Perlu Jejak Empiris untuk Klaim Khasiat dan Manfaat Jamu Terhadap Kesehatan

Laporan reporter Tribunnews.com Ek Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Pengawas Obat Tradisional, Kosmetika dan Suplemen Mohamad Kashuri mengatakan pengembangan obat herbal perlu dilakukan dari atas dengan mempertimbangkan obat herbal dari bahan baku tanaman obat.

Selain itu perlu diteliti, dicatat dan didokumentasikan sebagai data empiris tanaman obat atau obat tradisional dan dapat menjadi dasar klaim tentang khasiat kategori obat herbal.

“Ini bisa menjadi salah satu data pendukung pertama untuk membuktikan klaim-klaim dalam kategori standar obat herbal dan fitofarmaka di luar bukti ilmiah berupa data praklinis dan/atau klinis,” ujarnya saat FGD. Jejak Empiris Obat Alami Terhadap Kualitas Produk di Jakarta, Jumat (31 Mei 2024).

Kashuri mengatakan, selama ini bukti empiris khasiat obat herbal berasal dari teks klasik, farmakope, monografi atau referensi ilmiah lain yang diakui.

Dengan memahami manfaat jejak empiris obat herbal Indonesia, kami berharap dapat mendorong semua pihak baik pemerintah, peneliti, dan masyarakat untuk mendokumentasikan tanaman obat atau bahan obat dengan cara yang benar, sehingga dapat menjadi modal bagi masyarakat. ditemukannya obat-obatan herbal baru yang bermanfaat dan bernilai ekonomis,” ujarnya.

Acara tersebut juga membahas tentang konsep bukti empiris sebagai penjamin keamanan dan efektivitas obat herbal, pemanfaatan data Ristoja dalam bukti empiris obat herbal, serta pentingnya pendokumentasian kearifan lokal dan pendokumentasiannya. Noor Wijayahadi MKes, PhD, tepat. Rohmat Mujahid, S.Si, MSc dan Ph.D. Djoko Santos, DI

Peran Badan POM dalam membantu obat-obatan alami di bidangnya agar menjadi produk yang berkualitas juga dibahas dan diwakili oleh Direktur Balai POM di Pontianak dan Direktur Balai POM di Jambi.

Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Budiono Subambang, Asisten Koordinator Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan mengapresiasi pekan herbal yang digagas BPOM yang diisi dengan FGD.

“Kami berharap ini menjadi insentif untuk melestarikan dan mengembangkan budaya jamu Indonesia,” ujarnya.

“Kami berharap pemerintah, peneliti, pelaku ekonomi dan profesional kesehatan, serta masyarakat yang memahami pentingnya data empiris dalam pengembangan obat-obatan alami, dapat menggunakan langkah hari ini sebagai peluang bagi semua pihak untuk mengumpulkan data empiris mengenai obat-obatan alami. obat-obatan alami. Mulai dari pengembangan obat alami hingga produk berkualitas,” kata Budiono Subambang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *