Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca ke-8 Dunia, Kementerian Investasi: Indonesia Menuju Ekonomi Hijau

Laporan reporter Tribunnews.com Danang Triatmo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Koordinasi Penanaman Modal/Kementerian Penanaman Modal (BKPM) menyatakan Indonesia sedang bergerak menuju ekonomi hijau, meski masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. 

Pejabat Khusus Pengembangan Kewirausahaan Nasional Kementerian Investasi/BKPM, M. Pradana Indraputra mengungkapkan, Indonesia kini menduduki peringkat ke-8 penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. 

Namun, selama empat tahun terakhir, Indonesia terus berupaya mengatasi permasalahan tersebut. Saat ini, tujuan utama Indonesia adalah melakukan transisi energi.

Hal itu diungkapkan Pradana pada konferensi internasional ‘Indonesia Miner 2024’ di Jakarta, Selasa (4/6/2024).

“Indonesia saat ini merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar kedelapan di dunia. Namun, Indonesia telah bekerja keras untuk mengatasi masalah ini selama empat tahun terakhir. “Saat ini tujuan utama Indonesia adalah melakukan transisi energi,” kata Pradana. 

Berdasarkan laporan Southeast Asia Green Economy 2024, Indonesia dan Filipina merupakan negara penyumbang investasi hijau terbesar di Asia Tenggara. 

Terkait transisi energi, Pradana mengatakan industrialisasi akan memungkinkan sumber daya alam Indonesia mampu memenuhi kebutuhan global. Indonesia, lanjutnya, memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, cadangan timah terbesar ke-2, cadangan bauksit terbesar keenam, dan cadangan tembaga terbesar ketujuh di dunia.

Dijelaskannya, keempat produk tersebut menjadi prioritas pemerintah dalam kebijakan industri di ujung rantai produksi.

“Larangan ekspor nikel dan bauksit telah diterapkan dan rencananya larangan tersebut akan diperluas pada produk timah dan tembaga,” kata Pradana. 

Terkait prospek hilirisasi bauksit, lanjutnya, pemerintah memiliki 4 prioritas dalam industri hilir bauksit dan aluminium. Yakni sel surya, komponen otomotif, kemasan makanan, dan bahan bangunan. 

Sementara total potensi investasi industri bauksit yang diperkirakan Kementerian Investasi/BKPM bernilai sekitar US$48,89 miliar. 

“Dari segi kebijakan pemerintah, ada dua kebijakan yang bisa dilaksanakan. Pertama, pengembangan industri lanjutan khususnya bauksit berupa substitusi impor. “Salah satunya adalah memperkuat industri dalam negeri,” jelasnya.

Pradana sendiri mengatakan Indonesia akan melakukan reindustrialisasi yang akan menjadi landasan rencana pembangunan ekonomi Indonesia dalam 5-10 tahun ke depan.

Reindustrialisasi membawa perubahan dan perbaikan menyeluruh dan menyeluruh dalam proses industrialisasi untuk menghidupkan kembali industri manufaktur tanah air. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi, menciptakan lapangan kerja dan memanfaatkan modal sebaik-baiknya.

“Indonesia sekarang akan melakukan kembali industrialisasi.” “Ini yang menjadi landasan rencana pembangunan ekonomi Indonesia lima hingga 10 tahun ke depan,” ujarnya.

Di akhir pemaparannya, Pradana menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim investasi yang baik. Selain itu, Kementerian Investasi memberikan insentif kepada industri yang mendorong penjualan kembali di Indonesia. Insentif tersebut berupa insentif perpajakan berupa tax holiday, kredit pajak, pembebasan bea masuk, dan tambahan kredit pajak.

Pejabat Khusus Pembinaan Usaha Dalam Negeri Kementerian Investasi/BKPM, M. Pradana Indraputra pada Indonesia International Mining Conference 2024, di Jakarta, Selasa (4/6/2024)/khusus 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *