Perang Rusia-Ukraina Hari ke-842: Sanksi Baru Inggris untuk Rusia, Targetkan Armada Bayangan Putin

TRIBUNNEWS.COM – Ini adalah update hari ke-842 perang Rusia-Ukraina.

Inggris telah memberlakukan beberapa sanksi baru terhadap Rusia untuk menghentikan serangannya di Ukraina.

Sanksi yang dijatuhkan Inggris terhadap Rusia salah satunya menyasar kapal atau armada yang berada di bawah bayang-bayang Presiden Rusia Vladimir Putin.

Tiongkok menolak keputusan Inggris yang memasukkan lima perusahaan Tiongkok ke dalam sanksi terhadap Rusia.

Para pemimpin G7 setuju untuk memberikan bantuan sebesar $50 miliar kepada Ukraina.

AS dan Ukraina menandatangani perjanjian keamanan berdurasi 10 tahun. Selengkapnya, berikut update hari ke-842 perang Rusia-Ukraina, dikutip dari TheGuardian: New UK Sanctions Against Russia

Inggris bertujuan untuk membatasi perang Rusia di Ukraina dengan menerapkan beberapa sanksi baru terhadap Rusia.

Dari sanksi Inggris, salah satunya ditujukan pada bursa saham utama Rusia.

Sanksi Inggris ini diumumkan tepat satu hari setelah tindakan serupa dilakukan AS.

Inggris menjatuhkan serangkaian sanksi pada Rabu (13 Juni 2024), termasuk di Bursa Efek Moskow.

Hukuman tersebut, yang akan mempersulit transaksi bernilai miliaran dolar, mendorong bursa saham Moskow menghentikan perdagangan dolar dan euro pada hari Kamis. Armada bayangan Putin adalah salah satu sasaran sanksi Inggris

Dalam serangkaian sanksi Inggris terhadap Rusia, sanksi pertama ditujukan terhadap armada bayangan Putin.

Kremlin menggunakan kapal tersebut untuk menghindari pembatasan Barat terhadap ekspor minyak.

Selain kapal-kapal tersebut, Inggris juga menargetkan pemasok amunisi, peralatan mesin, mikroelektronik, dan logistik untuk militer Rusia.

Pemasok ini mencakup perusahaan di Tiongkok, Israel, Kyrgyzstan, dan Turki. Tiongkok tidak menerima sanksi yang dijatuhkan Inggris terhadap Rusia

Tiongkok, yang mengetahui bahwa salah satu perusahaannya terlibat dalam salah satu sanksi Inggris terhadap Rusia, sangat menentangnya.

Sanksi Inggris terhadap Tiongkok menyasar 5 perusahaannya.

Diantaranya Hengshui Yuanchem Trading yang berbasis di China dan HK Hengbangwei Electronics yang berbasis di Hong Kong.

Menurut Inggris, perusahaan-perusahaan ini diduga terlibat dalam destabilisasi Ukraina. Para pemimpin kelompok G7 Barat menandatangani perjanjian bantuan ke Ukraina

Perjanjian bantuan ke Ukraina berjumlah 50 miliar dolar.

Bantuan ini didukung oleh aset negara Rusia yang dibekukan.

Dengan perjanjian pinjaman yang diselesaikan melalui negosiasi hukum yang rumit selama tiga bulan terakhir, dana khusus tersebut akan beroperasi pada akhir tahun ini. Perjanjian keamanan bilateral antara Amerika dan Ukraina selama 10 tahun

Pada pertemuan puncak G6 di Puglia, Italia, Joe Biden dan Volodymyr Zelenskiy menandatangani perjanjian keamanan bilateral.

Kontrak ini akan berlaku selama 10 tahun.

Biden mengatakan negosiasi sedang dilakukan untuk memasok lima sistem pertahanan rudal Patriot ke Ukraina.

“Semua yang kami miliki akan disalurkan ke Ukraina sampai kebutuhannya terpenuhi,” kata Biden.

Sementara itu, Zelenski menilai ini merupakan kesepakatan terkuat yang dicapai sejak 1991.

Zelensky menjelaskan perjanjian ini mencakup kerja sama intelijen dan penguatan industri pertahanan Ukraina.

Tak hanya dengan Amerika Serikat, Zelensky juga menuntut perjanjian keamanan dengan Jepang yang berlaku selama 20 tahun, Ukraina akan menerima peluru artileri 152 mm senilai 350 juta dolar dari sekutunya.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Pertahanan NATO.

Ia berharap dengan mengirimkan peluru tersebut dapat membantu Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.

“Dalam pengiriman amunisi sebelumnya, Ukraina sejauh ini telah menerima sebagian besar peluru howitzer 155 mm yang disumbangkan oleh negara-negara Barat.”

Namun, negara juga punya banyak senjata 152 mm. Dengan pengiriman baru, senjata-senjata ini juga bisa digunakan dengan lebih baik, kata Menkeu, meski tidak hadir di G7, Xi Jinping menegaskan pihaknya tidak akan mengirimkan senjata tersebut. senjata ke Rusia

Pada konferensi pers bersama dengan Biden, Zelenski mengatakan bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping telah meyakinkannya melalui percakapan telepon bahwa dia tidak akan menjual senjata apa pun ke Rusia.

Namun Bidna tidak yakin dengan ucapan Xi Jinping.

“Tiongkok tidak memasok senjata, namun kemampuan untuk memproduksi senjata-senjata itu dan teknologi yang tersedia untuk melakukannya, sehingga Tiongkok sebenarnya membantu Rusia,” kata Biden. Seorang diplomat Tiongkok mengatakan ketidakhadirannya di KTT Swiss adalah bentuk “boikot lunak”

Reuters mengutip diplomat yang berbasis di Beijing, salah satu di antaranya mengatakan Tiongkok telah mengatakan kepada negara-negara berkembang bahwa pertemuan di Swiss akan memperpanjang perang.

Sementara itu, dua diplomat yang mengetahui langsung masalah ini mengatakan Tiongkok telah mengatakan kepada negara-negara Barat bahwa banyak negara berkembang memiliki pendapat yang sama.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel lain terkait perang Rusia melawan Ukraina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *