TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi pelaku farmasi internasional untuk berinvestasi atau meningkatkan kapasitas produksi.
Mirip dengan strategi yang diterapkan oleh B Braun Indonesia. Perusahaan farmasi dan alat kesehatan (alkes) asal Jerman ini memperluas lini produksi infus pereda nyeri dan antipiretik (analgesik-antipiretik) dengan kemasan semi kering mulai tahun 2024.
Proses produksi ini dilakukan di pabrik di Sikampek, Jawa Barat yang telah beroperasi sejak tahun 2017.
“Dengan infus analgesik-antipiretik yang seluruhnya diproduksi sendiri, kami mendukung inisiatif pemerintah untuk meningkatkan kemandirian industri farmasi dan menjamin ketersediaan obat-obatan yang tepat bagi masyarakat Indonesia,” kata Rainer Ruppel, presiden B Brown Indonesia. , Selasa (8/10/2024).
Ia mengatakan peningkatan kapasitas produksi merupakan bagian dari komitmen jangka panjang perseroan untuk berinvestasi di Indonesia. “Ini bukan soal manufaktur, tapi soal peningkatan energi dan teknologi lokal,” kata Rainer Ruppel.
Hal ini dijelaskan oleh fakta bahwa proses produksi infus analgesik-antipiretik ramah lingkungan.
Seluruh tahapan proses manufaktur akan didukung oleh sumber energi ramah lingkungan, termasuk pembangkit listrik tenaga surya (STP) berkapasitas 1,2 MW yang akan beroperasi pada April 2024.
PLTS ini menghasilkan listrik sebesar 1.673 GWh per tahun, memenuhi 20-30 persen kapasitas pembangkit dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 705 ton pada bulan pertama beroperasi.
Selain menggunakan energi terbarukan, perusahaan berupaya mengurangi dampak lingkungan dari produknya, khususnya tanaman obat. Solusi inovatifnya adalah pembungkus wadah semi-kering yang menggunakan polietilen bebas PVC, DEHP, dan lateks.
“Bahan ini mudah terurai secara hayati dan dapat mengurangi jumlah limbah medis dan risiko pencemaran lingkungan,” kata Rainer.
Kantong kontainer semi kering merupakan pilihan yang lebih mudah bagi petugas kesehatan karena bebas dari PVC, DEHP dan lateks, sehingga kompatibel dengan berbagai obat.
Selain itu, desain produk baru memastikan keamanan dan kemudahan penggunaan, mengurangi jejak karbon dalam siklus produksi.
Dengan menggabungkan inovasi dan manufaktur berkelanjutan, perusahaan juga berupaya mendukung tujuan pemerintah Indonesia untuk mencapai nol emisi pada tahun 2060.
Inisiatif keberlanjutan ini adalah bagian dari B.C. Brown telah mengantarkan Indonesia meraih penghargaan yang sama dengan penghargaan Biru dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) wilayah Jawa Barat.
Pabrik yang diresmikan pada 27 Juli 2017 oleh Kementerian Kesehatan RI ini merupakan pusat manufaktur yang memadukan teknologi baru dengan pendekatan ramah lingkungan.