TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kelompok industri pertahanan darat Eropa, KNDS Group, berkomitmen meningkatkan kemitraan dengan industri pertahanan Indonesia melalui transfer ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pembuatan amunisi.
Penegasan tersebut disampaikan perwakilan KNDS di Indonesia, Thomas Gerard, kepada wartawan di sela-sela seminar revitalisasi industri pertahanan darat yang digelar Lemhanas RI bekerja sama dengan KNDS di Jakarta.
“Kami memiliki hubungan jangka panjang dengan Kementerian Pertahanan dan TNI sejak 40 tahun lalu dalam berbagai kerjasama di Indonesia. “Belum lama ini kami memutuskan untuk mempercepat dan memperkuat kerja sama industri dengan industri pertahanan Indonesia,” kata Thomas dalam keterangannya, Kamis (29/08/2024).
Percepatan kemitraan ini, lanjut Thomas, ditandai dengan dibukanya cabang KNDS di Jakarta untuk memperkuat kerja sama industri dengan BUMN dan swasta, khususnya di bidang pertahanan darat yang merupakan keahlian khusus KNDS Group.
Seperti diketahui, KNDS bekerjasama dengan PT Pindad dalam produksi amunisi dan artileri.
Oleh karena itu, kata Thomas, KKNDS berkomitmen untuk memberikan lebih banyak ilmu dan teknologi khususnya pada pabrik amunisi menengah dan besar dengan mitra industri di Indonesia.
“Kami sangat puas dengan tingkat keahlian mitra industri kami di Indonesia. Dan kami bersedia memberikan lebih banyak teknologi, pengetahuan, dan manufaktur ke Indonesia,” kata Thomas.
Transfer teknologi seperti apa yang akan diberikan kepada industri pertahanan Indonesia?
Thomas mengatakan pihaknya akan memindahkan sebagian produksi amunisi kaliber menengah ke besar.
“Tentunya teknologi ini akan membantu memberikan keahlian, kedaulatan dan manfaat bagi Indonesia. “Itulah dua bidang utama dalam menjalin kerja sama dengan industri pertahanan Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, saat memaparkan seminar, Anggota Parlemen Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Bappenas Bogat Wdiyatmoko mengatakan, pemerintah fokus pada pengadaan alat pertahanan dan keamanan (alpahankam) dengan menyiapkan anggaran industri pertahanan dalam negeri.
Selain itu, pembelian peralatan pertahanan dan keamanan merupakan salah satu program prioritas Presiden periode 2025-2029.
“Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 telah menyusun serangkaian pedoman dan strategi untuk memperkuat industri pertahanan negara,” kata Bogat.
Bogat menambahkan, Indonesia menempati peringkat ke-25 sebagai negara pengimpor peralatan penting sistem persenjataan (alutsista).
Sebagian besar diproduksi di Amerika Serikat, Prancis, dan Korea Selatan.
“Indonesia termasuk dalam 25 negara yang paling banyak mengimpor senjata. Namun Indonesia tidak termasuk pembeli terbesar Amerika Serikat dan Prancis,” ujarnya.
Bogat menjelaskan, Indonesia harus memperkuat industri pertahanan dalam negeri untuk menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI dalam mengantisipasi dinamika geopolitik dunia yang sangat cepat.
“Saat ini prioritas alutsista dalam negeri harus ditingkatkan untuk menjaga keamanan nasional di tengah memanasnya geopolitik dunia,” ujarnya.
Ia juga meminta perusahaan pertahanan Tanah Air untuk memproduksi lebih banyak alutsista. Apalagi, BUMN di bidang pertahanan belakangan ini mempunyai keuntungan yang semakin meningkat.
“Kami meminta industri pertahanan tanah air untuk meningkatkan produksi senjata dan alutsista,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Global Sales and Marketing Ammunition KNDS Patrick Lier menyampaikan bahwa senjata Indonesia sudah banyak kemajuan.
Hal ini berkat kerja sama Perancis dan Indonesia dalam kemajuan alutsista.
“Kami telah membantu Indonesia dalam industri persenjataan untuk membangun persenjataan yang lebih canggih. Selain itu, Indonesia telah mencapai kemajuan besar dalam alutsista dalam negeri,” kata Patrick.
Pattrick mengatakan, KNDS telah menjalin kerja sama dengan perusahaan negara di bidang industri pertahanan seperti PT Pindad. Menurutnya, BUMN merupakan mitra penting bagi pengembangan sistem persenjataan darat.
“Kerja sama yang utama adalah artileri, amunisi, dan kendaraan tempur. Oleh karena itu, kerja sama ini menciptakan win-win solution bagi Indonesia dan Prancis,” ujarnya.
Plt Gubernur Lemhanas RI Letjen TNI Eko Margiyono menegaskan amunisi konvensional menjadi salah satu parameter keberhasilan operasi militer.
Dalam sambutannya, Eko menyatakan bahwa belajar dari banyak peperangan di berbagai daerah dalam beberapa tahun terakhir, amunisi konvensional menjadi prioritas selain menggunakan teknologi baru untuk memenangkan perang.
“Kebutuhan amunisi konvensional menjadi salah satu parameter keberhasilan operasional yang harus diperhatikan. Hal ini untuk menjamin kesiapan operasi TNI menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” kata Eko.