Perempuan Muda Rumuskan Inisiatif Terkait Tantangan Perubahaan Iklim

Laporan jurnalis Tribunnews.com Eko Sutrianto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Saat ini isu perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat, khususnya di bidang kesehatan, sedang menjadi sorotan. 

Tak berlebihan jika sejumlah pihak tertarik dengan berbagai program agar masyarakat bisa memahami isu tersebut, seperti program Global Girls Making Change (G2C2).

G2C2 telah sukses melakukan roadshow di 4 kota di Indonesia yaitu Medan, Mataram, Makassar dan Pontianak, serta telah menyelesaikan rangkaian kegiatan roadshow di Jakarta sebagai kota ke-5.

Konferensi ini dihadiri oleh 84 remaja putri berusia antara 15 dan 24 tahun, yang berpartisipasi dalam merumuskan berbagai inisiatif untuk menjawab tantangan perubahan iklim, dipandu oleh fasilitator yang berpengalaman di bidangnya.

Mereka adalah Fiza Javed Khan, runner-up pertama Miss Universe Indonesia 2024 dan aktivis lingkungan hidup; Putri Melta, salah satu pendiri Trash Ranger Indonesia; Kanya Sita, salah satu pendiri Project Malaka dan advokat keberlanjutan; Gina Rehana, Ocean Justice Initiative Program Officer dan runner-up ke-4 Puteri Indonesia; dan Cindy Susanto, pendiri dan CEO Boolet.

Acara bertajuk Lokakarya Global Girls Making Change (G2C2): Young Women Ready to Lead Climate Action ini bertujuan untuk memperkuat dan mengangkat gerakan aksi iklim yang berpusat pada anak perempuan dan dipimpin oleh perempuan untuk membentuk kebijakan, inisiatif, dan gerakan iklim yang inklusif dan berkelanjutan. 

“Peserta didorong untuk mengembangkan kemampuannya dalam memimpin perubahan berkelanjutan di komunitasnya,” kata Muhammad Hasbullah Amri, National Project Officer G2C2 Indonesia, dalam keterangannya, Sabtu (30/11/2024).

Program G2C2 merupakan kerjasama antara Humanis Foundation, Ecoxyztem Venture Builder dan Teens Go Green Indonesia.

Amri mengatakan acara ini bertujuan untuk mempromosikan dan mengangkat gerakan aksi iklim yang berpusat pada anak perempuan sebagai cara untuk mengatasi tantangan iklim yang memperburuk kesenjangan dan diskriminasi yang dihadapi oleh perempuan dan anak perempuan, terutama mereka yang berasal dari kelompok marginal. 

“Tidak hanya memberikan peningkatan kapasitas dan pengetahuan tentang lingkungan dan aksi iklim, roadshow ini juga mendorong perempuan muda untuk menciptakan usulan ide-ide untuk menjawab tantangan perubahan iklim berdasarkan prinsip kewirausahaan lingkungan,” ujarnya.

Setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan promosi di lima kota, pihaknya terus menyusun proposal proyek eco-innovative yang akan mendapat pendampingan intensif melalui pendampingan dan pembiayaan proyek untuk inovasi terpilih.

Beliau mengatakan: “Pada roadshow sebelumnya di empat kota, program G2C2 berhasil menjangkau 352 remaja putri berusia 15-24 tahun, 17 fasilitator, 42 co-fasilitator dan 40 relawan sebagai penerima manfaat yang berkontribusi dalam pelaksanaan Kegiatan roadshow G2C2. ” Al-Amiri.

Lakme Puruwandhari, selaku Ketua Pusat Pembinaan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PGLHK) di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengatakan topik yang diangkat pada acara G2C2 sangat relevan.

Ia mengatakan, “Kegiatan ini merupakan langkah nyata dalam meningkatkan kesadaran dan kemampuan perempuan muda dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.”

Rangkaian kegiatan program G2C2 akan dilanjutkan dengan Eco-Innovation Competition (Pitch Competition), yaitu acara bagi peserta untuk menyampaikan proposal proyek berbasis iklim dengan prinsip eco-enterpreneurship (Eco-Entrepreneurship) yang akan dimulai pada bulan Februari 2025.

Keenam proposal terpilih akan mendapatkan dana hibah untuk melakukan proyek percontohan dengan pendampingan lebih lanjut (mentorship) agar berhasil merealisasikan ide proyek yang diusulkan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *