Persiapan SDM Dinilai Menjadi Faktor Penting Mencapai Transformasi Energi Hijau

Laporan jurnalis Tribunnews.com Dennis Destriavan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sumber daya manusia (SDM) dinilai menjadi faktor penting dalam mencapai transisi energi hijau di Indonesia.

Indonesia telah berkomitmen terhadap transisi energi ramah lingkungan untuk mencapai emisi nol bersih (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal. Pelatihan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam mendukung transisi energi hijau menuju Net Zero Emissions (NZE).

Ilmuwan Institut Teknologi Bandung Agus Purvadi mengatakan transisi dari energi hijau ke energi bersih dan ramah lingkungan telah menjadi kesepakatan global dan akan mengubah banyak hal.

Agus Purwadi dikutip Selasa (28 Mei 2024) mengatakan: “Seperti perubahan kesempatan kerja, skenario pembangunan, orientasi bisnis, dan lain-lain, serta secara global/regional dan negara.”

Hal tersebut diungkapkan Agus pada seminar yang diselenggarakan oleh PT. Hioki Electric Indonesia (Hioki Indonesia) bertajuk Memimpin Masa Depan: Memperluas Cakrawala Transisi Energi Indonesia.

Agus meyakini ekosistem transisi energi hijau juga membuka peluang dan tantangan baru yang memerlukan pemahaman, strategi, dan mekanisme yang tepat untuk mengidentifikasi tantangan/peluang/peluang yang ada saat ini dan yang akan muncul.

“Untuk memastikan transisi energi rendah karbon yang adil dan merata terlaksana dengan baik,” tambah Agus.

Presiden dan CEO Hiok Indonesia – Tisna Irawan mengatakan bahwa Hiok memainkan peran penting dalam gerakan menuju energi ramah lingkungan. Alat kalibrasi dan pengukuran tersedia untuk menjaga standar kualitas.

Tisna Irawan mengatakan, “Dari produk baterai yang digunakan pada kendaraan listrik maupun produk industri lainnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Joko Siswanto memaparkan dokumen terkait “Tantangan Implementasi Kebijakan Energi Nasional dan NZE”.

Ia mengatakan, upaya mewujudkan transisi energi harus bisa melalui langkah-langkah seperti pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) yang dilaksanakan sesuai potensi daerah (lokal). Mengembangkan infrastruktur jaringan listrik di lokasi terpencil.

Memperkenalkan pajak karbon agar EBT lebih kompetitif, juga mendorong perbankan untuk mengembangkan EBT dengan suku bunga lebih rendah.

Joko menjelaskan: “Selain itu, perlu dibangun industri pendukung dalam negeri, antara lain: sel surya, baterai, mobil dan sepeda motor listrik, pabrik hidrogen… yang memiliki potensi berkelanjutan dan prospek tinggi di masa depan.”

Pada konferensi ini, Hyoki juga mengumumkan pembukaan pusat pelatihan dan cabang baru di Surabaya.

Fasilitas baru ini menunjukkan komitmen Hyok untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas di industri energi hijau, memperluas cakupannya dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan, tulisnya di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *