TRIBUNNEWS, SEMARANG – Meski menghadapi tantangan modernisasi dan gaya hidup yang serba cepat, tradisi minum jamu di Indonesia masih kuat dan digemari banyak orang, termasuk anak muda. Hal ini menandakan bahwa jamu tidak hanya menjadi warisan budaya yang bersifat permanen, namun juga menjadi daya tarik bagi generasi penerus bangsa.
Meningkatnya minat generasi muda terhadap jamu tidak lepas dari pencarian inovasi dari produsen jamu yang menawarkan berbagai produk jamu secara instan dan siap pakai agar sesuai dengan perilaku konsumen generasi muda.
Hal inilah yang terus dipertahankan oleh PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) dalam menjaga tradisi minum jamu di banyak kalangan dengan metode baru dan teknologi modern.
Melalui produknya, CEO Sido Munkul Irwan Hidayat berharap dapat mengajak generasi muda untuk ikut melestarikan tradisi minum jamu dan menghidupkan kembali dunia jamu di Indonesia yang sempat hilang.
“Kami memutuskan untuk melanjutkan pengembangan jamu dalam bentuk yang modern, sehingga pemanfaatannya lebih praktis, sehingga dapat menarik perhatian generasi muda untuk ikut melestarikan budaya minuman jamu. Mereka tidak suka dengan pahitnya jamu,” tambah Irvan
Sido Munkul sendiri merupakan produk versi baru berbentuk kapsul lunak yang sebelumnya dibuat dalam bentuk bubuk dan cair, sama seperti Tolak Angin yang dikonsumsi terlebih dahulu dalam bentuk bubuk, kemudian dikemas dalam sachet (cair) dan kemudian diformulasi ulang dalam bentuk Kapsul Aso. Ada versi obat herbal yang dikemas dalam botol, seperti Lifestyle Jam.
Hubungi 100 pengedar jamu
Dalam rangka mendukung kelestarian jamu tradisional di Indonesia dan dalam rangka Hari Jamu Nasional, Sido Munkul mengundang 100 pedagang jamu ke pabrik Sido Munkul di Ungaran Kabupaten Semarang untuk menyelenggarakan acara “Ayo Minum Jamu”. , Kamis (30/05/2024).
Salah satu acaranya adalah dengan mengundang para pedagang jamu dari berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Semarang, Solo dan Jogja untuk mengunjungi pabrik Sido Munkul dan menyaksikan proses produksi produk Sido Munkul dengan menggunakan teknologi modern.
Setelah meninjau proses produksi, acara dilanjutkan dengan penampilan minuman herbal di kawasan agrowisata Sido Munkul dengan didampingi oleh Direktur Sido Munkul Irvan Hidayat, Apoteker dan Ahli Gizi, Ahli Madya Balai Besar POM Semarang Woro Puji Hastuti, Direktur. dari GP Jamu Jawa Tengah Stephanus Handoyo dan pedagang obat herbal.
Tak hanya itu, para pedagang jamu peserta juga dibimbing dan diinformasikan oleh pengawas farmasi dan gizi, ahli pusat di Balai POM Semarang tentang produksi obat yang baik dan bersih.
Direktur Sido Munkul Irwan Hidayat juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas ditetapkannya Hari Jamu Nasional yang sangat mempengaruhi dan mendorong pelestarian budaya konsumsi narkoba. kepada pedagang obat-obatan herbal.
“Ditetapkannya Hari Jamu Nasional oleh Pak SBI, Presiden saat itu, menunjukkan bahwa kebiasaan minum obat sudah menjadi gaya hidup sehat, Hari Jamu merupakan penghormatan terhadap pengobatan kita sendiri. mendorong dunia usaha,” kata Irwan.
Di saat yang sama, Irwan juga mengucapkan terima kasih kepada para bandar narkoba yang pertama kali mengenalkan narkoba dan hingga saat ini mereka terus mempromosikan narkoba ke berbagai kalangan.
“Saya atas nama keluarga besar Sido Munkul mengucapkan terima kasih. Tanpa malu-malu ia mempopulerkan jamu dari luar ke luar. Bahkan sampai mengajar anak-anak Anda. Jamu modern menggunakan bentuk kapsul, namun juga dibuat berbentuk bubuk, meski pengedar jamu semakin sedikit. “Saya menghargai upaya semua orang,” katanya
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Jamu Pusat (GP) Jamu, Stefanus Handoyo menambahkan, penting untuk terus memperingati Hari Jamu Nasional guna menjaga budaya minuman herbal di Indonesia.
“Oleh karena itu, kemajuan-kemajuan yang kita capai dalam melestarikan budaya kedokteran untuk anak-anak sekolah, tentunya harus dilestarikan. Begitu kita tahu, jangan langsung hilang, kita harus melestarikan apa yang menjadi program UNESCO by natural, yuk kita lanjutkan, salah satunya itu jamu, sekolah, ke kota,” imbuh Stefanus.
Menurutnya, kegiatan ini juga penting untuk pelestarian dan penyajian budaya minum jamu kepada generasi muda. Stefanus mengaku pihaknya juga menyasar komunitas jamu di berbagai daerah.
Sementara itu, Pengawas Farmasi dan Makanan, Tenaga Ahli Pusat Balai Woro POM Semarang, Puji Hastuti mengapresiasi proyek “Ayo Minum Jamu” yang diselenggarakan oleh Sido Munkul. Dijelaskannya, karya ini sangat baik untuk melestarikan tradisi minum obat bagi generasi penerus.
“Hal ini harus diwariskan kepada generasi muda untuk mencintai obat yang merupakan warisan budaya. Kami di BPOM Semarang juga mendukung dan mendukung baik perusahaan besar maupun pedagang obat agar mengetahui cara membuat obat yang higienis, aman dan bermanfaat bagi konsumen,” kata Woro.
Salah satu penjual jamu, Ira Natalya (38), asal Magelang pun menyambut antusias acara yang dibawakan Sido Munkul. Menurut dia, dalam kondisi kemajuan teknologi dan cara transportasi, ia mengaku masih menjual jamu dengan cara tradisional yakni ke pintu rumah.
“Pelanggannya bapak dan ibu yang menyusui juga. Jamu bayi sehat untuk bayi, nasi kenkur juga. Di Magelang juga banyak pecintanya, ada juga yang membangkitkan nafsu makan,” kata Ira.
Penemuan jamu modern dari Sido Munkul sangat membantu Ira dalam menyiapkan bahan-bahan untuk membuat berbagai obat herbal. Namun masih ada beberapa obat yang dibuatnya dengan cara tradisional.
“Iya modernitas memudahkan pekerjaan kami. Tapi rempah-rempah tetap kami gunakan dan kami siapkan sendiri, terutama untuk jamu yang pahit-pahit,” jelas Ira.