Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jepang Bahas soal Ormas Keagamaan Dapat Konsesi Tambang

Laporan Richard Susilo dari Tribunnews.com di Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Persatuan Pelajar Indonesia Jepang (PPI) menyelenggarakan Webinar dan Seri Simposium Ilmiah Tahunan Perguruan Tinggi Indonesia di Jepang (ASSIGN) ke-7.

Acara ini sekaligus dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2024.

Topik webinar kali ini adalah “Reklamasi Lahan dan Transisi Energi Sebagai Upaya Mitigasi Perubahan Iklim.” Acara ini akan berlangsung pada tanggal 8 Juni 2024 dan dikemas dalam bentuk seminar yang akan memperkenalkan para ahli di bidang tersebut. Webinar dipandu oleh perwakilan Duta Besar RI di Tokyo, Prof. Amzul Rifin, Lampiran Pendidikan dan Kebudayaan, prof. Amzul menyambut baik webinar tersebut,” kata Prima Gandhi, Wakil Presiden, PPI Jepang.

Menurut Prima Gandhi, hal ini merupakan wujud kepedulian terhadap upaya mahasiswa Indonesia di Jepang dalam mengurangi perubahan iklim di tanah air.

Dalam sambutannya, Prima Gandhi menyampaikan bahwa topik webinar ini merupakan hal yang patut didiskusikan dan dipelajari oleh generasi muda dunia khususnya.

Sebab, generasi muda akan menjadi subjek dan objek akibat perubahan iklim di masa depan.

Penanggung jawab pertolongan pertama adalah Marjuki MSi, Plt. Pusat Informasi Iklim BMKG sesekali memberikan materi mengenai perubahan iklim di Indonesia.

Dari data geofisika dan meteorologi yang tersaji, terlihat jelas bahwa perubahan iklim di Indonesia akan memberikan dampak buruk dari waktu ke waktu.

Pakar kedua, Dr Beata Ratnawati, Ketua Program Teknik Manajemen Lingkungan IPB University, menjelaskan kontribusi dan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Indonesia.

Penerangan ketiga, Dr Muh Zahrul Muttakien, Konselor Kehutanan KBRI Tokyo, dalam laporannya mengajak generasi Indonesia berkontribusi dalam restorasi hutan dan lahan gambut di Indonesia guna mengurangi perubahan iklim.

“Indonesia memiliki lahan gambut kaya karbon yang mendukung keanekaragaman hayati dan penghidupan masyarakat sekitar. Sekitar 30 hingga 40 persen karbon dunia disimpan di lahan gambut, meskipun lahan tersebut hanya menutupi tiga persen permukaan bumi. “Jika lahan tersebut terdegradasi, lahan tersebut akan melepaskan banyak gas rumah kaca,” katanya.

Orang terakhir yang bertanggung jawab atas pertolongan tersebut adalah dokter. Profesor Muh. Dalam pemaparannya, Dr. Aziz dari Universitas Tokyo menghimbau Indonesia untuk tidak mengikuti model transformasi energi negara maju.

Sebab, setiap negara mempunyai situasi yang berbeda-beda, terutama dalam hal kekayaan sumber daya energi.

Namun, penting bagi pemerintah Indonesia untuk memiliki parameter jangka panjang dalam program transisi energinya, serupa dengan parameter di negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Amerika.

Webinar ini dihadiri oleh 150 orang, termasuk pelajar, guru, dan pejabat pemerintah yang belajar di Jepang dan Indonesia.

Tujuan dari webinar ini adalah untuk berbagi informasi, inspirasi, motivasi dan wadah diskusi kritis mengenai dampak nyata perubahan iklim, serta mendorong kesadaran lingkungan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan bagi generasi penerus bangsa. Pada sesi jawaban, salah satu peserta menanyakan pendapat narasumber mengenai dampak Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024 tentang diperbolehkannya pengelolaan pertambangan untuk kegiatan mitigasi perubahan iklim di Indonesia terhadap organisasi masyarakat dan keagamaan.

Para pembicara menjawab dari sudut pandang mereka.

Webinar ini dimoderatori oleh Septian Dwee Fauzi, Kepala Kantor Perlindungan Lingkungan Hidup, PPI Jepang, dengan dukungan KBRI Tokyo dan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor.

Selain itu, bagi UKM dan pecinta kerajinan Jepang yang berminat mengunjungi pameran di Tokyo dapat bergabung dalam grup pecinta WhatsApp gratis dengan mengirim email ke [email protected] Subject: WAG Japan Lovers. Tulis nama, alamat, dan nomor WhatsApp Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *