Perang Israel-Iran, Kemenlu: Perang Kawasan Berbahaya bagi Ekonomi Indonesia

Laporan jurnalis Tribunnews Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menilai perang Israel dan Iran bisa menimbulkan situasi berbahaya bagi perekonomian Indonesia.

Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Qadir Jailani mengatakan ketegangan antara Israel dan Iran sangat berbahaya jika terjadi kesalahan perhitungan antara kedua negara.

Mungkin akan terjadi perang di Timur Tengah, katanya.

Karena dalam situasi seperti ini, kemungkinan besar terjadi kesalahan perhitungan oleh negara-negara yang terlibat konflik, terutama Israel dan Iran, dan jika itu terjadi, besar kemungkinan akan terjadi perang regional, kata Abdul. diskusi bertajuk “Setelah Iran Menyerang Israel: Implikasi Geopolitik dan Ekonomi,” secara online, Rabu (24 April 2024).

Abdul kemudian mengatakan Kementerian Luar Negeri sedang menyelidiki masalah tersebut. Sebab yang dipertaruhkan bukan hanya geopolitik, tapi juga dampak ekonominya.

Jika berubah menjadi perang regional, menurut penjelasannya akan terjadi gangguan pelayaran di seluruh dunia, khususnya di Laut Merah.

“Akibatnya adalah meningkatnya biaya logistik dan mengganggu rantai pasokan komoditas global,” ujarnya.

Dalam hal ini, Abdul mencontohkan perang Rusia-Ukraina. Dikatakannya, Ukraina memang letaknya jauh dari Indonesia, namun Indonesia sudah merasakan dampak perang yang terjadi di Indonesia.

Abdul juga memperkirakan Iran akan memblokir Selat Hormuz. Jika hal ini terjadi, diyakini akan terjadi krisis energi global.

Sebab, menurut penjelasannya, Selat Orm merupakan pusat perdagangan minyak dunia. Sekitar 20-25 persen minyak dunia harus melewati Selat Hormuz.

“Perang regional yang terjadi tentunya akan membuat harga minyak dunia meningkat, bahkan banyak pihak yang memperkirakan bisa mencapai 120-130 dolar per barel,” kata Abdul.

Pada saat yang sama, ia mencatat bahwa perhitungan APBN Indonesia mengasumsikan harga minyak dan gas adalah $80 per barel.

Hal ini dapat berdampak pada perekonomian nasional, antara lain yang mungkin terjadi adalah kenaikan harga minyak dalam negeri, kenaikan biaya hidup dalam negeri, kenaikan harga bahan baku seperti gandum. , fosfat, dll.

Tak hanya itu, kata Abdul, ekspor Indonesia tidak hanya ditujukan ke negara-negara Timur Tengah saja, namun juga ke negara-negara Eropa. Sebab, semua barang melewati Laut Merah.

Ia juga memperingatkan kemungkinan depresiasi Rupee.

Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Abdul Qadir Jailani, dalam diskusi bertajuk “Pasca Serangan Iran terhadap Israel: Geopolitik dan Ara-ekonomi”, secara daring, pada Rabu (24/04/2024). (layar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *