Perubahan Kabinet Prancis, Macron Segera Mengumumkan PM Baru

Presiden Prancis Emmanuel Macron akan menunjuk Perdana Menteri baru dalam beberapa hari mendatang. Tugas utama perdana menteri baru adalah membuat parlemen menyetujui anggaran tahun 2025. Pernyataan tersebut diumumkan Macron pada Kamis (5/12/2018) setelah pemerintahannya dicopot dari jabatannya oleh anggota parlemen, setelah mereka memilihnya.

Politisi konservatif berpengalaman Michel Barnier adalah perdana menteri dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah Prancis modern. Hanya tiga bulan setelah pengangkatannya, ia mengundurkan diri pada hari yang sama setelah parlemen menolak rencana anggarannya.

Dalam siaran persnya, Macron mengatakan dia akan menunjuk pengganti Barnier “dalam beberapa hari mendatang.”

Prioritas pertama adalah anggaran, kata Macron.

Macron juga menjelaskan, undang-undang khusus akan diusulkan pada pertengahan Desember untuk memperpanjang anggaran 2024 guna menghindari kesenjangan anggaran. Pemerintahan baru kemudian akan menyiapkan anggaran penuh, termasuk penyesuaian inflasi, awal tahun depan sebelum diajukan ke parlemen.

Meskipun posisinya melemah akibat krisis ini, Macron menolak seruan dari beberapa pihak oposisi agar dia mengundurkan diri. Ia menyatakan akan menjabat hingga akhir Mei 2027.

Tugas yang bapak berikan kepada saya selama lima tahun, akan saya penuhi sampai akhir,” ujarnya.

Dalam pidatonya yang berdurasi 10 menit, ia menambahkan bahwa pemerintahan baru mewakili berbagai pihak yang ingin bekerja sama, atau setidaknya tidak mengajukan mosi tidak percaya. Namun, dia tidak merinci partai yang dimaksud.

Sementara itu, Macron meminta Barnier dan kabinetnya mempertahankan pemerintahan sementara hingga kabinet baru terbentuk. Masalah yang dihadapi perdana menteri baru

Anggota partai kiri dan kanan menentang persetujuan anggaran tersebut. Mosi tidak percaya terhadap Barnier didukung oleh partai sayap kiri dan kanan yang sudah lebih dulu menolak anggaran tersebut.

331 dari 577 anggota parlemen mendukung usulan tersebut. Situasi ini dikhawatirkan akan menambah kekacauan politik di Prancis.

Macron menunjuk Barnier sebagai perdana menteri pada tanggal 5 September setelah pemilu sela di mana parlemen terpecah, dan tidak ada partai yang memegang mayoritas.

Parlemen yang terpecah memaksa pemerintah untuk mengesahkan undang-undang termasuk anggaran tahun 2025.

Ketika Macron diperkirakan akan menunjuk perdana menteri baru, mereka menghadapi tantangan jatuhnya Barnier.

Ketidakstabilan politik ini juga menimbulkan kekhawatiran terhadap perekonomian Prancis, termasuk kemungkinan kenaikan suku bunga obligasi pemerintah yang dapat memperburuk beban utang pemerintah.

Fr/ga (AFP, Reuters, AP, dpa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *