TRIBUNNEWS.COM – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus memperluas akses pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi UMKM di Indonesia untuk terus memperkuat perekonomian masyarakat. Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan hingga akhir Agustus 2024, perseroan telah menyalurkan KUR senilai Rp 126,12 triliun kepada 2,6 juta UMKM yang berhutang.
Supari menambahkan, perseroan optimis tahun ini mampu menyalurkan KUR sesuai kuota yang diberikan Pemerintah.
“Penyaluran KUR BRI hingga akhir Agustus 2024 sebesar 76,44 persen dari total target penyaluran tahun 2024 sebesar Rp 165 triliun. Dan BRI optimistis dapat mencapai target penyaluran KUR pemerintah pada tahun ini,” ujarnya.
Jika dirinci, sebagian besar penyaluran KUR BRI didominasi oleh sektor produksi sebesar 59,41 persen. Sektor produksi tersebut meliputi pertanian, perikanan, industri dan jasa lainnya. Di sisi lain, BRI juga menjaga kualitas KUR yang disalurkan. Hal ini tercermin dari tingkat gagal bayar KUR yang berada pada kisaran 2,31 persen.
BRI juga telah menyiapkan beberapa strategi. “BRI akan terus menyalurkan KUR secara selektif, mendorong peningkatan recovery rate dan melakukan pengawasan ketat terhadap pinjaman baik offline maupun online,” tambah Supari.
Secara keseluruhan, strategi BRI untuk segmen mikro dan ultra mikro hingga akhir tahun 2024 adalah menerapkan penyaluran kredit secara selektif (selective growth). BRI juga akan memperkuat positioning usaha mikro di masyarakat dengan konsep berorientasi ekosistem dan pendekatan “Pemberdayaan sebelum pembiayaan”.
Pada kesempatan lain, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, perseroan memiliki strategi untuk memberdayakan UMKM agar lolos evaluasi perbankan untuk mendapatkan pembiayaan dan naik peringkat.
Sebenarnya promosi menempatkan UMKM di urutan terakhir. Di bawah perbankan, di bawah lembaga keuangan. Kalau kita mendidik, kita benar-benar menempatkan UMKM sejajar dengan bank sebagai mitra, kata Sunarso.
Menurut Sunarso, ada lima hal yang perlu diajarkan tentang UMKM. Pertama, soal jiwa wirausaha.
“Itulah yang harus kita edukasi kepada UMKM. Karena banyak pelaku UMKM yang memiliki beberapa tingkatan,” kata Sunarso.
Yang kedua berkaitan dengan keterampilan administratif dan manajemen mereka. Menurut Sunarso, ini merupakan tugas penting. Karena kedua hal ini masih merupakan bidang yang sangat besar untuk digarap.
Ketiga, tentang aksesibilitas UMKM terhadap informasi, pasar, teknologi, dan pembiayaan. Keempat, Sunarso mengatakan UMKM juga harus diedukasi mengenai keberlanjutan. Baik itu keberlangsungan usaha, khususnya kelestarian lingkungan hidup.
Terakhir, Sunarso menekankan pentingnya edukasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance bagi UMKM. “UMKM perlu kita didik untuk menjalankan usahanya dengan prinsip GCG yang baik. Hal itu akan membuat UMKM tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan,” tandasnya.