembelian produk merek UMKM lokal.

JNE terus meneladani dan menerapkan semangat “Gas Menjaga Semangat Kreativitas”, juga dalam konteks berkembangnya usaha kecil dan menengah khususnya di Soloraya.

“Sejak pandemi melanda Indonesia, JNE hadir dan memberikan dukungan kepada usaha kecil dan menengah untuk bertahan di masa pandemi. “Beberapa di antaranya menawarkan promosi pengiriman dan pembelian produk berkelanjutan dengan hadiah JNE.”

“Bersama UMKM, kita kobarkan semangat kreativitas agar UMKM dapat mencapai pertumbuhan ekonomi berbasis kelas dan nasional,” tutup Agas.

Sementara itu, Ari Palgunadi selaku Senior Vice President Marketing Group JNE menambahkan, JNE selalu berupaya membantu usaha kecil dan menengah untuk tetap bertahan di saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia. 

Hal ini dicapai dengan memperkenalkan berbagai program dan promosi diskon khusus untuk usaha kecil dan menengah, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha di bidang usaha kecil dan menengah.

Upaya-upaya tersebut pada akhirnya diakui sebagai “Mitra UMKM” Bidang Logistik pada MSME Summit Awards 2024. 

“Kami atas nama seluruh karyawan dan manajemen JNE mengucapkan terima kasih atas penghargaan sebagai “Mitra UMKM”. Suatu kehormatan menerima penghargaan ini atas komitmen JNE dalam membantu usaha kecil dan menengah,” kata Eri.

Erie menambahkan, penghargaan “Mitra UMKM” ini menjadi insentif bagi JNE untuk terus berkontribusi dalam pengembangan sektor UMKM Indonesia agar bisa terus tumbuh dan berkembang.

#JNE #ConnectingHappiness #JNE33 Tahun #JNEContent Competition2024 #GasssLanjutkanSpiritofCreativity 

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *