Periksa Sekjen DPR Indra Iskandar, KPK Telusuri Vendor Nakal Pengadaan Furnitur Rumah Jabatan

Wartawan Tribunnews.com Ilham Rian Pratama melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar terkait dugaan kasus korupsi pembelian furnitur Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (RJA) tahun anggaran 2020, Rabu (15/05/2020).

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Ali Fikri mengatakan tim penyidik ​​sedang mendalami peran Indra Iskandar di bidang pengadaan publik terkait posisinya sebagai Sekjen DPR.

Selain itu, penyidik ​​KPK juga memeriksa Indra soal vendor yang meraup keuntungan ilegal dengan membeli furnitur dari RJA DPR.

Indra Iskandar (Sekretaris Jenderal DPR RI), saksi hadir dan membenarkan hubungan kedudukan saksi dengan tugas Sekjen DPR RI, kata Juru Bicara KPK, Ali Fikri, dalam keterangannya, Kamis. 16/05/2024) . ).

Termasuk juga pembuktian dugaan adanya pemasok yang mengambil keuntungan ilegal dari pembelian barang dan jasa di DPR, tambahnya.

Usai diperiksa, Indra mengaku menyerahkan kepada tim penyidik ​​KPK segala hal yang diketahuinya soal pasokan furnitur ke rumah anggota DPR.

Namun, dia belum mau membeberkan materi laporan ahli yang dicari penyidik.

Intinya saya sudah berikan semua ilmu yang saya punya, saya sudah berikan fakta yang saya tahu dan saya yakin penyidik ​​KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan bekerja profesional, kata Indra di Gedung KPK, Jakarta Selatan. . Rabu (15 Mei 2024).

Indra pun enggan bercerita soal penggeledahan beberapa hari lalu di kantornya Sekretariat Jenderal DPR RI. 

Berdasarkan pemberitaan, penyidik ​​KPK menggeledah kantor Indra pada Selasa (30 April 2024).

“Tanya penyidik, saya tidak bisa masuk ke pokok perkara, intinya tanya ke penyidik, saya kasih intinya,” ujarnya.

Diketahui, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan peralatan Rumah Jabatan Anggota DPR RI (RJA) tahun anggaran 2020. Kerugian pemerintah diduga mencapai miliaran rupee.

Modus korupsinya diduga terkait dengan inflasi harga atau overcharging.

Proyek yang rusak antara lain peralatan kantor.

Mulai dari perabotan ruang tamu, ruang makan, pengadaan kursi, lemari dan sejenisnya.

Berdasarkan penelusuran di situs Layanan e-Procurement (LPSE) DPR, terdapat empat proyek pengadaan RJA DPR pada tahun 2020.

Proyek yang dilaksanakan Sekretariat Jenderal DPR itu meliputi dua kompleks perumahan anggota DPR di Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan, dan di Kalibata, Kecamatan Pankoran, Jakarta Selatan.

Pertama, penyediaan fasilitas lengkap untuk RJA DPR RI Ulujami dengan nilai paket atas sebesar Rp9.963.500.000 sedangkan harga penilaian sendiri (HPS) sebesar Rp9.962.630.700. Proyek ini dimenangkan oleh PT Hagita Sinar Lestari Megah dengan nilai penawaran sebesar Rp9.752.255.700. Perusahaan yang beralamat Jalan Jendral Ahmad Yani no. 32 RT 006 RW 006, Utan Kayu Selatan, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, menyisihkan 87 penawar lainnya.

Kedua, RJA menyelesaikan pemesanan fasilitas DPR RI Kalibata Blok A dan B dengan nilai paket atas Rp 39.730.600.000. sedangkan HPS sebesar Rp 39.727.710.000. Proyek tersebut diberikan kepada Dwitunggal Bangun Persada dengan harga penawaran sebesar Rp 38.928.186.000. Perusahaan yang berlokasi di Jalan Olympic Raya Kavling B Kawasan Komersial Sentul Industri, Babakan Madang, Kabupaten Bogor ini berhasil menyisihkan 69 pelamar.

Berikutnya, pengadaan fasilitas RJA DPR RI Kalibata Blok C dan D dengan pagu paket sebesar Rp37.744.100.000. Sedangkan nilai HPS sebesar Rp37.741.324.500. Pemenangnya adalah PT Haradah Jaya Mandiri dengan penawaran Rp 36.797.807.376. Perusahaan yang berlokasi di Kompleks Ruki Sentral Niaga Taman Kota, Jalan Raya Basmol No. 2D RT 001/05 Kembangan, Jakarta Barat itu menggantikan 68 peserta lelang lainnya.

Terakhir, Pemesanan Fasilitas RJA DPR RI Kalibata Blok C dan D dengan plafon paket Rp33.991.800.000 sedangkan nilai HPS Rp33.989.263.000. Proyek ini diberikan kepada PT Paramitra Multi Prakasa yang mengajukan penawaran sebesar Rp32.863.600.000. Perusahaan ini berlokasi di Ruko Bojong Indah Lantai 2 Jalan Pakis Raya No. 88 N RT 009 RW 06, Cengkareng, Jakarta Barat, mengalahkan 70 penawar lainnya.

Berdasarkan perhitungan nilai HPS dari empat proyek yang dikerjakan Sekjen DPR jumlahnya mencapai Rp 121.420.925.200.

Dalam kasus ini, KPK sendiri telah mencegah tujuh orang keluar negeri dalam enam bulan pertama sejak Juli 2024.

Mereka adalah Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar; Hifi Hidupati, Ketua Bagian Pengelolaan Rumjaba DPR RI; Tanti Nugroho, direktur PT Daya Indah Dinamika; dan Juanda Hasurungan Sidabutar, direktur PT Dwitunggal Bangun Persada.

Kemudian Kibun Rony, Direktur Operasional PT Avantgarde Production; Andrias Catur Prasetya, manajer proyek PT Integra Indocabinet; dan Prajurit Edwin Budiman.

Di sisi lain, sumber Tribunnews.com menyebutkan tujuh negara yang dilarang bepergian ke luar negeri berstatus tersangka.

“Semua orang menjadi tersangka,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *